"Kenapa nangis, hm?" tanya Niko yang kemudian merapatkan duduknya di samping Amara.
Sudah hampir satu minggu Niko tidak pergi ke sekolah, karena kaki'nya masih belum bisa berjalan normal akibat kecelaka'an. Ia juga tidak keluar rumah selama masih dalam tahap kesembuhan'nya. Berbahaya jika Niko berada di luaran jika kondisi'nya seperti sekarang, karena nanti Zidan bisa kapan saja membuatnya celaka dan memanfaatkan situasi itu.
"Gara-gara aku, kamu gak bisa jalan kaya biasa'nya."
Saat ini Amara berada di kamar Niko, berhari-hari ia bersama dengan Niko di kamar, menghabiskan waktu berdua'an dan menghibur Niko. Lelaki itu sama sekali tidak mau di tinggalkan walau hanya satu detik.
Gio sedikit curiga, karena Niko begitu betah di dalam kamar. Keluar kamar hanya sebatas minum dan makan, ia mengerti bahwa putra'nya sedang sakit, tapi yang ia tahu Niko tidak suka memanjakan sakitnya apalagi lebih memilih berada di dalam kamar seharian.
"Enggak. Gue kaya gini, karena gue ceroboh dan gak fokus bawa motor." Niko mengusap lembut puncak kepala Amara, "Ra?"
"Apa?"
"Lo cantik." Pipi Amara bersemu merah. Entah sudah ke berapakali Niko selalu memujinya dengan kata cantik. Dan setiapkali kata itu terlontar, Amara jadi terlihat salah tingkah.
"Niko, kamu harus terapi ya? Jangan cuman diem aja di kamar, aku temenin kamu terapi kok."
"Tapi sama lo jauh lebih menarik."
"Niko, kamu harus sembuh. Temen-temen kamu pasti butuh kamu"
Apa yang di katakan Amara benar, Mavro membutuhkannya. Ia akan membalaskan dendam pada Zidan yang pernah membuat dirinya hampir mati jika saat itu ia tidak di tolong oleh Levia.
Ngomong-ngomong Levia, gadis itu setiaphari merasa bingung sendiri karena teman-temannya Niko terus menerus menggoda'nya dan mengatakan kalimat yang sama seperti 'Ciye pacar Niko.' bahkan sebagian dari mereka ada yang menanyakan keadaan Niko, sementara dirinya tidak tahu menau apa yang sebenarnya terjadi pada Niko.
Agar tidak terkesan aneh, Levia hanya menjawab dengan senyuman dan anggukan saja. Ia juga berniat hari ini mau menemui Niko, ia bahkan mencari tahu alamat Niko lewat buku daftar murid di sekolah.
Pintu kamar Niko di ketuk, lantas sang pemilik segera keluar memastikan.
"Ada apa bi?" tanya Niko kepada asisten rumah yang sekarang berdiri di hadapannya.
"Ada yang mau ketemu den Niko di bawah. Bibi belum suruh masuk, karena den Niko belum kasih jawaban. Jadi gimana den? Di suruh masuk aja?"
Rumah Niko memang tidak sembarangan menerima oranglain. Bukan karena sombong, tapi di rumahnya yang lama pernah kejadian seseorang dari geng Afatar menyamar lalu meledakan bom dan berlari pergi tanpa di ketahui jejaknya. Niko takut hal itu terulang lagi.
"Cowok?"
"Cewek den. Cantik, putih, pake kacamata."
Niko mulai berfikir.
"Apa itu Levia?" tanya Amara berbisik.
"Bibi suruh dia masuk, nanti saya turun."
"Baik den,"
Amara menatap jengkel Niko, "Kenapa di suruh masuk? Kenapa gak kamu usir aja?"
"Lo diem disini, jangan berani nguping"
"Tapi--"
"Nurut sayang." Niko mengecup kening Amara. Hantu itu langsung luluh dan patuh.
•••||•••
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO BOY ✓
Horror[ SEKUEL DARI CERITA PACAR GAIB ] Niko, pria tampan yang memiliki kemampuan dapat melihat makhluk tak kasat mata. kemampuan'nya ini membawa'nya mengenal hantu bernama Amara, hantu berwujud cantik dan menjengkelkan. Mengenal Amara tentu bukanlah hal...