Niko melempar asal jaket yang ia pakai ke atas kasur. Ia kemudian bersandar di atas soffa, dan mengambil sebatang rokok dari kotak'nya yang ia simpan di dalam saku.
Niko menghisap rokok setelah membakarnya. Wajahnya terlihat masih memendam amarah yang ingin ia ledakan saat ini juga. Ia rasanya masih kesal dengan sikap Amara yang sesuka'nya dapat merasuki tubuh siapapun, lalu melakukan tindakan di luar batas.
"Kamu masih marah ya?" Amara duduk mendekat.
Niko tak bereaksi, ia masih dalam diam'nya sembari menghembuskan asap rokok yang kemudian menggumpal di dalam ruang.
"Niko, aku harus apa? Aku janji yang tadi gak akan terulang, aku gak akan sakitin Levia."
Lelaki itu masih saja diam. Akhirnya Amara memberanikan diri mencium pipi Niko, "Maafin aku ya?"
Bukan'nya terlihat senang di cium pacar, Niko malah menampilkan wajah galak'nya. "GUE CAPEK SAMA LO AMARA! LO FIKIR DENGAN KECUPAN TADI GUE LULUH? JANGAN HARAP!" bentaknya.
Dapat Amara hitung, sudah tiga kali Niko membentaknya seperti ini, dan semua itu terjadi setelah mengenal Levia. Apakah benar, Niko jatuh hati pada Levia? Sampai-sampai ia tidak suka jika Amara menyakiti Levia.
"Kamu bentak aku lagi Ko?"
"Kenapa hah? Lo mau pergi? Silahkan. Selamanya juga gue gak masalah. Inget jati diri lo, dan gue gak rugi kehilangan lo."
Amara meneteskan airmatanya. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia takut jika Niko sudah marah seperti ini, bahkan untuk bicarapun ia masih gemetaran.
"M--maaf. Aku minta maaf, aku gak akan pergi, maafin aku ya?" Amara memberanikan diri memeluk Niko.
Lagi dan lagi pria itu mendorongnya, "Gue mau istirahat."
"Aku ambilin minum mau?"
"Gak"
"Aku temenin ya, mau ak-aku usap gak punggungnya biar kamu tidurnya nyenyak?"
"GUE MAU ISTIRAHAT BUKAN MAU TIDUR!"
"O-oh iya m-maaf.." cicit Amara. Ia menangis sampai sesegukan tapi Niko nampak tidak perduli.
Niko beranjak naik ke atas tempat tidur, ia berbaring disana sambil memainkan ponselnya.
"Niko, kalau kamu laper kamu bilang aku ya?" Tidak ada respon. Dan Amara masih bersabar. Ia duduk di soffa menunggu Niko kembali membaik dan memaafkannya.
•••||•••
"BANGSAT!!!" Arselo mengepalkan tangannya emosi. Markas tempat DRAKOS berkumpul di bakar oleh geng lain yang tentu ia tahu siapa pelakunya. Arselo adalah ketua dari DRAKOS dan tentu ia tidak terima oleh serangan dari MAVRO.Arselo menggerakan seluruh anggota'nya untuk menemukan keberada'an Mavro.
"Ar, Mavro harus bayar mahal buat ini." ucap Zidan. Pria satu ini sudah resmi menjadi bagian dari Drakos. Mereka sama-sama memiliki dendam kepada Mavro. Tentu hal itu akan menambah kekuatan satu sama lain untuk menyerang geng yang Niko dirikan selama bertahun-tahun.
Mereka semua mengendarai kendara'an masing-masing, mengambil kecepatan tinggi untuk segera menemui Mavro ke markas'nya.
Niko tersenyum menyeringai, akhirnya yang ia nantikan sekarang ada di depan mata.
Rama bertepuk tangan meledek, "Waw ada tamu istimewa nih" ucapnya.
"Mau pada ngopi dulu, bro?" tanya Arta ikutan meledek.
Seseorang membuka helm, memperlihatkan siapa dirinya di hadapan musuh bebuyutan yang sudah lama ingin ia hadapi. Zidan, lelaki itu berjalan mendekat ke hadapan Niko.
"Udah gue duga," ucap Niko. Rahang'nya mengeras menahan emosi. Tio berada di sampingnya, ia meminta agar Niko tidak terbawa emosi lebih dulu karena emosi dapat menghancurkan segalanya.
Lantas anggota Mavro yang lainnya-pun terkejut dengan hadirnya Zidan pada anggota geng baru yang didirikan oleh Arselo.
"BUAT LO SEMUA PARA PENGECUT, GUE MAU TANYA, KENAPA LO SEMUA BAKAR MARKAS KITA, ANJING?!" teriak Yion. Dia adalah wakil ketua dari DRAKOS.
Tio mendekat berhadapan dengan Yion, mereka sama-sama wakil ketua dari geng masing-masing, "Dan apa urusan lo semua nyerang Gani lebih dulu? Kalau lo semua kekurangan duit, jangan malak orang yang salah!"
BUG!!
Yion lebih dulu memukul Tio, saat hendak yang lain bertindak, Tio memberi intruksi agar lebih bersabar dulu.
"Gue fikir lo udah mati," kata Zidan menatap remeh Niko.
"Gue gak akan mati di tangan pengecut kaya lo brengsek!"
Arselo, mendekat pada Niko lalu memberikan pukulan tepat di perutnya. Sementara Niko tertawa atas pukulan yang menurutnya tidak berarti apa-apa, "BUAT APA LO SURUH ANGGOTA LO BAKAR MARKAS DRAKOS, ANJING?!"
"Buat kasih lo peringatan, bahwa pengecut main'nya bye one, bukan gerombolan."
Kemudian terjadilah aksi pukul memukul. Niko melawan dua orang sekaligus, Zidan dan Arselo. Sementara yang lain saling beradu by one.
Kalung Niko berkedip, yang artinya Amara hendak menghampirinya.
Amara benar menghampiri, bukan hanya menghampiri, ia merasuki tubuh Niko. Amarah'nya memuncak, hantu ini menampilkan emosional yang luar biasa.
Amara menghantam semua anggota Drakos, hingga dalam hitungan cepat mereka semua kalah meringis kesakitan.
Tentu hal itu membuat anggota Mavro mengangga tidak percaya. Sekalipun mereka memang harus menang, tidak secepat kilat ini.
Arselo menatap tajam Niko, "Gue bakal kembali ngancurin Mavro. Lo semua bakalan abis di tangan gue," ucapnya penuh dendam.
Amara memeletkan lidahnya meledek, "Gak takut wle!" Lantas hal itu membuat orang di sekitar mengernyit. Ada apa dengan Niko, fikir mereka.
Drakos akhirnya pergi walaupun dengan keada'an luka-luka. Tujuan Amara merasuki tubuh Niko karena ia tahu keada'an Niko tidak stabil, ia tidak akan bisa melawan dua orang sekaligus sementara fikiran'nya tertuju pada hal lain.
Levia menguasai fikiran'nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO BOY ✓
Horror[ SEKUEL DARI CERITA PACAR GAIB ] Niko, pria tampan yang memiliki kemampuan dapat melihat makhluk tak kasat mata. kemampuan'nya ini membawa'nya mengenal hantu bernama Amara, hantu berwujud cantik dan menjengkelkan. Mengenal Amara tentu bukanlah hal...