chapter 39

5.3K 599 92
                                    

39. Kemarahan

●●●

"Mamah sama Papah dapat surat panggilan orang tua, kenakalan apa yang kamu perbuat, Rezka?"

Suara dingin dan datar itu menyapa Rezka yang baru saja menginjak lantai bawah dirumahnya.

Rezka terdiam beberapa saat. Rezka kira orang tua nya tahu dengan masalah yang sedang gempar disekolahnya, ternyata tidak.

"Surat panggilan? Masa ketua Osis dapat surat panggilan," ucap Farraz yang sudah duduk dikursi meja makannya.

"Udah, Mah. Nanti kita tinggal berangkat kesekolah," potong Agam yang sebenarnya sudah mengetahui maksud dipanggilnya mereka kesekolah itu untuk apa.

Ada salah-satu guru yang menelpon Agam dan menjelaskan inti masalahnya. Agam tidak bisa langsung memberitahu kepada Rianti, melihat kondisi Rezka yang banyak pikiran membuat Agam diam.

Ada rasa kecewa, namun Agam yakin anaknya punya pembelaan dan mungkin pembelaanya akan disuarakan nanti. Karena Agam tau, anaknya tidak akan macam-macam dengan perempuan.

"Mamah pengen tahu dong, Pah. Ini anak pasti nakal disekolah, udah tau ketua Osis masih aja kena surat panggilan orang tua, malu Mamah tuh, Pah," cerocos Rianti.

"Mamah udah ah, sarapan ayo udah siang loh ini," kata Alevia.

"Iya, Kak. Abang, sarapan nasi ya. Kamu tuh lembur terus, Mamah gak mau ah kamu lembur terus, nanti sakit. Sekarang sarapan yang banyak ya," jelas Rianti kepada anak sulungnya.

Farraz mengangguk. "Gak harus segitunya, Mah. Lagian Abang juga suka makan di kantor," balasnya.

Rezka hanya bisa diam membisu, semakin hari Rianti lebih memperlihatkan ke tidak perdulian kepadanya. Agam melihat wajah sendu anak ketiganya itu, Agam hanya tersenyum tipis. Agam sangat tahu anaknya merasa sedih akan perhatian Rianti kepada Farraz, perhatian yang tidak diberikan Rianti kepadanya.

"Rez, makan, Nak."

Lamunan Rezka buyar ketika suara Papahnya menyapa, Rezka menoleh dan Agam tersenyum. "Makan."

Rezka mengangguk patuh, namun sebenarnya ada takut dan gelisah yang Rezka rasakan. Tentu saja tentang masalah foto yang tersebar disekolahnya atau bahkan sosial media Smarawa.

Namun baru 3 suapan, Rezka menyudahi sarapan paginya. Benar-benar tidak bisa menelan nasi hari ini. "Aku berangkat, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Lagi dan lagi, Rezka hanya bisa memaksakan senyumnya. Tidak ada yang menahannya untuk menghabiskan sarapannya.

Ting

MarionXavier
|Jam 9 lo ditunggu diruang Pak Fajar bareng bonyok lo.|

Rezka hanya bisa menghela nafas, setelah itu menyimpan hp nya disaku tak lupa Rezka juga menegak obat yang harus ia konsumsi setiap harinya.

Setelah semuanya siap, Rezka menyalakan motornya dan berangkat.

●●●

Rezka tersenyum tipis kepada Neira ketika mereka berpapasan didepan pintu ruangan Pak Fajar. "Kamu gak perlu takut," ucap Rezka mengusap bahu Neira, Rezka tau Neira sedang dilanda ketakutan.

Ceklek

Rezka mendahului membuka pintu itu dan keduanya mengucap salam dengan lirih.

"Masuk Nak Rezka, Nak Neira," ucap Pak Fajar melihat kedua siswa nya itu.

Reflek, Rianti dan Elin menoleh ke putra-putrinya. Sedangkan Agam tidak memperdulikan kedatangan anaknya. Juga Reno, hanya diam karena sebenarnya Reno tau alasan kenapa ia dipanggil, toh pacar dari anaknya telah menjelaskannya bersamaan dengan obrolan kasus Sergio kemarin.

NAREZKA (PO 15 Maret-28 Maret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang