chapter 53

8.5K 665 132
                                    

●●●

"Bagus, enak ya mabok nya?" tanya Leta dengan wajah merah padam menahan emosi.

"Kita bisa jelasin, Let," balas Xavier.

"Gak ada yang harus kalian jelasin. Gak habis pikir gua sama kalian," tukas Yala menatap Xavier dengan tajam.

Yala mengambil botol wine yang tersisa disana. "Udah? Gak mau dilanjut aja?"

Dengan cepat Xavier merampaa botol wine itu dengan cepata. "Gak ya!"

"Kenapa gak ngajak aja sekalian hah!" gertak Leta.

"Yang.."

Kamal berdecih kesal mendengar kebisingan yang diciptakan kedua gadis itu belum lagi Neira yang sudah hampir menangis karena melihat Rezka yang sudah terkapar lemas disalah-satu sopa.

"Lala, gak seru ya gak ngajak kita," cibir Leta yang diangguki Yala.

"Kalau mau bebas gak gini caranya," tukas Yala dengan tegas.

"Aelah berisik banget lo cewek," gerutu Kamal memijit keningnya.

"Lo diem!" sentak Yala.

"Sayang.." Yala menatap Xavier tajam, menahan emosi.

"Apa?!"

"BERISIK!" teriak Rezka.

"Lo bacot," balas Leta.

"Lo berani sama gua?!" tanya Rezka bangkit dari posisinya  namun ditahan Xavier.

"Gak usah ribut. Rezka diem!" pinta Xavier.

"Let udah ya." Leta menatap Rezka tak kalah tajam saat ia menatap Gema.

"APA?!"

"Rezka jangan teriak, kasian Neira," ucap Yala melirik Neira yang hanya menunduk. Tidak suka dengan keadaan yang ruyam seperti ini.

"Gak harus emosi kayak gini, bisa dibicarain nanti kan?" kata Rezka dengan pelan, berharap mereka mengerti dan tidak membuat keributan yang lebih. Neira memegang lengan Rezka dan membantu Rezka untuk kembali duduk.

"Nei tolong ya," lirih Yala kepada Neira.

"Kita bicara berdua aja, Yang," ucap Gema dan menarik tangan Leta agar keluar dari kamar ini. "Nei.. urus dulu di si Rezka," ujar Gema yang diangguki Neira dengan pelan.

"Udah, alay. Gua mau bobo," lirih Kamal yang sudah terkantuk-kantuk seakan siap menuju alam mimpinya.

Xavier mengajak Yala untuk berbicara dengan pelan-pelan tanpa ada emosi yang dirasakan kedua belah pihak, apalagi Yala yang memang sedikit emosian.

"Na.. Nei gak suka," lirih Neira mengusap keringat yang menetes dikening Rezka. Rezka memejamkan matanya, ia tak suka Neira menangis karenanya namun kenapa ia lebih sering membuat perempuan itu menangis.

"Nana hiks.. sakit? Ada yang sakit?" tanya Neira merasa bahwa lelaki itu mulai kesusahan bernafas.

"Tuh kan Nana. Boboan sayang, sini aku bantu," tukas Neira tak lupa ia pun mengambil bantal untuk menahan kepala Rezka.

Rezka tersenyum tipis. "Nei.."

"Iya, ini Nei di sini ganteng," lirih Neira mengenggam tangan kanan Rezka.

"Obat nya dimana?" Rezka menggelengkan kepalanya, membuat Neira semakin panik sana.

"Apa yang sakit, bilang sama Nei ya?" Rezka memejamkan matanya, sekuat mungkin  untuk tidak terlihat lemah didepan Neira dan membuat Neira panik karenanya. Karena sebenarnya, menyembunyikan rasa sakit lebih nyaman dari pada mempelihatkan namun tidak mendapatkan hal yang diinginkan.

NAREZKA (PO 15 Maret-28 Maret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang