chapter 42

5.8K 665 114
                                    

42. Didikan Agam yang tersembunyi

●●●

"Break," ucap Rezka kepada kedua sahabatnya. Posisi nya mereka berada di kaffe yang tak jauh dari rumah Rezka.

"Kok bisa?" tanya Kamal.

"Seorang Rezka, break dengan Neira? Wah anjir mustahil banget anjir, lo becanda sob?" tanya Kamal dengan heboh.

Rezka menggelengkan kepalanya. "Gua gak pernah becanda dalam hal ginian, Kamal."

"Btw, soal foto-foto yang di Bandung bareng lo, Rez?" tanya Xavier. Beberapa saat tadi Rezka memang bercerita dengan kejadian tadi.

"Heem. Foto yang di Bandung, you know lah Neira model gak aneh pake baju seksi, Kakak gua permasalahin itu padahal menurut gua baju-baju Neira masih diatas wajar," tukas Rezka.

"Nei ada ngabarin lo setelah dia bilang break?" Rezka menggelengkan kepalanya.

"Kenapa gak coba lo samperin aja kerumahnya, Rez?" tutur Kamal.

"Dia butuh waktu sendiri kayaknya, ucapan nyokap Kakak gua neraka banget emang," ketus Rezka.

Kecewa, bingung dan sakit hati yang Rezka rasakan kini. "Lagian model kayak gitu kan tuntutan kerja, Rez. Kok Kakak sama nyokap lo kagak paham, Mak lo pengen gua pites rasanya, Rez," gerutu Xavier dan meneguk jus alpukat yang dipesannya tadi.

"Cewek emang susah diterima dikeluarga cowok, Rez. Kebanyakan emang kayak gitu si," tukas Kamal.

"So ngerti aja lo, lo kan jomblo," celetuk Xavier.

"Yeee gini-gini gua pawang cinta," balas Kamal menepuk dadanya, merasa bangga dengan dirinya sendiri.

"Halah."

"Yaudah Rez, Nei buat gua aja boleh gak?" Xavier menepak kening Kamal tak ada rasa kasian.

"Sekatanya aja lo kalau ngomong. Perlu gua ingetin, saingan lo Narezka Alanza bro," ucap Xavier.

"Lah, orang Nei udah minta break. Break sama aja kayak putus, ya kan, Rez?"

"Jangan memperkeruh suasana bisa?" tanya Rezka dengan suara dingin, membuat Kamal tertenggun sebentar setelah itu terkekeh pelan.

"Hehe sorry Pak Ketu."

"Jadi gimana, Rez? Mau gua bantu? Gua chat si Neira nya dah," kata Xavier. Xavier memang selalu siap membantu Rezka dalam hal masalah apapun sampai mendapatkan jalan keluarnya.

"Gak usah, Sap." Ya, Rezka selalu menolaknya. Selalu merasa bahwa ini adalah urusannya yang harus diselesaikan sendiri.

"Neira pasti sakit hati sih, Rez. Dibilang wanita rendahan? Gua gak bisa bayangin sesakit apa hati Neira dikatain sama nyokap pacarnya sendiri," kata Kamal.

"Neira udah sering ngadepin makian anak-anak Smarawa, ditambah dengan perkataan-perkataan orang tua lo dan kakak lo, lo harus bisa nenangin dia, Rez." Rezka mengangguk mendengar perkataan Xavier.

"Kalau Nei ogah sama lo lagi, serius gua mau maju aja, Rez," kekeh Kamal masih saja berharap bisa mendapatkan hati Neira.

"Rumah sakit kuburan?" tanya Rezka dengan suara mengancam.

"Hehe.."

"Lo bantu Neira buat yakinin bahwa dia adalah cewek yang tepat buat lo, Rez. Neira sayang banget sama lo anjir, Rez." Rezka berdehem.

"Sekarang ayo pulang, Rez. Lo baru aja keluar dari rumah sakit, tangan lo juga dingin banget," kata Xavier.

"Woi Xavi main megang-megang aja, bukan muhrim tolol," heboh Kamal slengean.

NAREZKA (PO 15 Maret-28 Maret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang