chapter 47

5.5K 712 192
                                    

47.  Mengkhianati usaha

●●●

"Ujian kamu berapa hari lagi?" tanya Rianti duduk disamping Rezka yang sedang berkutik dengan laptopnya.

"Beres," balas Rezka dengan acuh.

Rianti menyimpan beberapa brosur diatas meja yang ada diruangan ini, Rezka meliriknya. "Ini apa?"

"Beberapa tambahan universitas di Jerman," kata Rianti. Rezka menghela nafas, Rezka masih kelas dua semester satu kenapa udah harus mengurusi universitas.

"Mah masih lama.."

"Untuk persiapan, waktu itu berjalan dengan cepat. Jangan merasa masih lama," balas Rianti.

"Itu informasi universitas di Jerman dengan predikat kampus terbaik. Kamu harus bisa dapat beasiswa disalah satu kampus itu," jelas Rianti. Rezka mengambilnya dan membacanya dengan datar.

"Harus dipersiapkan dari sekarang, Mamah sudah menyiapkan satu apartemen disana untuk kamu tinggalin, tak jauh dari rumah Om kamu, tapi itu juga tergantung kampus kamu nanti," tukas Rianti lagi.

"Mah, ini masih sangat lama. Aku baru kelas dua, semester dua aja belum aku injaki," ucap Rezka berprotes.

"Kamu gak tau kedepannya bagaimana, Rezka. Turutin aja apa kata Mamah."

"Mamah gak lihat kalau aku masih riweh sama program Osis aku?" Rezka menutup laptopnya dengan kasar, lupa bahwa laptop itu adalah laptop barunya yang baru saja kemarin Agam belikan.

"Mamah tau."

"Dalam organisasi juga kamu harus baik, siapa tau dengan kamu berorganisasi dengan baik itu memudahkan kamu dalam mendapatkan beasiswa nanti." Rezka tak habis pikir dengan jalan pikiran Mamahnya itu.

"Kenapa harus Jerman?" tanya Rezka.

"Why not?"

"Kenapa gak Jakarta?" Rianti menggelengkan kepalanya.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

"Loh aku berhak bersuara kan?"

"Kewajiban kamu itu nurut apa kata orang tua loh, Rez." Rezka terdiam.

"Yaudah, emang kapan aku gak nurut apa kata Mamah? Bukannya aku udah jadi Ketua Osis? Menjadi lebih baik? Dan mungkin untuk kuliah di Jerman, aku bakal turutin kalau emang Tuhan menghendaki," tukas Rezka.

"Apa yang Mamah rencanakan itu yang terbaik buat kamu."

"I hope it's true," lirih Rezka.

"Pembagian raport kapan?" tanya Rianti.

"Hari jum'at." Rianti menganggukan kepalanya tanda ia paham.

"Mamah harap nilai kamu gak mengecewakan, Rezka. Mamah tau, Xavier gak mudah dikalahkan tapi kamu harus berusaha semaksimal mungkin. Mamah perhatikan Xavier jarang belajar, iya kan? Itu kesempatan kamu dalam mengejar Xavier, tanya Rianti.

"Dia gak pernah dituntut apalagi ditekan. So, dia enjoy dengan apa yang dia lakuin." Rezka bangkit, mengambil laptopnya dan meninggalkan Rianti.

"Jadi maksud kamu, kamu banyak tuntutan dan banyak tekanan? Begitu Narezka?" tanya Rianti dengan nada dingin.

Rezka memberhentikan langkahnya. "Loh bukannya emang seperti itu?"

"Kenapa kamu jadi anak pembangkang kayak gini, Rezka? Kurang ajar ya kamu."

"Ya, i know."

Farraz mendengar percakapan Rezka dengan Rianti. Farraz turut prihatin kepada adik keduanya itu karena semua harus tergantung Rianti. Selama ini Farraz tidak terlalu membaca kehidupan Rezka diluar seperti apa, tapi Farraz tau apa yang sedang Rianti rencanakan untuk Rezka.

NAREZKA (PO 15 Maret-28 Maret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang