chapter 46

5.5K 620 71
                                    

46. Kecemburuan Rezka terhadap Xavier

●●●

Rianti menatap Rezka dengan datar. "Dari mana saja kamu?" tanya Rianti bertanya.

"Main."

"Kenapa main? Harusnya kamu belajar, lupa kalau besok ujian?" tanya Rianti.

"Gak lupa, cuma yaudahlah."

"Kenapa yaudahlah? Harusnya belajar, kalau kamu keliaran terus mana bisa kamu mengerjakan soal-soal nanti?" Rezka menghela nafas.

"Nanti aku belajar."

"Belajar-belajar, awas aja kalau Mamah lihat kamu malah rebahan, tidur, ujungnya main dan pulang malam," tukas Rianti.

"Emang kapan si Mamah lihat aku tidur? Enggak kan? Setiap Mamah lihat aku dikamar, aku lagi belajar, bahkan dijam tiga pagi sekalipun," balas Rezka.

"Ya bagus. Tugas kamu kan cuma belajar, kalau bukan belajar apa lagi? Ingat, Jerman. Mamah mau kamu sekolah disana."

"Aku gak mau.."

Rianti menatap Rezka dengan tajam. "Mamah gak mau tau, pokoknya nilai semester kali ini harus bagus."

"Mah? Bisa gak aku nentuin mimpi aku sendiri?" tanya Rezka. Rianti menggelengkan kepalanya.

"Gak bisa. Masa depan kamu udah Mamah siapkan dengan baik, bekal buat kamu udah Mamah siapkan. Dan tugas kamu cukup belajar dan nurutin apa kata Mamah." Rezka menatap Rianti dengan tatapan datarnya.

"Kenapa aku gak bisa kayak Kak Via dan Bang Farraz yang bisa nentuin mimpinya sendiri?"

"Karena kamu anak ketiga."

"Ada apa dengan anak ketiga?" tanya Rezka.

"Mau anak pertama, kedua atau anak bungsu sekalipun, mereka berhak nentuin mimpinya sendiri, Mah."

"Kamu berani melawan Mamah, Narezka?" Rezka terdiam, kenapa suaranya tak pernah didengar.

"Aku cuma menyuarakan apa yang ada dipikiran aku."

"Masuk kamar! Belajar, sampai kamu gak jadi nomer satu, Mamah benar-benar marah."

Tanpa berbicara apa-apa Rezka meninggalkan Rianti, Rezka malas ketika ia harus berbicara dengan Rianti dan membahas hal yang sama.

Rezka menutup pintu kamarnya dengan keras. Kesal, itu yang Rezka rasakan. Tubuhnya basah kuyub, dengan itu Rezka langsung masuk ketoilet untuk membersihkan tubuhnya yang mulai terasa lelah.

Tidak terlalu lama dikamar mandi, Rezka memakai baju rumahannya. Membaringkan tubuhnya diatas tempat tidurnya, menarik selimut hingga ke dadanya. Dingin, itu yang Rezka rasakan. Belum ada niat untuk belajar, Rezka ingin mengistirahatkan tubuhnya terlebih dahulu apalagi pening efek dari maboknya tadi masih terasa.

Setelah cukup membaringkan tubuhnya, Rezka kembali bangkit guna mengambil beberapa buku catatan, buku paket dan laptopnya. Rezka akan memulai belajarnya sekarang.

"Asuu," umpat Rezka tak kala merasa panas dari dadanya. Mengacuhkan, Rezka mengambil hp nya untuk melihat notif dari Neira.

"[Hallo, Nana. Udah sampe rumah?]" tanya Neira setelah Rezka mengangkat telpon darinya.

"[Udah, Nei. Kamu lagi belajar?]" tanya Rezka sembari membuka laptopnya.

"[Dari semalam Nei udah belajar, nanti lagi hhe.]"

"[Ouh bagus dong.]"

"[Nana, tadi ada muntah gak?]" Rezka tertenggun sebentar.

"[Ah enggak kok, Nei.]"

NAREZKA (PO 15 Maret-28 Maret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang