44. Memperjuangkan
●●●
Badannya demam, mungkin karena efek luka-luka kemarin karena kecelakaan apalagi bagian bahu kirinya yang memang sangat nyeri dari semalam membuat Rezka tak bisa memejamkan mata, hingga masuk waktu subuh barulah Rezka bisa menutup matanya.
Jam 10 pagi Rezka baru saja terbangun dari tidurnya, entah mimpi apa membuat Rezka nyenyak dalam tidurnya.
Kaku, itu lah yang dirasakan Rezka kala ingin bangkit dari posisinya. Kaki nya kaku karena terdapat luka yang cukup membuatnya meringis pelan, belum lagi bahunya yang tak kunjung membaik.
NarezkaAlanza
|Sap, bahu gua sakit.|MarionXavier
|Kan udah gua bilang dari semalam bawa kerumah sakit dironsen monyet.|Rezka pun mengangkat vidioCall dari Xavier.
"[Lo dimana?]" tanya Rezka ketika sadar bahwa Xavier bukan berada dirumahnya.
"[Kantor. Gua mulai belajar sekarang, Rez.]" Itu jawaban Xavier. Menjadi anak tunggal dari seorang mentri dan pembisnis membuat Xavier menjadi pewaris tunggal yang mempunyai banyak tanggung jawab.
"[Kok? Eh kampret, lo udah janji bakal ngurus kantor setelah lo tamat SMA ya, belum lagi kuliah,]" semprot Rezka.
"[Ayah gua lagi nyoba ngasih tanggung jawab.]"
"[Jangan cape-cape lo kampret,]" ketus Rezka menggeser posisinya untuk mendapatkan posisi yang lebih nyaman untuknya.
"[Bahu lo masih nyeri?]" tanya Xavier ingat bahwa Rezka mengabarinya untuk memberitahu bahwa bahunya sakit.
"[Nyeri gitu, ya kek semalam cuma udah gak terlalu nyakitin kek kemarin,]" jelas Rezka sedikit meringis.
"[Kompres Rez siapa tau ntar enakan. Tadi pagi nyokap gua nanyain kondisi lo katanya lo gak ada keluhan lain apa gimana gitu, terus nanyain bahu lo juga mana gua disalahin terus katanya gua gak bisa jagain lo, mana lo dipanggil ade lagi ama nyokap gua, ade ade apaan, ade dakjal mah iya,]" cerocos Xavier membuat Rezka terkekeh seketika.
"[Kampret lo.]"
"[Jijik sih, Rez. Tapi yaudah kan lo ade gua, lo kapan sih diusirnya, Rez? Biar bisa tinggal sama gua?]" Pertanyaan konyol itu keluar dari mulut Xavier.
"[Secepatnya. Btw Kak Lala kemana?]" tanya Rezka. Kak Lala itu, Yala.
"[Sama Emak gua dirumah.]" Rezka mengangguk paham. Sudah lama Yala memang tidak merasakan kasih sayang seorang ibu, dan Yala bertemu dengan Mamah Xavier yang mempunyai hati lembut dan penyayang membuat Yala merasa aman jika bersama Mamah Maria.
"[Lo sampe jam berapa dikantor? Gak cocok banget lo pake jas gituan,]" kekeh Rezka.
"[Sore paling, jam segini aja gua udah pening.]"
"[Obat lo awas lupa, inget lo gak boleh kecapean.]" Xavier berdehem singkat.
"[Btw dada lo gimana? Gak kebentur kan semalam?]" Rezka menggelengkan kepalanya.
"[Cuma ya berat aja, semalam habis telpon sama lo gua kambuh tapi its oke lah.]"
"[Kan.. kan.. ntar sabtu terapi, Rez. Biar ringan tuh dada lo, walaupun penyakit agak ringan tapi kalau dibiayarin bahaya.]"

KAMU SEDANG MEMBACA
NAREZKA (PO 15 Maret-28 Maret)
Fiksi RemajaBerusaha terlihat baik dengan sakit yang terus menghujamnya. Dan tanpa orang disadari ada luka yang enggan diperlihatkan dan dapat disembunyikan.' Start : 23 maret 2022 Finish : 24 Juni 2022 Sumbergambar : Instagram, Pinterest dan google.