chapter 31

5.8K 574 82
                                    

31. Kemarahan dan penyembuh

●●●

Dengan sedikit ragu, Rezka membuka pintu rumah utamanya dengan pelan. Jantung Rezka berdetak sangat cepat tak kala melihat mobil Agam sudah terparkir, mobil Alevia dam bahkan mobil Farraz yang sangat jarang berada dirumah sore hari seperti ini.

"Mana piala yang kamu janjikan?" Itu suara Rianti. Rezka berbalik setelah menutup pintu rumah itu dengan pelan.

Ada Agam yang menatapnya dengan sangat dingin dan datar, ciri khas Agam.

"Kamu ini gimana sih, Rezka!?" sentak Rianti emosinya tidak tertahan ketika mendengar bahwa anaknya kalah olimpiade dan mendapat urutan ke 5 dalam mata pelajaran biologi.

"Mana janji mau membanggakan orang tua?!" Rezka menunduk.

"Olimpiade gitu saja kamu kalah?! Sebenarnya apa sih yang kamu bisa? Tidak pernah membuat orang tua bahagia dengan pencapaian kamu!"

Alevia dan Farraz pun datang dari arah tangga, langsung melihat adiknya dimarahi oleh mamahnya.

"Kamu tidak bisa membanggakan seperti abangmu, Farraz. Seusia kamu, dia hebat dalam semua bidang, dia kebanggaan sekolah, ketua Osis berwibawa, juara umum tiga tahun berturut-turut, diterima diperguruan tinggi diluar negeri dengan mudah. Sedangkan kamu?!" sentak Rianti menunjuk Farraz yang namanya disebut sebagai perbandingan.

"Dan kamu?! Olimpiade biologi saja kamu tidak sanggup!?"

"Maaf, Mah. Aku udah berus-

"Berusaha apa jika hasil saja tidak ada?! Nol besar Rezka, tidak ada hasilnya!"

"Seengaknya aku udah berani berusaha, Mah." Rianti berdecak kesal.

"Berusaha? Okey, Mamah anggap kamu sudah berusaha. Jika kamu sudah berusaha, mana hasil yang mau kamu kasih ke Mamah?" Rianti menatap Rezka dengan tajam.

"Aku menang debat PKN," balas Rezka dengan kesungguhan hatinya.

"Debat? kamu menang debat aja bangga? Semua orang juga bisa debat Rez. Kamu ketua Osis! Ya, kalau gak menang debat malu- maluin sekolah. Ini biologi kenapa gak menang? Kalau kayak gini gimana kamu bs memenuhi ekspetasi Mamah!"

"Ekspetasi apa lagi yang mau Mamah tekankan, Mah? Aku udah jadi ketua Osis, jadi anak baik disekolah, gak buat onar, olimpiade udah aku sanggup-

"KAMU MULAI MELAWAN?!" Mulut Rezka tertutup, ia sadar telah membela diri. Seharusnya Rezka ingat, bahwa Rianti tak suka kepada anak yang mengelak.

"Mentang-mentang menang debat kamu mau ngelawan Mamah?! Mana coba Mamah mau denger skill debat kamu itu!" Rezka terdiam, tangannya sudah bergetar. Kedua matanya sudah berkaca-kaca, semua yang terucap dari mulut Rianti, sangat menyakitkan untuknya.

"Ayo ngomong!" Alevia mendekat dan mengusap bahu Rianti.

"Mah, Mamah tenang dulu.."

"Tidak!? Adik kamu mengecewakan, memalukan keluarga, tidak mendengar keinginan orang tua. Emang ya, sekali jadi anak bandel akan terus seperti itu!"

"MAMAH CUKUP! MAMAH PIKIR PERKATAAN ITU GAK MENYAKITKAN?!" sentak Rezka.

"Menyakitkan mana dengan ekspetasi Mamah yang tidak terpenuhi oleh anaknya sendiri?" Rezka kembali terdiam, tubuhnya sudah sangat lemas, bahkan Rezka sudah menggapai tembok menahan tubuhnya. Karena, selelah itu Rezka hari ini.

"Marion Xavier, wakil ketua Osis kamu. Gak malu kamu sama dia?! Dia dibawah kamu, dia berhasil menang! Sedangkan kamu!"

"Contoh itu teman kamu , dia sama bandel nya sama kamu , tapi dia bisa memenangkan olimpiade ini, apa kamu tidak malu dengan jabatan kamu? Dia saja jabatanya hanya wakil bisa membanggakan sekolah, kamu yg jabatannya ketua malah tidak bisa."

NAREZKA (PO 15 Maret-28 Maret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang