chapter 50

6.8K 691 103
                                    


***

NarezkaAlanza
|Lo dimana sih? Gua ditinggal.|

MarionXavier
|Lagi meriksa Yala, lo dimana?|

NarezkaAlanza
|Ruang tunggu.|

Saat ini Rezka dan Xavier sudah berada diruangan yang akan dipakai untuk terapi oksigen Rezka. "Lama gak ini Sap?" tanya Rezka.

"Sebentar."

"Males gua sama dokternya kek musuhan sama gua anjir," gerutu Rezka sambil memainkan hp nya.

"Kagak. Lo nya aja sensian sama dia," balas Xavier.

"Kok gua, jelas-jelas dia yang sensi sama gua. Muka nya nyeselin kek si Fajar." Rezka masih saja bergerutu tak jelas.

"Udah diem lo. Malu diketawain," kata Xavier sudah jelas bahwa dokternya sudah ada disamping mereka. So, Rezka membicarakan orang didepannya jadi tidak munafik.

"Kamu susah dikasih tau, ya saya kesel sama kamu," ucap Dokter Ardi.

"Nyenyenye..

"Heh ketos sopan anjir." Xavier jadi malu sendiri membawa Rezka kesini, ntahlah Xavier tak mengerti maksud Rezka untuk bersikaf seperti ini.

"Ya jangan lama makanya, Dok. Sebentar aja," ujar Rezka berbaring santai dengan hp yang tak lepas dari tangannya.

"Gak lama kalau kamu sabar."

"Tuh denger, gak sabaran sih jadi orang," sambar Xavier. Dokter Ardi sudah menyiapkan masker oksigen yang akan dipakaikan kepada Rezka.

"Bocahnya ada flu sama batuk, Dok." Dokter Ardi mengangguk paham.

"Saya paham tabiat pasien seperti ini Nak Xavier, pasti gak bisa dikasih tau kan Narezka nya?" Xavier mengangguk.

"Apaan sih," ketus Rezka.

"Udah diem lo. Dok pasang aja sekarang." Dokter Ardi pun memulai tugasnya untuk memberikan terapi kepada Rezka.

"Sapi ini si Nei mau telpon gimana?" tanya Rezka. Xavier menghela nafas.

"Ailah ribet banget cewek lo, males gua. Angkat aja lah," balas Xavier.

"Tapi kalau dia engeh gimana?"

"Biarin aja biar dia tau kalau lo lagi pengobatan. Heran sih gua bisa-bisa nya lo gak ngomong sama cewek sendiri kalau sakit," jelas Xavier.

"Ya gimana. Dok boleh sambil telpon kan? Boleh lah kan Dokter pernah muda juga," jelas Rezka.

"Terserah kamu. Senyamannya saja."

Rezka pun mengangkat telpon dari Neira. Suara Neira menyapa indra pendengarannya.

"[Hallo Asslamaualaikum Nana.]"

"[Waalaikumsalam, Sayang..]"

"Bucin," celetuk Xavier sedangkan Dokter Ardi hanya tersenyum tipis, ia juga pernah ada diusia mereka.

"[Nana, Nana masih dimana?]"

"[Aku? Aku dimana ini?]"

NAREZKA (PO 15 Maret-28 Maret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang