Seminggu ini aku banyak menghabiskan waktu di peternakan dan bermain bersama Lila.
Lila pulang sekolah pukul sepuluh, sementara aku biasa kembali ke rumah jam sembilan setelah memerah susu dan terkadang ikut membantu Mama mengumpulkan telur ayam.
Aku biasa menemani Lila bermain di pendopo rumahku. Makin hari Lila semakin dekat denganku. Bahkan sekarang sudah mau diajak tidur siang di rumah.
Jujur aku menemani Lila bukan karena Ayash. Aku menemani Lila bermain karena aku ingin. Disekitar sini memang banyak anak-anak kecil, tapi kata Lila, Ayash nggak kasih izin main dengan anak-anak disekitar rumah karena mereka nakal.
Sebelum ada aku, Lila setelah pulang sekolah akan berada di peternakan sapi milik orangtua Dani sampai sore. Jadi ketika Lila mendapat teman baru dia sangat senang.
Karena Lila berada di rumahku, otomatis aku selalu bertemu Ayash setiap hari karena harus menjemput Lila.
Ya anggap aja bonus ngurusin Lila.
Sore ini setelah tidur siang, Lila kembali mengajakku bermain rumah-rumahan dipendopo. Tak lupa dia membawa boneka little dugongnya ke pendopo. Well, sebenarnya itu boneka anjing laut.
Lila asik berbicara dengan boneka-bonekanya yang dia tata rapi di tangga pendopo. Untuk anak empat tahun Lila bicaranya sangat lancar, bahkan dia tidak cadel. Lila tidak hanya asik dengan dunianya, dia bahkan bisa mengajakku bicara dan bertanya ini itu.
Menemani Lila bermain tidaklah susah, akupun nggak perlu susah-susah mencari topik pembicaraan karena Lila menganggapku seperti teman sendiri.
Baru sekitar lima menit bermain, Dani tiba-tiba lewat.
"HOI LILA!"
Buset deh, manggilnya gitu banget sih Dan.
"Om Dani!" balas Lila girang.
"Main apaan?" tanya Dani dari kejauhan.
"Rumah-rumahan Om."
Bicara soal Dani. Setelah kembali dari rumah sakit seminggu yang lalu, malamnya aku langsung mengontak Dani untuk bertanya tentang Rani.
Terjawab sudahlah pertanyaanku saat itu. Rani pernah dekat dengan Ayash. Tapi ketika dia dekat dengan Ayash, Rani diam-diam juga menyimpan rasa pada seseorang yang bernama Jepri, anak salah satu tuan tanah di desa ini. Karena hal itu juga, akhirnya hubungan Ayash, Rani, dan Jepri merenggang. Padahal sebelumnya Ayash sangat dekat dengan Jepri.
"Balik yuk. Kita makan indomie," ajak Dani. "Sama nanti minum es teh kampul, haha," lanjutnya sambil tertawa keras.
Memang benar ya, ajaran Dani sesat dan nggak baik buat Lila.
Lila buru-buru memberesi boneka-bonekanya, sepertinya dia tertarik dengan ajakan sesat Dani.
"Nggak ada indomie-indomie-an buat Lila!" ujar Ayash yang terlihat berhenti di samping motor Ayash.
"Walah, bapakmu wis teko. Yo wis rasido, La. Sesuk wae yen bapakmu ra eneng nang omah."
(*Walah, bapak kamu udah datang. Ya udah nggak jadi, La. Besok aja kalau bapakmu nggak ada di rumah.)
"Yo wis aku duluan ya Mas, Mbak," pamit Dani kemudian yang membuat Ayash menggelengkan kepala.
"Tuh Ayahmu udah, kita beres-beres ya?" ajakku pada Lila.
Motor Ayash kemudian mendekat ke pendopo sambil menunggu Lila mengemasi mainannya.
"Mbak Sisi besok ada acara?" tanya Ayash sembari turun dari sepeda motornya dan kemudian mendekat ke pendopo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clumsy Sisi
RomanceMama bilang kalau menantu idamannya itu harus PNS. Kalau usaha peternakan yang diwariskan oleh orangtuaku bangkrut, paling tidak masih ada suami yang punya penghasilan tetap dan stabil. Dan Ayash adalah nama laki-laki pilihan orangtuaku. Katanya, Ay...