Menatap hidup baru

126 5 0
                                    

Setelah menceritakan semua kepada Amira,kini Nadia menjadi korban Amira. Karena Amira menyuruh Nadia untuk membelikan beberapa makan,yaitu lontong sayur,pempek palembang,salad buah,jus jeruk. Bayangkan,baru saja Nadia bersimpati pada Amira tapi kini menjadi korban bumil.

Malangnya nasib Nadia.

Nadia mengumpat saat melihat Amira menikmati makanan dengan rakus.

"Lo tuh ya Mir,gue khawatir sama lo malah sekarang jadiin gue korban ngidam. Mana gue yang bayar,sialan lo" dumel Nadia.

Sedangkan Amira tidak peduli omongan Nadia,dia hanya menikmati makanan yang sedangkan di idamkan.

Nadia mengedus kesal "ck,kampret lo. Btw lo mau sampai kapan tinggal disini?" Tanya Nadia.

"Kurang tau,kemungkinan aku pingin pindah keluar negeri bareng abang" jawab Amira setelah menelan makanannya.

Mata Nadia membulat "WHAT? Lo gila? Terus gue sama siapa disini njir" ucap Nadia dengan lesu.

Amira tertawa pelan "enggak usah sedih gitu,kita kan bisa vc an Nad" jawab Amira berusaha memberikan perhatian pada Nadia.

"Taulah,kesel gue sama lo" ucap Nadia,lalu dia mengambil makanan dan melahap dengan kasar.

Dasar perempuan mempelampiasan pada makanan!

Amira hanya tertawa melihat kelakuan ajaib Nadia,lalu dia pun ikut serta melanjutkan makan yang tertunda.

***
Flashback

"Eh Mir,btw nih ya gue liat ada seseorang di dalam mobil mantau lo. Bahkan sampai ngikutin lo ke kampus,itu gue liat pertama kali datang kesini" jelas Nadia.

Kini keduanya sudah selonjoran dengan mata menatap televisi,Amira langsung menatap Nadia dengan mengerut.

"Siapa? Kamu tau orangnya Nad?" Tanya Amira.

Nadia mengangguk "tau" ucap Nadia dengan santai.

Amira mendadak gelisah,apa mungkin ini yang dikatakan Nadia bahwa dia sudah mengetahui siapa pelaku dari ini semua.

"Ja-di" ucap Amira dengan gugup.

Nadia mengangguk "ya gue tau,dia Revan kan? Bukannya di-"

"Please Nad stop it,aku nggak mau dengar lebih lanjut" lirih Amira menggeleng kepala.

Nadia langsung memeluk Amira menguatkan sahabatnya itu "its okay beb,gue paham. Tapi lo harus ceritakan semuanya,lo nggak mungkin apa-apa sendirian. Itu sangat berat Mir,berat" jelas Nadia.

Amira menangis senggukan "hiks hiks aku enggak mau Mir,aku yakin bisa lewatin itu semua. Maka dari itu aku ingin tinggalin indonesia" ucap Amira.

Nadia menghela nafas berat,disisi lain dia tidak ingin ikut campur tetapi dia juga tidak ingin sahabatnya ini mengalami hidup begitu berat. Bahkan yang pernah Amira ceritakan Revan tidak ingin bertanggungjawab.

"Kalau gitu gue nggak maksa lo,asal lo bisa jaga diri baik-baik dan bisa lewati semuanya. Dan kalau butuh lo jangan sengan hubungi gue ya Mir" jawa Nadia dengan mengelus punggung Amira sebagai menenangkan.

Dalam pelukan Amira hanya mengangguk dan mengeratkan pelukan pada Nadia,menyalurkan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja tetapi dia harus kuat.

***
Malam harinya,Amira duduk selonjoran di tempat tidur tatapannya seperti orang melamun sedangkan tangan kanannya memegang ponsel. Dia masih ingat ucapan Nadia,apa mungkin Revan peduli dengannya. Saking penasaran Amira mengecek ponselnya,ternyata tidak ada satupun Revan menghubunginya.

"Kamu terlalu berharap pada dia Mir" gumam Amira pada dirinya sendiri dengan senyum miris.

Nekadnya kini sudah bulat,Amira ingin meninggalkan Indonesia anggap saja dia segera melupakan kejadian yang memuat dirinya hancur. Bahkan dia belum sempat bicara pada Ali,karena tidak mungkin bicara kepada kedua orang tuanya. Toh mereka sudah mengusir dirinya.

Kini Amira sedang mencari kontak Ali,lalu dia menekan tombol dan meletakan ponsel pada telinganya.

"Assalamualaikum,hallo little girl. How are you?" sapa Ali

Amira tersenyum mendengar suara sang kakak,lalu dia berdeham terlebih dahulu.

"Waalaikumsalam,hai bang. Aku baik-baik saja,gimana abang sendiri?" Jawab Amira.

"Alhamdulilah abang baik-baik juga dek. Ada apa telpon abang,bukannya disana sudah malam ya?"

Benar,perbedaan waktu Indonesia dan Amerika sangat jauh sekitar 11 jam. (Itu pun kalau nggak salah ya,soalnya author pernah denger dari teman wkwkw)

Diam-diam Amira mengangguk tanpa terlihat "iya disini sudah malam bang. Oh ya,adek ganggu abang lagi mengajar ya?" Basa basi Amira.

Ali terkekeh "tidak dek,kebetulan abang baru saja keluar dari kelas. Ada apa?" Tanya Ali.

Amira mengigit bibirnya dia masih ragu untuk mengungkapkannya namun dia harus pergi dari Indonesia. Dengan menarik nafas panjang,akhirnya Amira memberanikan diri.

"Sebenarnya adek pingin pindah dari Indonesia keluar Negeri bang" jujur Amira.

Sedangkan disana Ali mengerutkan alisnya "why?" Tanya Ali.

"Klasik,aku pingin melupakan kejadian saja bang dan menata hidup baru" jrlas Amira.

"Negara mana?" Tanya Ali.

Seketika mata Amira berbinar "beneran nih bang?" Dia tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya.

"Iya,adek mau Negara mana?" Ali meyakini Amira.

"Arab Saudi" ucap Amira dengan semangat.

"Jauh banget dek,kenapa tidak di Amerika bareng abang saja" protes Ali.

Amira mengerucutkan bibirnya "please bang ya" bujuk Amira.

Ali menghela nafas pasrah "fine. Nanti kamu tinggal hubungi abang kalau mau berangkat,abang akan antar kamu kesana" final Ali.

Hati Amira begitu senang saking senangnya dia tidak sadar bahwa mengepalkan tangannya dan mengayunkan kebawah lalu mengumam yes,bahkan masih terdengar oleh sang kakak. Ali pun terkekeh geli mendengarnya,dia akan lakukan apapun demi Amira bahagia bahkan nyawa sekalipun.

"Thanks you bang,i love you. Adek tutupnya,abang jaga kesehatan" ucap Amira.

"You are welcome little girl and love you to. Adek juga jaga kesehatan ya,abang tutup. Assalamualikum"

"Waalaikumsalam"

***

09 juni 2022

Maafkan belum bisa double update,sedang sibuk di sekolah dan ngurus baby yang sedang aktif-aktifnya.

Jangan lupa vote dan komen,karena banyak teka teki belum terungkap wkwkw

My Sweety Heart (Slow Update Lupa Alur Haha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang