Good Bye Indonesia

75 7 2
                                    

Ucapannya tidak main-main,hari ini tepat setelah melakukan atau bisa di katakan memorotin sang kakak,Amira sudah berada di Bandara. Namun hatinya tiba-tiba gelisah,ponsel sedari tadi dia pegang terus bergetar.

Nadia sedari tadi di samping Amira menatap dengan curiga "lo kenapa Mir?" Bisik Nadia.

Amira melirik Nadia tanpa bersuara dia menunjukan ponsel,Nadia langsung menatap lalu tidak lama dia menatap Amira.

"Kenapa nggak di angkat?" Tanya Nadia.

Amira menggeleng sebagai jawaban,lalu dia kembali menarik ponselnya dan menatap kedepan. Nadia hanya bisa melihat raut wajah Amira yang sedih,marah,kecewa.

Di lain tempat seorang laki-laki sedang mondar-mandir di kamar dengan ponsel di telinga,dia seperti mencoba menghubungi seseorang namun tidak ada respon sama sekali. Terlanjut kesal,akhirnya laki-laki tersebut membanting ponsel ke tempat tidur.

"Sial" umpat laki-laki tersebut.

Setelah itu laki-laki tersebut mengambil beberapa barang dan kunci mobil,dia berlari ke bawah. Sesampai di depan dia segera memasuki mobil lalu menjalankannya,di perjalanan dia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak memperdulikan suasana jaln raya yang cukup padat dengan kendaraan lain.

"Please,jangan tinggalin aku. Bersabarlah sedikit lagi,ku mohon" lirihnya.

***
Flashback

Amira mematung saat mendengar suara yang sangat familiar bagi dirinya,cobaan apalagi yang akan dia dapatkan? Skenario apa lagi yang Tuhan sedang rencanakan pikirnya.

Ali menghentikan langkahnya begitupun dengan Amira,Ali menoleh ke samping kanan ternyata seorang laki-laki berjalan dengan langkah cukup cepat.

"Lo Ali kan?" Tanya laki-laki tersebut saat berhadapan dengan Ali.

Ali mengangguk dan sedikit mengerutkan alisnya seakan sedang berpikir "wait,lo Revan?" Tanya balik Ali.

Dia Revan,lalu tersenyum semangat "iya,lo apa kabar? Kapan balik?" Basa-basi Revan,lalu dia mengulurkan tangan ke depan Ali.

"Alhamdulilah baik,baru tadi sorean. Lo sendiri gimana?" Ali membalas jabatan tangan Revan.

"Bisa lo lihat. Btw lo sama siapa? Terus ngapain? Udah tengah malam pula" ucap Revan tersenyum.

Ternyata dia cerewet juga batin Amira. Revan belum menyadari sosok Amira karena perempuan itu menundukan diri,tidak mau terlihat oleh laki-laki pengecut seperti Revan.

Ali melirik sedikit pada Amira lalu kembali menatap Revan "dia Amira adik gue. Kebetulan besok mau berangkat ke Arab Saudi,mengantar Amira" ucap Ali.

Duaarrrr

Revan seketika mematung,dunia seperti tidak berputar lagi mendengar perkataan Ali barusan. Dia harap ini hanya mimpi,dan besok tidak akan terjadi apapun.

"Ar-ab Sau-di?" Tanya Revan terbata,tenggorokannya seakan tercekat tidak mampu berkata apapun.

Ali mengangguk "iya,oh ya Van gue pamit duluan ya. Udah malam soalnya,bye" ucap Ali.

Revan hanya mengangguk samar,tatapannya tidak lepas dari sosok Amira yang kini sudah berjalan dan menjauh.

"Enggak mungkin Mir,kamu jangan hukum aku seperti ini" lirih Revan.

***
Kembali ke Bandara dimana Amira berada,perempuan itu semakin gelisah karena mendapatkan teror dari Revan berupa pesan singkat. Bahkan entah berapa kali laki-laki itu mencoba menghubungi dirinya,tetapi dia tidak merespon sama sekali.

My Sweety Heart (Slow Update Lupa Alur Haha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang