Family time kah?

36 5 0
                                    

Revan melonggarkan pelukannya lalu dia menatap sang anak yang hanya melihatkan matanya saja. Revan mengelus kedua pipi sang anak tersenyum bahagia,siapa sangka tangan mungil mengusap kedua pipi Revan.

"don't cry daddy, this is not the time to be sad but to be happy" ucap gadis kecil.

Kedua kalinya Revan menarik sang anak kedalam pelukan "sorry dad for leaving you with your mom" jawabnya.

Gadis kecil menggeleng kepala "tidak apa,walaupun aku belum paham tapi tidak masalah bagiku. Yang terpenting aku sudah tau dan bertemu dengan mu ayah" jelasnya.

Runtuh sudah air mata Revan detik itu juga,dia tidak percaya dengan anaknya yang masih belia tetapi ucapannya seperti orang dewasa. Entah seperti apa didikan Amira sampai anaknya sedewasa ini dibandingkan dengan usianya.

Sedari tadi Amira hanya menyaksikan ayah dan anak,air matanya pun menetes dengan cepat dia mengusapnya. Setelah itu dengan keberaniannya Amira mendekat selangkah kepada keduanya.

"Sudahkan melepas rindunya?" Tanya Amira kepada anak dan ayah.

Dengan bersama keduanya saling melepaskan pelukan lalu menatap kearah Amira yang sedang menatap mereka.

"Hehe maaf bunda" ucap gadis kecil.

Lalu Revan berdiri dan berhadapan dengan Amira "gimana kabar kamu? Baik?" Tanya nya.

Amira mengalihkan pandangannya agar tidak menatap langsung dengan Revan "alhamdulilah sangat baik" jawabnya.

Revan mengangguk paham,lalu tidak ada ucapan selain dia merasa tangannya di tarik oleh seseorang siapa lagi kalau bukan anaknya.

"Bisahkan kita makan dulu? Aku sudah lapar dari tadi" ucap polos gadis kecil membuat kedua orang dewasa terkekeh.

"Tentu,tapi sebelum itu boleh tidak ayah melihat wajahmu?" Tanya Revan hati-hati.

Gadis kecil menatap sang bunda lalu di angguki kepala oleh Amira,lalu dia menatap sang ayah kembali "boleh kok,silahkan ayah buka cadarnya" titahnya.

Tangan Revan terangkat gemetar,perlahan dia mengarahkan tangannya ke belakang lalu dengan pelan menarik tali cadar anaknya.

Dan.....

***
Mata Revan melebar sempurna saat melihat wajah anaknya secara langsung,lalu dia mengajapkan mata karena belum percaya sepenuhnya.

"Ayah kenapa diam? Apa aku jelek?" Tanya polos gadis kecil.

Amira terkekeh sampai menutup mulut yang tertutup oleh cadar,dia merasa lucu melihat ekspresi Revan dan anaknya yang polos.

"Mir,perasaan kita melakukan sekali. Tap-"

"Revan" geram Amira.

Bisa-bisanya laki-laki ini mengeluarkan sifat aslinya di hadapan anaknya sendiri,namun pelaku hanya cengengesan tanpa dosa.

"Kamu cantik sekali nak,mirip sekali dengan bunda" ucap Revan.

Terakhir kali Revan melihat wajah Amira cukup lama,namun dia yakin wajah perempuan tersebut tidak akan berubah. Kemungkinan bertambah sangat cantik,walau sekarang wajahnya tertutup oleh cadar.

Gadis kecil tersenyum "terimakasih ayah atas pujiannya" jawabnya.

Revan membalas dengan tersenyum "jangan pernah kamu perlihatkan wajah keorang lain ya nak,biarkan wajah cantik ini di lihat oleh suami mu nanti" nasihatnya.

Diam-diam hati Amira tersentuh dengan ucapan Revan,sungguh dia melihatnya tidak percaya laki-laki di depan saat ini sudah banyak perubahan. Bukan hanya fisik,tetapi sikap kepribadiannya pun.

Gadis kecil mengangguk lalu mengajak kedua orang tuanya untuk makan bersama,namun sebelum itu Revan kembali memasangkan cadar kepada anaknya.

***
Setelah makan bersama,kini gadis kecil sudah tertidur pulas di sofa panjang menyisakan kedua orang dewasa dengan pikirannya masing-masing. Beruntung Revan memilih ruang privasi jadi mereka bisa leluasa mengobrol.

Revan berdehem "maaf" ucap singkatnya.

Amira melirik sekejap lalu menatap kedepan kembali "untuk?" Tanya nya.

"Untuk semuanya,mulai dari awal sampai akhir. Maaf tidak bisa menemani masa-masa sulit mu,asal kamu tau aku selalu mencari keberadan hanya sangat sulit. Mungkin ini hukuman untuk ku Mir" jelas Revan.

Tatapan Amira kini kembali pada Revan yang sedang menatap kosong kedepan,di depan berkelip lampu karena sudah malam.

"Aku tidak apa-apa Van,sudahlah lagian sudah berlalu" ucap Amira.

Revan menatap Amira namun perempuan itu  yang langsung mengalihkan pandangannya "aku benar-benar bersalah Mir,kamu baik sekali sampai tidak membenci ku bahkan mempertemukan dengan anakku sendiri".

Karena aku benci dengan diriku sendiri,sudah mencintaimu sedalam ini batin Amira.

"Itu sudah hak kamu mengetahui anakmu sendiri,bahkan dia pun begitu"

Revan mengangguk "kamu tidak ada niatan menikah Mir?" Basa basinya.

Tanpa mereka sadari,tatapan mereka bertemu satu sama lain. Mata keduanya tidak dapat di bohongi rasa rindu dan cinta terdapat dalam diri keduanya,namun enggan untuk mengutarakan.

"Tidak. Aku hanya ingin fokus dengan putriku" ucap Amira sudah menatap ke depan.

Revan tersenyum tipis "aku paham kok,tapi jika suatu nanti aku mengajak mu menikah. Apakah kamu bersedia?" Tanyanya.

Deg

Ucapan Revan seketika membuat tubuh Amira membeku,laki-laki itu melamarnya? Apa benar? Banyak sekali pertanyaan di benak Amira tapi dia tidak sanggup mengungkapkannya.

"Van,ak-"

Dengan cepat Revan memotong ucapan Amira "aku tau,kamu sangat trauma dengan kejadian beberapa tahun lalu. Aku tidak memaksa Mir,aku tahu diri. Bertemu dengan mu dan anakku saja sudah sangat bahagia" jelasnya.

Amira kembali menatap Revan,dia menatap laki-laki tersebut dengan sendu walaupun matanya tetap kedepan.

"Kita jalanin aja seperti ini Van,anggap saja kita berteman" ucap Amira.

Dia pun merasa tidak tega melihat keadaan Revan serapuh ini,bahkan Amira bisa melihat perubahan wajahnya sangat jauh berbeda. Mata panda,rambut gondrong,kumis hampir lebat,bahkan jenggotnya mulai tumbuh.

Amira benar-benar merasa iba melihatnya,dia tidak mungkin menerima lamaran... mungkin tapi dia tidak ingin masa lalu kembali dalam hidupnya. Sudah cukup sekali seumur hidup dirinya menderita,dia ingin bahagia seperti sekarang bersama putri kecilnya. Di tambah Revan hadir ikit serta,dia tidak masalah bahkan dia akan menjadikan Revan teman seperti ucapannya.

Revan menengok ke samping ternyata Amira sudah memalingkan wajahnya "terimakasih Mir,menjadi temanmu saja sudah bahagia. Jika kamu tidak keberatan boleh hubungi aku jika butuh apapun" ucapnya tulus.

Amir menganggukan kepala,lalu tidak ada percakapan apapun dari keduanya hanya hening.

***
13 januari 2023

Beberapa bab lagi otw tamat
Mau happy atau sad? Sad kayanya seru ya haha

My Sweety Heart (Slow Update Lupa Alur Haha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang