Tujuannya 2

38 3 0
                                    

Perempuan bercadar menekan tombol angka lift,lalu dengan langkah cepat dia masuk kedalam lift tersebut. Di dalam lift,perempuan bercadar itu tidak bisa diam kakinya bergerak gelisah seakan ingin segera lift berhenti.

Ting

Dengan cepat dia berjalan untuk ke tempat yang di tuju,sampai di depan pintu tanpa pamit atau mengetuk dia membuka tidak lupa mengucapkan salam.

"Abang,jujur sama aku. Kenapa dia ada disini? Terus apa dia mendatangi abang?" Tanyanya berbondong.

Yang di tanya hanya menatap kebingunan,bisa-bisanya sang adik baru sampai sudah bertanya sebanyak itu.

"Listen to me Amira. Dia ada disini karena mencari mu,dan benar dia kesini itu pun meminta alamat tinggal mu di Saudi" jujur Ali.

Deg

Amira menjatuhkan paper bag juga tasnya,dia sampai syok mendengar itu semua dari sang kakak.

"Apa dia ketemu anakku bang?" Lirih Amira.

Ali mengangguk "iya dia ketemu anakmu,tapi dia mengira anak abang. Namun jangan sepelekan seorang Revan,karena dia curiga ada yang di sembunyikan oleh kita" ucapnya.

Ali berjalan mendekati Amira lalu memegang kedua pundak adiknya itu "abang harap ini terakhir kali menyembunyikan sebuah fakta,kalau kamu sudah melahirkan anaknya dek" lanjutnya.

Amira tidak menatap balik Ali,dia menatap kosong kedepan. Apakah dia harus mendengar ucapan abangnya,atau pendiriannya sendiri yang akan menyembunyikan semuanya sampai anaknya dewasa. Namun itu tidak mungkin,karena akan terjadi yang namanya pepatah sebagai manapun mengubur bangkai pasti akan tercium juga.

"Tapi aku belum siap bang,aku takut" lirih Amira.

Ali menarik Amira kedalam pelukannya,lalu dia mengusap kepala dengan tulus "siap nggak siap harus dek,abang yakin dia tidak akan memaksa kamu jadi miliknya. Dia hanya ingin tahu kabarmu juga menemuimu tidak lebih dari itu,kamu harus jujur tentang anaknya. Pasti dia bakal bahagia,dan jangan takut dia akan merebutnya dari mu. Abang pastikan tidak akan mungkin,hanya bertemu itu lebih dari cukup untuknya" jelasnya.

Tanpa kedua orang dewasa sadari,ada sosok gadis kecil menatap dengan tatapan sendu. Gadis itu berniat untuk menemui bunda yang baru sampai,tetapi dia mendengar percakapan kedua orang dewasa.

"Apa mungkin teman papa itu ayah? Tapi kenapa bunda menyembunyikan dariku" batib gadis tersebut.

Umur memang tidak memandang kedewasaan,contohnya gadis ini walaupun umur masih belia dia sudah memiliki pemikiran sangat dewasa malah melebihi orang dewasa yang sewajarnya.

***

"Bunda" panggil gadis kecil,dia menyembulkan kepalanya saat setelah membuka pintu.

Amira menengok lalu tersenyum hangat "masuk nak" suruhnya.

"Kenapa belum tidur? Ini sudah jam 9 lho nak" lanjut Amira.

"Sebentar lagi bun. Hm,boleh tidak aku menanyakan sesuatu kepada bunda?" Tanya ragu gadis kecil tersebut.

Amira mengelus kepala anaknya "apa itu?" Tanya kembalinya.

Gadis kecil belum mengeluarkan sepatah pun,dia menunduk dan memainkan tangannya yang bertautan. Amira melihatnya mengerutkan alisnya,saat sang anak enggan membuka suaranya.

"Bicaralah nak,bunda akan jawab" ucap lembut Amira.

"Is he my father?"

"Maksudnya nak?" Sungguh Amira tidak mengerti ucapan sang anak.

"Revan"

Deg

Bagaimana bisa anaknya tahu nama tersebut,dan tiba-tiba menanykan seperti itu batin Amira.

"why did you lie to me?" Sendu gadis kecil tersebut.

Grep

Amira langsung memeluk sang anak kedalam pelukannya "i am sorry,didn't mean to lie to you" ucapnya.

"Hiks,bund tidak tau bagaimana hiks rindu ayah. I miss you so much" gadis kecil mengungkapkan dengan menangis.

Amira ikut menangis dalam diam,di mempereratkan pelukannya seakan dirinya merasa bersalah sangat bersalah.

"Maafkan bunda,maafkan bunda sayang. Bunda salah"

"may i meet him?"

Bagaimana ini ya Allah,apakah aku harus mengiyakan? Ini sulit sekali walaupun aku juga ingin bertemu dengannya batin Amira.

Tidak sadar Amira melamun dan sang anak menyadarkan dirinya dengan memanggil beberapa kali.

"Tidak bisa ya bunda? Maafkan aku sudah mem-"

"when do you want to meet him?"

Gadis kecil seketika melebarkan matanya dengan berbinar "are you serious?" Tanya nya.

"Yes baby" jawab Amira tersenyum di balik cadarnya.

"Besok bun,bagaimana?"

Amira mengangguk "tentu sayang. Sekarang kamu tidur,besok kita tanyakan kontaknya pada papa" ucapnya.

Gadis kecil tersenyum "ok,terimasih bunda. Sayang bunda sekali" sahutnya.

Lalu gadis kecil mengecup kedua pipi Amira kemudian beranjak keluar meninggalkan sang bunda sendiri.

Amira menatap kosong "aku pun rindu padanya nak,hanya saja bunda takut masa lalu" lirihnya.

***

26 desember 2022

My Sweety Heart (Slow Update Lupa Alur Haha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang