Warning!!!
Ada kata-kata kasar!!!***
Laki-laki tersebut tidak menjawab salam melainkan menggeleng kepalanya,lalu dia berdiri dan berjalan ke arah Amira. Amira yang sedang berdiri hanya tersenyum manis,tidak lama laki-laki tersebut sudah berada di depannya."Apa kabar Van?" Tanya Amira,mungkin hanya sekedar basa-basi saja.
Revan menatap Amira dengan wajah datar dan sulit di artikan "tidak usah basa basi. Sedang apa kamu disini?"
"Kamu kemana saja? Tidak ada kabar" Amira mengabaikan pertanyaan Revan membuat laki-laki tersebut mengepalkan kedua tangannya.
Dengan rahang yang mengeras Revan melangkah selangkah kedepan Amira,dengan begitu keduanya saling menatap.
"JANGAN BASA BASI,AKU TANYA PADAMU. SEDANG APA KAMU DISINI BANGSAT?" teriak Revan.
Sontak Amira tidak percaya dengan laki-laki di hadapannya berteriak bahkan berkata kasar padanya,setau dia Revan tidak seperti sekarang. Seketika senyum Amira memudar berganti dengan ketakutan,semua badannya bergemetar namun sekuat tenaga dia lawan.
"Aku kesini ingin bertemu dengan mu Van. A ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu" ucap Amira dengan nada takut.
Alis Revan terangkat dia tidak mengerti apa yang di katakan oleh Amira.
"Katakan" jawab Revan nada datar.
Amira membuka tasnya dengan tangan gemetar,dia mencari benda yang akan di tunjukan pada Revan. Karena merasa takut Amira tidak fokus mencari benda tersebut,pada akhirnya dia pun berhasil mencari. Padahal tidak tertutup apapun,pada dasarnya orang yang sedang ketakutan akan seperti itu.
Perlahan tangan Amira menyodorkan benda tersebut ke depan Revan.
"A aku ham il Van" ucap Amira.
Kini kedua alis Revan terangkat,dia benar-benar tidak mengerti oleh perkataan Amira. Revan menatap Amira seolah memberikan penjelasan,namun Amira menelan ludah melihat tatapan Revan yang begitu dingin dan tajam.
"A ku hamil a anak ka mu Revan" lanjut Amira.
Mendengar kata tersebut membuat Revan mendekatkan telingannya pada wajah Amira "apa katamu? Anak aku?" Tanya nya seolah memastikan.
Amira mengangguk pelan,sontak membuat Revan tertawa keras.
"Hahaha kapan aku tidur dengamu Amira kapan? Jangan menghayal" ucap Revan.
"Waktu itu di apartement mu Van,dan kamu pun yang mengatakan akan bertanggung jawab jika aku hamil" jawab Amira.
Lagi-lagi Revan tertawa "terus kamu percaya? Denger baik-baik Amira,aku hanya menguji mu sampai mana kamu tergoda atau tidak dan ternyataaa"
Revan menggantung ucapannya,lalu dia mendekatkan wajahnya pada telinga Amira "kamu tergoda oleh ku,polos mu dan hijab mu menutupi semuanya" bisiknya.
Tidak sadar kedua tangan Amira mengepal dengan erat,hatinya sakit,matanya mulai memanas tetapi dia tahan agar tidak terlihat lemah.
"Ma-ksud kamu?" Sunggu Amira sudah tidak tahan ingin rasanya menangis kencang saat itu juga.
Revan menjauhkan wajahnya lalu menatap ke depan dengan senyum miringnya.
"Aku hanya ingin mengetes mu saja,karena kamu menarik perhatian mulai dari polos dan berhijab seperti ini. Ternyata dugaan ku salah,kamu sama seperti lain terbuai oleh rayuan. Dasar lajang"
Plak
Amira langsung menampar dengan kencang,dia merasa sakit hati oleh ucapan Revan.
"KAMU BRENGSEK REVAN,KAMU BAJINGAN" teriak Amira.
Revan memegang pipi bekas tamparan Amira,sikapnya seperti biasa lalu dia menatap tajam Amira.
"DAN KAMU SAMA SAJA WANITA MURAHAN AMIRA"
Plak plak
Kali ini Amira menampar kedua pipi Revan secara bergantian.
***
Kini Revan sedang berada di balkon kantornya,dia menyesap rokok dan mengeluarkan asapnya. Tatapannya begitu kosong,setelah menerima tamparan dan kepergian Amira dari kantornya Revan menjadi murung."Lo ngapain nyuruh gue kemari?" Tanya seseorang di belakang Revan.
"Dia barusan kesini" ucap Revan tanpa menatap orang tersebut.
Orang tersebut berjalan lalu berdiri di samping Revan "terus?" Tanya nya.
Revan membuang rokoknya sembarang lalu mengehela nafas "dia ngasih tau gue bahwa dia hamil. Dan ya akhirnya gue ungkapin ke dia,berujung dia nampar gue" jelasnya.
Orang tersebut menatap kesamping dengan wajah berbinar dan senyum liciknya.
"Hahaha bagus,berarti rencana kita berhasil Van" ucap orang tersebut.
Revan pun menatap orang tersebut dengan tatapan sulit diartikan "tapi gue sakit lihat dia kaya gitu Ki" jawabnya.
Riki menepuk bahu Revan dan tersenyum miring "yang pentig balas dendam kita terwujud Van" ucapnya.
Setelah itu Riki berbalik dan meninggalkan Revan sendiri yang sedang merasakan perasaan gundah gulanda.
Maafkan aku Amira,maafkan batin Revan.
***
25 April 2022
Maafkan aku yang akan tidak akan menceritakan asal usul Amira dan Revan atau tentang balas dendamnya itu.
Sengaja sih,siapa tau ada penerbit minang cerita ini wkwkw. Kan nanti aku ceritain detailnya di buku,aminkan yaa.
See u
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweety Heart (Slow Update Lupa Alur Haha)
RomansaPLAGIAT DENDA 10 JUTA! INI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI Amira Salsabilla seorang dosen di salah satu Unisversitas Jakarta,wanita berparas cantik memiliki badan idaman para kaum hawa dan jangan lupakan hijab menutupi auratnya membuat parasnya semak...