Club

100 3 0
                                    

Malam hari di sebuah club terkenal di Jakarta,seorang Revan tengah duduk dengan tangan memegang minuman alkohol. Sesekali dia minum tidak lupa sebatang rokok pun dia hisap,tanpa di temanin siapa pun Revan menghabiskan waktu di tempat tersebut.

Di depan matanya banyak yang sedang berjoged ria,bahkan para wanita penggoda berusaha mendekati Revan namun sayang dia tidak berminat sekali tergoda.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Revan dia pun menengok.

"Ngapain lo kesini?" Tanya orang tersebut.

"Gabut" jawab Revan setelah itu menatap kembali ke depan.

Orang tersebut menarik kursi dan duduk di samping Revan.

"Gue tau lo nyesel kan? Kenapa lo turutin si Riki?"

Revan menyimpan minumannya sesekali dia menghisap rokok "nyesel banget,tapi bagaimanapun dendam ya harus di balas" ucap nya.

"Tapi nggak dengan cara merusak anak gadis orang Van".

Revan mengangguk "gue tau Yon" ucap Revan.

Dion mengehela nafas lalu menatap ke depan "suatu saat nanti dia akan tau Van,dan mungkin akan membenci lo" jelas Dion.

"Sekarang aja dia udah benci gue Van,karena dia udah gue rusak" ucap Revan dengan sendu.

Dion menepuk pundak menyemangati "gue harap lo cepat sadar dan nggak ikut lagi perkataan Riki" kata Dion.

Revan menggerakan kepalanya perlahan menatap Dion yang ternyata sedang menatapnya kembali dengan tersenyum.

"Tap-"

"Gue yakin lo bisa Van" Dion memotong ucapan Revan.

Revan mengangguk ragu,lalu menatap kembali kedepan. Gue nggak bisa,tapi gue nggak tega dengan Amira. Apa yang harus gue lakukan sekarang batin Revan.

***
Revan keluar dari Club pukul 01.00,sekarang dia sudah berada di depan rumah. Dia keluar dari mobil dengan sedikit sempoyongan,maklum saja di Club dia menghabiskan beberapa gelas minuman beralkohol padahal Dion sudah mengingatkan agar tidak banyak minum tetapi Revan tidak mendengarkan.

"Nggak usah pulang lo sekalian" ucap seorang wanita.

Wanita itu berdiri tidak jauh dari Revan dengan menyilangkan kedua tangannya di depan menatap tajam Revan. Revan tersenyum menyebalkan,dia berjalan menghampiri wanita tersebut dengan sempoyongan.

"Dek,lo tau nggak gue cinta banget sama Amira tapi sayang dia benci gue" racau Revan.

Wanita tersebut Refalina adik satu-satunya Revan yang berstatus sebagai mahasiswa akhir,kedua nya seperti adik kakak biasanya selalu berantem tetapi saling menyayangi.

Alis Refalina mengerut seakan tidak mengerti apa yang sedang di ucapkan oleh sang kakak,karena jika Revan memanggil dengan kata Dek itu artinya ada sesuatu yang di sembunyikan oleh sang kakak.

Revan tertawa pelan lalu dia amruk di depan sang adik dan dengan langsung di tompang oleh Refalina. Refalina membawa Revan ke sofa untuk di duduki,setelah itu dia membuka sepatu terakhir memberikan minum,beruntung ada air mineral di sana karena sengaja untuk tamu. Tapi ini air mineral berbentuk botol bukan gelas ya gais wkwkw.

"Bang,maksud lo apa ngomong kaya gitu?" Tanya Refalina menatap Revan dari samping.

Kini posisi Revan bersandar di pundak Refalina "dia benci gue dek,dia benci gue" ucap Revan.

"Maksud dari benci itu apa bego? Lo nyari masalah sama kak Amira?"

Tanpa sepengetahuan Refalina,Revan meneteskan air mata dia memejamkan matanya sebentar "iya gue bikin masalah" lirih Revan.

Refalina mendengar suara Revan berbeda,dia memegang pundak sang kakak lalu menatapnya. Refalina tercenga saat melihat Revan menangis,menangis untuk pertama kalinya oleh perempuan setelah mama juga dirinya.

"Ngomong bang sama adek,apa yang terjadi? Abang ngelakuin apa sama kak Amira" tanya Refalina sedikit khawatir.

Revan menunduk,dia tidak berani menatap Refalina yang terdengar mengkhawatirkan dirinya. Dia tidak mau dari khawatir menjadi benci seperti Amira.

Karena Revan tak kunjung menjawab,Refalina mengoyangkan kedua bahu Revan "jawab adek bang jawab" tegas Refalina.

Dengan perlahan Revan menggerakan kepalanya lalu menatap Refalina "a-bang" ucap terbata.

Sejujurnya dia belum siap untuk berkata jujur pada sang adik,tetapi entah dorongan darimana dia ingin berkata jujur walaupun hasilnya akan membuat orang yang di sayang menyesal.

Refalina menatap Revan dengan tidak sabar "apa bang buruan!" Tegasnya.

Revan menarik nafas panjang lalu dia membuang muka ke arah lain "abang menghamili Amira dek" pelannya masih terdengar oleh Refalina.

Plak

Satu tamparan sangat kuat mendarat di pipi kiri Revan "KEPARAT LO REVAN,BISA-BISA BERBUAT KEJI. GUE KECEWA SAMA LO REVAN" teriak Refalina.

Refalina dengan langsung menampar Revan,dia sangat marah saat mendengar ucapan sang kakak. Dia tidak habis pikir apa yang merasuki otak Revan sehingga berbuat seperti itu,Refalina tahu betul jika sang kakak nakal dan salah gaul tetapi tidak seperti ini juga.

Revan memegang pipinya,lalu dia menggerakan kepalanya menatap sendu sang adik yang kelihatan sangat marah dan kecewa.

"Maafkan abang dek,abang hilaf" lirih Revan.

"ALASAN LO KLASIK REVAN KLASIK HIKS" teriak Refalina.

Refalina menunduk dengan menangis sendu,dia menjambak rambut frustasi. Revan berusaha menenangkan dengan mencoba mengelus namun di tepis langsung oleh Refalina.

"Nggak usah sentuh hiks,adek kecewa sama abang" tangis Refalina.

Revan melihat Refalina begitu sakit,dadanya terasa ngilu ini kedua kalinya melihat perempuan yang dia sayang kecewa padanya.

"Maafkan abang dek,maafkan" lirih Revan.

***

06 mei 2022

Minal aidzin walfaidzin semua,gimana kabar kalian sehat? Mabok daging tidak? Masih dapat ampau? Atau bagi ampau?

Baru sempat nulis karena sibuk di dunia nyata biasalah wkwkw

See u,jangan lupa vote dan komennya.

My Sweety Heart (Slow Update Lupa Alur Haha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang