Dia pergi

79 8 0
                                    

Ruang inap sudah kembali tenang setelah kepergian kedua orang tuanya yang sempat bercecok dengan kedua anaknya,namun selepas itu anak perempuannya memikirkan perkataan papanya.

Gue penasaran maksud papa apa,batin Refalina

"Refa!" Panggil Revan.

Lamunan buyar ketika Refalina mendengar namanya di panggil,lalu dia mengalihkan pandangannya pada Revan yang baru selesai di obati oleh suster. Kenapa di obatin kembali? Karena wajah Revan kembali mengeluarkan darah setelah tamparan cukup keras dari papanya.

Sepeninggalan suster,Refa menghampiri Revan lalu "kenapa?" Tanya Refalina pada Revan.

"Ngelamunin apa?" Revan malah bertanya balik.

Refalina ingin sekali bertanya pada Revan,namun dia ragu. Tentu saja bukan ragu tidak berani,melainkan ragu jima Revan kakaknya tidak berkata jujur.

"Nggak" elak Refalina.

Revan menatap mata Refalina dalam,ternyata ada kebohongan dari diri adiknya itu. Dia mencoba tersenyun dengan wajar dan bibir terasa nyeri.

"Ada sesuatu yang lo mau sampaikan ke gue,tapi lo ragu? Iya?" Tanya Revan.

Refalina mengangguk "tapi gue takut lo nggak jujur" ucap Refalina.

"Gue jujur kalau itu sesuai dengan kenyataan Ref"

"Ok,gue tanya sama lo bang. Maksud ucapan papa yang terpotong oleh mama itu apa? Mungkinkah ada rahasia yang kalian sembunyikan,dan hanya gue yang nggak tau" to the point Refalina.

Glek

Revan menelan ludahnya kasar,pertanyaan adiknya itu sungguh membuat lidahnya kelu.

"I-tu"

"Gue udah tau jawabannya bang,pasti lo nggak bisa berkata jujur" potong Refalina,lalu dia memalingkan wajahnya arah lain.

Sabar Ref,sebentar lagi kamu tau semuanya. Batin Revan

***
"Selamat malam pak,maaf saya mengganggu. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa besok ada meeting di Bogor,apakah bapak bisa?"

Malam harinya,Revan sedang menerima panggilan dari seseorang yaitu sekertarisnya bernama Karin.

"Iya malam,Karin tolong pending meeting untuk besok karena saya kurang sehat" jawab Revan.

"Baik kalau begitu pak,lekas sembuh. Selamat malam"

Tut

Panggilan terputus dan itu semua Revan sendiri yang mengakhiri tanpa menjawab sepatah katapun untuk sekertarisnya itu. Disini tidak ada kata sekertaris mencoba menggoda bosnya lah,cari perhartian lah. Tidak ada,Karin sekertaris yang berbeda dia sangat profesional dalam bekerja. Walaupun dia tahu bosnya begitu tampan,tetapi dia tidak berminat menggodanya.

"Dek,lo tau nggak gue bonyok kaya gini?" Revan mencoba membuka suaranya.

Saat ini,dia sedang di suapi oleh Refalina yang memasang wajah datarnya. Kejadian beberapa jam membuat Refalina kecewa pada Revan selaku kakaknya,dia pikir akan mendapatkan jawaban ternyata sama saja seperti di novel. Kebohongan!

"Gak" singkat padat dan jelas Refalina ucapkan.

Diam-diam Revan tersenyum tipis,dia melihat adiknya yang sedang marah kepadanya membuat dirinya semakin ingin mengerjai.

"Masih marah?" Tanya basa-basi Revan,padahal dia sendiri mengetahuinya.

Dasar jail!

"Menurut ngana?" Ketus Refalina.

Walaupun begitu,Refalina tetap menyuapi Revan tanpa melihat wajah kakaknya.

"Nggak usah marah lo bocil,nanti juga lo tau sendiri jawabannya" ucap ngeselin Revan.

Kali ini,Refalina menatap tajam Revan yang di balas cengengesan sang kakaknya.

"TERSERAH LO REVAN!" Kesal Refalina.

Revan tertawa namun tidak terbahak karena dia masih ingat luka cukup parah di wajahnya.

"Sial,gue jadi pingin karungin lo dek. Btw gue mau cerita nih,di dengerin nggak?"

"Hmm"

Sebelum bercerita,Revan menarik nafas pelan lalu menatap dengan pikiran menuju pada kejadian yang telah dia alami.

"Saat itu,gue nggak sengaja ketemu dia bersama kakaknya. Singkat cerita,entah sengaja atau tidak kakaknya ngasih tau kalau dia akan pergi. Dari situ gue mulai gelisah,esok harinya gue langsung menyusul dia untuk terakhir kali" Revan menjeda,lalu dia menatap Refalina yang ternyata menatap pada dirinya.

Revan tersenyum lalu kembali mengalihkan pandangannya.

"Karena nggak ketemu,gue chat dia bahwa ingin terakhir kali bertemu. Sudahlah kita bertemu,gue ceritain semua asal dia nggak pergi. Tetapi,kakaknya tiba-tiba menghajar gue ternyata kakaknya mendengar ucapan gue ke dia. Akhirnya,kakaknya membawa dia pergi dari hadapan gue. Dia pergi dek,dia pergi" Revan melanjutkan ceritanya,lalu tanpa sadar meneteskan air mata.

Refalina melihat secara langsung ikut sedih,ini bukan kali pertama dia melihat kakaknya rapuh seperti ini. Dia bisa merasakan perasaan kakaknya begitu dalam pada perempuan ini.

Perlahan,Refalina menyimpan mangkuk berisikan makanan di meja lalu dia menarik kakaknya kedalam pelukan.

"Adek tau,abang begitu dalam perasaan sama dia. Adek nggak mau abang terus seperti ini,kalau dia jodoh abang pasti abang bisa membawa dia kembali. Tapi kalaupun nggak jodoh abang,setidaknya abang bisa bertemu dengannya untuk terakhir kali. Dan melihat anak abang" ucap Refalina.

Revan tidak membalas pelukan Refalina,dia hanya mendengarkan ucapan adiknya. Memang benar adanya ucapan adiknya itu,tetapi rasanya semesta tidak adil pada dirinya.

***

15 juli 2022

Happy 1k 🥳 ya Allah terimakasih banyak semuanya.

Aku makin semangat nulis,dan jangan lupa vote lalu komen ya. Aku selalu nunggu kritik dari kalian loh

See u

My Sweety Heart (Slow Update Lupa Alur Haha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang