Chekup

64 1 0
                                    

Setelah bermalam di rumah Nadia,kini Amira sudah di jalan meninggalkan rumah sahabatnya itu namun dia tidak langsung ke rumahnya melainkan kesebuah rumah sakit terdekat. Rasa penasarannya muncul,apakah dia benar hamil atau tidak karena hanya di buktikan oleh alat saja belum sepenuhnya percaya.

Menginap di rumah Nadia tentu saja ada drama tersendiri yaitu orang tua Amira meneror bahkan Nadia menceramahinya.

Flashback

Ponsel Amira terus berbunyi di saat dirinya sedang menunaikan ibadah shalat isya,sedangkan Nadia tengah duduk manis selonjoran di tempat tidur terganggu. Lalu dia meraih ponsel Amira,kemudian menekan tombolnya.

"Hallo assalamualikum" ucap salam Nadia.

"Waalaikumsalam,ini dengan siapa?"

"Ah iya ini Nadia abi" jelas Nadia.

Tepat,yang menelpon abi dari Amira.

"Oh nak Nadia. Oh ya kok ponsel Amira ada di kamu?" Tanya Abi Amira.

Nadia melirik ke arah Amira,ternyata dia sedang merapikan mukenanya.

"Memangnya Amira tidak izin abi kalau mau nginap di rumah Nadia?"

"Tidak sama sekali. Makanya abi nelpon karena sudah larut malam dan membuat khawatir".

Nadia menatap tajam ke arah Amira yang sedang berjalan kearah nya,Amira cengengesan dan membentuk jarinya V.

"Iya Amira nginap di Nadia abi,katanya rindu" bohong Nadia.

Nadia salah satu sahabat yang rela berbohong,dan sahabatnya pun selalu membawa dirinya. Ada yang sama seperti ini? Ada,salah satunya author wkwkw.

"Yaudah kalau begitu abi tenang mendengarnya,nanti beritahu Amira ya nak nad jika abi menelpon. Lalu sampaikan harus menelpon balik" ucap Abi Amira.

"Baik abi nanti Nadia sampaikan"

"Kalau begitu abi tutup,assalamuaikum"

"Waalaikumsalam abi"

Sambungan terputus,Nadia melempar ponsel Amira yang sudah duduk bersila menghadap dirinya.

"Hehe maaflah belum sempet aku kabarin abi" elak Amira.

Padahal pikiran saat ini hanya tentang Revan dan janin yang ada di perutnya,begitupun dengan nasib nya nanti.

Nadia menyilangkan kedua tangannya di dada "lo tuh kebiasaan sejak dulu,apa-apa bilang dulu jangan sampai enggak. Nah kan gue lagi kena harus berbohong sama abi loh,Ya Rabb nambah dosa mulu gue Mir" ucap frustasinya.

Sedangkan yang di ceramahi terkekeh "iya kanjeng ibu maafkan saya" ucap Amira.

Nadia berdecih lalu merebahkan diri,sedangkan Amira menghubungi abinya sesuai apa yang di sampaikan Nadia.

***
Amira sudah sampai di rumah sakit,dia berjalan dengan menengok kanan kiri seperti orang yang ketakutan dan lebih tepatnya ketakutan dalam arti ketahuan. Dia berjalan mencari tempat informasi untuk mendaftarkan diri,tidak lama dia menemukan lalu mendaftarkan diri.

Setelah itu,Amira duduk di kursi tunggu untuk menunggu giliran. Saat itu tangannya bertautan,hatinya gelisah dan takut bahkan tangannya berkeringat dingin.

"Ibu Amira Salsabilla" panggil suster.

Amira langsung berdiri lalu berjalan menuju ruang periksa,sesampainya di dalam ruangan dia bertemu dengan dokter kandungan.

"Apa keluhannya?" Tanya dokter kandungan.

Amira yang duduk benar-benar gelisah "mual sama muntah dok" ucapnya.

"Terakhir datang bulan kapan?"

Kini pandangan Amira hanya menatap kesamping tidak tertuju kepada dokter "satu bulan yang lalu" ucap Amira.

Dokter tersebut mengangguk tersenyum "baik,silahkan berbaring nanti kita cek ya" suruh dokter.

Amira menurut,dia bangkit dan berjalan pelan menuju bankar lalu berbaring. Dokter menyikap baju Amira keatas,lalu menambahkan jell ke perut kemudian menempelkan alat khusus.

"Lihatlah bu,janin anda sudah berkembang dengan baik dan usianya sudah 6 minggu" terang dokter.

Deg

Tolong Amira jika ini hanya sebuah mimpi indah yang akan mendapatkan kebahagian,bukan nyata yang akan mendapatkan kesusahan.

"Ja jadi saya ha mil dok?" Tanya Amira.

Dokter mengangguk "iya bu,selamat ya atas kehamilannya. Di jaga jangan kecapean lalu makan yang bergizi,terutama jangan banyak pikirah yang membuat anda stres" jelas dokter.

Amira hanya mendengar,tatapannya kosong bahkan sedari tadi dia tidak menatap monitor. Dokter telah selesai memeriksa Amira lalu menyuruh untuk kembali duduk karena dia akan memberikan resep kepada Amira.

Telinga Amira mendengar walaupun tatapannya kosong dia tidak sampai melamun berlebihan,dia turun dan bankar lalu duduk di hadapan dokter.

"Ini resep obat dan vitamin yang anda bisa tebus di apotik bu" ucap Dokter.

Amira tersenyum tipis "terimakasih dok" jawab nya.

Dokter tersenyum "sama-sama bu,sehat selalu ya" kata dokter.

Amira hanya mengangguk lalu pamit dan tidak lupa mengucapkan salam.

Di dalam mobil Amira tersenyum miris,dia benar-benar kotor dan tidak menyangka akan mengalami hidup seperti ini. Di saat orang lain berbahagia dengan kehamilan tidak untuk dirinya,karena kehamilan ini bukan yang di harapkan.

"Aku benar-benar wanita murahan,aku pendosa sekali ya Allah" lirih Amira.

Saat ini dia sedang berada di perjalan untuk pulang,entah apa yang terjadi nanti jika perutnya semakin membesar mungkin saja akan terbongkar dan dia akan di benci oleh kedua orang tuanya sekalipun sang kakak. Ini perbuatannya dan ini juga yang harus dia hadapi,mau tidak mau harus.

"Apapun yang terjadi kamu harus bersama ku ya,kita kuat bersama" ucap Amira dengan mengelus perutnya.

***

09 mei 2022

Next konflik deh ya

Insya Allah di usahakan update tiap hari,tetapi malam ya di saat anak tidur.

Jangan lupa vote dan komen

My Sweety Heart (Slow Update Lupa Alur Haha)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang