🦋Siapa dia?🦋

228 13 2
                                    

Cuit cuit cuit

Burung-burung pipit setiap pagi selalu menyapa bumi dengan riangnya. Angin segarnya mampu menghipnotis orang-orang menikmati suasana pagi, serta embun di dedaunan menempel disitu seperti inang. Mengolah udara makin segar ketika di hirup. Cahaya matahari terbit menyilaukan wajah bagi orang yang berada di luar ruangan, atau dalam ruangan di tempat tertentu.

Gorden di kamar kedua pasutri itu masih tertutup, tapi ada sedikit celah yang mampu membuat matahari menerobos masuk, hingga menerpa wajah sang kepala keluarga. Ya, Mike beserta istri dan anaknya saat ini masih terlelap tidur, tenggelam dalam mimpinya masing-masing. Kebetulan juga hari ini ialah hari Minggu, setelah sholat subuh berjamaah, mereka tertidur kembali tanpa bekerja sama sebelumnya. Rasa kantuk menyerang begitu saja. Sampai jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan, kedua kelopak Mike perlahan-lahan mulai terbuka, sebelum itu, ia mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan pandangannya yang asalnya samar-samar menjadi jernih seperti asal. Pemandangan pertama yang dilihat Mike ialah wajah sang anak. Bocah laki-laki itu lagi menatap dirinya tanpa berkedip.

Selimut yang menutupi badannya di singkirkan oleh Mike

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selimut yang menutupi badannya di singkirkan oleh Mike. Sang anak lagi duduk ditengah-tengah mereka berdua. Tangan kekar itu menyentuh rambut Raka, lalu mengacak-acak-nya gemas, sambil tersenyum hangat. "Sudah lama bangun?"

1 detik, 2 detik, 3 detik, 4 detik, 5 detik, yang ditanyai tidak menjawab sama sekali. Melainkan hanya menampilkan ekspresi bengong, dimana mulutnya terbuka sedikit, pandangannya tidak teralihkan ke manapun. Menatap lurus ke arah sang ayah, seperti titik fokus. Tentu saja hal tersebut mengolah kedua alis Mike saling tertaut. Bingung.

Masih akan senyuman hangat, ia beralih mengubah posisinya menjadi duduk. "Kamu kenapa? Kok liatin papa gitu?" Jujur saja, Mike merasa risih, malu, ditatap anaknya seperti itu. Seolah-olah dirinya sekarang seperti pelawak yang garing, atau membosankan.

'Apa mataku ada tai-nya kali ya?' Mike membatin, sembari membuang muka ke belakang sebentar, guna mengucek-ngucek kedua mata, memastikan apakah ada kotoran mata disitu atau tidak. Tetapi tidak kunjung ditemuinya. Sehingga ia pun kembali membalikkan bada, tapi tetap saja anaknya tidak bergeming ditempat.

"Papa ganteng."

"Eh?"

Kedua pipi Mike memerah malu, atas pujian dari sang anak barusan. Meski ucapan yang bisa dikatakan singkat, tapi sukses mengundang rasa senang di hati. "Bisa aja kamu ya." Dengan gemas, teruntuk kedua kalinya ia mengacak rambut Raka.

"Tapi emang beneran kok, papa ganteng. Mama juga cantik, makanya Raka kagum," jelasnya, sembari mengalihkan obyek pandang ke arah Luluv yang mulutnya terbuka. Dimana air liurnya sedikit mengalir di sisi bibirnya. Terlihat sangat nyenyak, sampai Raka sendiri tidak tega untuk membangunkan. Begitupun juga dengan Mike, lelaki itu mengulas senyum.

"Kamu juga tampan lho."

"Pa, kita beli mie di supermarket yuk!" Kepalan kedua tangan mungil Raka terangkat, serta senyum manisnya mengembang.

Sebentar Mike melirik ke atas, lalu kembali menatap Raka yang matanya berbinar-binar.

"Emangnya stok mie di dapur sudah habis?"

"Tadi malam Raka mau makan mie, tapi kata Bi Yumna, udah habis. Yuk kita beli Pa, Raka juga mau beli mainan," rengek-nya, dimana garis bibirnya melengkung ke bawah.

"Terus mama kamu gimana? Nanti nyariin lho," ujar Mike seraya melempar pandang ke arah sang istri.

"Nanti kasih tau Bi Yumna aja buat bilangin ke mama. Ayok Pa kita pergi berdua! Ayo!" Tanpa menunggu persetujuan ayahnya, Raka asal-asalan menarik tangan lelaki tersebut. Ingin membawanya masuk ke dalam kamar mandi, biar cepat pergi.

Mau tidak mau, Mike menurut saja. Ia tak henti-hentinya mengembangkan senyum hangat, karena menurutnya tingkah anaknya sama persis seperti dirinya di masa kecil silam. Ayah beserta anak laki-lakinya itu mandi bersama berdua, tanpa mengetahui bahwa Luluv terjatuh ke bawah. Namun, ia masih mengorok, saking nyenyaknya.

***

Sesampainya di Supermarket, Mike mengambil keranjang belanja, sekalian ingin berbelanja barang yang diperlukan. Sudah lama ia tidak membeli bahan-bahan untuk masakan rumah, padahal bisa saja ia menyuruh asisten rumahnya itu. Tetapi kali ini ia ingin melakukannya sendiri, dengan ditemani oleh sang anak. Dimana anaknya itu lagi memilih-milih cemilan. Mike yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala, sambil menerbitkan senyum kecil dibalik masker yang dikenakannya.

 Mike yang melihatnya hanya geleng-geleng kepala, sambil menerbitkan senyum kecil dibalik masker yang dikenakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anak itu," gumamnya pelan, lalu kembali mencari-cari sesuatu. Sampai keranjang tersebut penuh akan barang-barang.

Raka berlari-lari sambil membawa mainan pesawat yang lagi dipegangnya. Menganggap bahwa pesawat mainan tersebut terbang, menyusuri langit. Sampai-sampai dirinya tidak mengingat tempat, mengakibatkan kakinya tersandung oleh badan seorang customer perempuan yang lagi berjongkok, sedang mencari barang di bagian bawah.

Sontak saja, wanita tidak diketahui itu langsung mendirikan tubuhnya. Menjumpai sosok bocah laki-laki yang tersungkur sehabis menabraknya. "Heh kamu, kalau lari-lari itu ingat tempat! Nggak sopan!" ujarnya bernada tinggi, sambil menyilangkan kedua tangan di bidang dadanya. Wanita berambut panjang bergelombang berwarna kecoklatan serta memakai baju ketat itu nampak marah.

Raka memegang lututnya yang terasa ngilu, ia mendongakkan wajah menatap wanita asing tersebut. Takut. Tergambar jelas bahwa Raka tidak berani dengan seseorang yang lagi berdiri di hadapannya sekarang.

"Orang tua kamu mana hah?! Gini nih nggak di didik dengan benar!" omelnya lagi. Ditanggapi Raka dengan menundukkan kepala ke bawah.

"Raka! Kamu kenapa? Papa cariin dari tadi tau-taunya ada di si--" Belum sempat Mike meneruskan kalimat rumpangnya. Raut wajahnya tiba-tiba saja nampak syok ketika menatap wanita yang berdiri tepat di sampingnya. Bukan hanya dia saja, tetapi wanita itu juga tak kalah kagetnya.

"Pak Mike!"

"Barbiesya!"

Bersambung...

Married With A Ceo [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang