🦋Extra part 3🦋

472 16 1
                                    

Tak terasa bulan sudah berganti tahun, waktu berputar cepat seperti roda. Kini, Raka sudah menginjak usia tujuh belas tahun, kelas 12 SMAN GARUDA. Ia satu sekolah yang sama dengan para sahabat-sahabatnya dari SD sampai sekarang. Yaitu ada Jordan, Alex, Satwa, Zein dan juga Silla. Mereka membuat geng bernamakan geng 'Anggragil', singkatan dari 'Anggota rada-rada gila'. Nama geng itu terkenal di sekolahnya, sebab kemana-mana mereka selalu pergi berenam, kalau pergi ke toilet baru beda cerita.

"Uh, panas banget, sih!" Tak tahan akan kegerahan di siang hari ini, Raka melepaskan baju kaosnya. Ia memilih pergi ke balkon, dan merenggangkan kedua tangan. Meresapi angin yang berhembus menerpa dirinya. Ia menikmati sensasi itu dengan mengatupkan kedua matanya.

'Puk!

"Eh, ayam-ayam!" Sikap latah Luluv menurun ke anaknya. Terbukti, anak itu mengucapkan kalimat yang sama saat kaget seperti ibunya. Persis. Raka menoleh ke belakang, demikian ia mengelus dada, karena seseorang yang membuatnya kaget barusan tidak lain ialah sang ayah.

"Astaga Papa, bikin kaget aja," dumelnya, sembari mengerucutkan bibir. Sifatnya tak pernah berubah.

Mike geleng-geleng kepala, sambil terkekeh pelan menanggapi. Ia merangkul pundak anaknya yang sudah menginjak fase remaja tersebut. "Besok kita akan berkumpul sama keluarga besar, jadi papa harap kamu bisa hadir, ya?"

Tak langsung menjawab, Raka malah menatap lurus ke depan. "Akan ku usahakan," jawabnya, agak berat hati. Karena sebetulnya ia tidak menyukai keramaian, tapi bukan berarti ia menyukai kesendirian. Baginya, mengadakan acara perkumpulan seperti itu bukannya menyenangkan, tapi malah melelahkan fisiknya.

"Ya, papa harap demikian. Karena jarang-jarang kita bisa berkumpul satu keluarga besar dari pihak mama dan pihak papa."

Ekor mata Raka melirik kemana sang ayah yang juga menatap lurus ke depan. Melihat para gerombolan burung-burung yang berterbangan bersama anggota keluarganya. Terlihat indah sekali, terlebih lagi langit biru yang menenangkan pikiran.

"Kalau boleh jujur, aku tidak mau ikut besok. Papa tau sendiri 'kan, aku nggak suka berada di tempat orang banyak, walaupun orang itu keluargaku sendiri. Dulu itu pun aku juga terpaksa ikut bergabung, karena disuruh mama. Tidak mungkin aku menolaknya, dan aku juga sebenarnya nggak mau menolak permintaan papa. Tapi ... tapi aku ... ah, sudahlah," ucapnya, dengan nada suara rendah.

Mike mengerti perasaan putranya, ia mengulas seuntai senyum. "Nggak apa kalau kamu tidak mau hadir esok, papa mengerti. Dan mamamu juga akan mengerti."

"Maaf ...," ucapnya, tertunduk lesu.

"Tidak ada yang perlu di minta maafkan."

"Maaf Pa, aku mau sendiri."

Mike tertegun mendengarnya, sepersekian detik ia membisu. Pada akhirnya ia menganggukkan kepala, sebentar menepuk pundak sang anak, lalu beranjak pergi. Raka memutar badannya ke belakang, menatap punggung ayahnya yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Maaf Pa, bukannya aku tidak menyukai keluargaku sendiri. Tapi aku tidak suka keramaian, aku lebih suka sendiri sebenarnya. Tapi bukannya aku suka kesendirian, aku juga bingung sama diriku sendiri. Ck! Bikin pening saja!" Raka memijit batang hidungnya. Ia geleng-geleng kepala, menepis beban pikiran yang bergelayutan di otak.

Di dapur, Luluv sedang membantu Yumna mempersiapkan makanan di meja. Ia menyuruh Yumna sekalian untuk bergabung makan, namun Yumna menolaknya, disebabkan dirinya sudah lebih dulu makan awal-awal pagi.

Yumna pun pergi keluar untuk menyapu halaman, tanpa sengaja ia berselisih dengan tuannya. Mike tersenyum dan dibalas Yumna juga akan senyuman ramah.

'Kriet!

Married With A Ceo [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang