🦋Awas genit🦋

301 17 0
                                    


Di malam hari, setelah makan malam bersama, dan jam sudah menunjukkan pukul 22.10 WIB. Saat ini Luluv baru saja keluar dari kamar anaknya yang sudah tertidur pulas. Dengan hati-hati ia menutup kembali pintu itu, agar Raka tidak terbangun oleh bunyinya.

"Apa dia sudah tidur?" Mike yang niatnya ingin mengambil secangkir air minum ke dapur tertunda, karena tidak sengaja melihat istrinya keluar dari kamar Raka dengan ekspresi sendu. Langsung saja ia menghampirinya dengan mengajukan sebuah pertanyaan sekalian.

Luluv membalasnya dengan anggukan kecil, diiringi dengan hembusan nafasnya yang berat. Hal itu mengakibatkan Mike menundukkan kepalanya ke bawah sebentar, lalu menatap wajah istrinya lagi. Ia paham betul apa yang dirasakan oleh wanitanya sekarang. "Kamu tenang saja, Raka akan selalu baik-baik saja. Dan kita juga akan selalu bersama-sama merawatnya sampai maut yang memisahkan. Kamu tidak perlu memikirkan hal ini berlarut-larut, yang ada hatimu malah makin sakit." Ucapan suaminya barusan berhasil membuat senyuman Luluv mengembang sekejap, lalu kembali seperti semula.

Sendu.

"Aku tidak bisa melihat Raka menderita seperti tadi, hatiku sangat sakit. Sesak. Dia itu masih kecil, tapi sudah punya penyakit. Bagaimana aku bisa tenang? Aku tidak bisa! Dia harta yang paling berharga, aku tidak mau Raka seperti ini. Bagaimana nanti semisal aku sudah tiada? Bagaimana dengan Raka?" Tanpa terasa, cucuran air bening mengalir deras di kedua pipinya.

Mike memegang kedua pipi istrinya, ia dengan lemah lembut menghapus air mata itu dengan jari jempolnya. "Kamu tidak boleh ngomong seperti itu. Seharusnya kamu berdoa sama Tuhan, doa 'kan Raka agar sakitnya diangkat, dan selalu diberi kesehatan. Iya aku tau, bagaimana perasaanmu, pasti berat menerima kenyataan pahit kayak gini. Tapi bagaimanapun juga, ini sudah takdir, kita harus menerimanya. Tidak ada gunanya mengeluh, selain itu kamu juga masih punya aku. Aku akan selalu mendampingi kamu sampai kapanpun itu, kita akan selalu bersama," jelasnya dengan tatapan sangat dalam, tak berkedip. Sedangkan Luluv makin menangis, terharu dengan ucapan suaminya barusan. Ia segera memeluknya dengan sangat erat, Mike juga membalas pelukan itu penuh rasa cinta dan kasih sayang.

"Terimakasih ya, aku sangat bersyukur punya suami seperti kamu. Aku mencintaimu selalu."

"Aku juga tidak akan pernah bosan mencintaimu sayang."

***

Keesokan paginya, matahari sudah menampakkan sinarnya. Embun pagi menghiasi dedaunan, serta bunyi kicauan burung Pipit bersahutan seperti tengah bernyanyi bersama. Sejuknya angin pagi bukan sebagai penghalang untuk beraktivitas. Yang ada, makin semangat karena tenaga sudah terkumpul setelah beristirahat semalam. Kini saatnya tenaga yang disimpan itu akan digunakan lagi, begitupun sampai seterusnya.

Di meja makan, sudah ada Luluv beserta anak dan suaminya. Mereka lagi makan bersama-sama, terlihat keluarga yang harmonis. Tapi tidak ada yang tahu kedepannya lagi akan seperti apa, apakah tetap seperti ini? Atau tidak? Entahlah, semuanya hanya Tuhan saja lah yang tahu.

"Kamu yakin sayang mau sekolah hari ini? Apa libur aja dulu?" Dua pertanyaan sekaligus dilontarkan oleh Luluv, sembari memotong apel. Mike melirik ke arah Raka yang lagi minum susu sebentar, lalu ditaruhnya lagi cangkir berisi setengah itu ke atas meja lagi.

"Iya Ma, Raka sekarang sehat-sehat aja kok. Mama bisa lihat sendiri 'kan?" Raka memamerkan ototnya yang belum tampak itu seperti sedang meniru para gaya petinju. Luluv maupun Mike tertawa kecil melihatnya.

"Ya sudah, tapi kamu harus jaga diri disana ya. Harus nurut ucapan Bu guru, gak boleh membantah. Dan juga kamu harus bawa bekal, itu sudah mama taruh di tas kamu, jangan lupa di makan," peringat Luluv hampir setiap pagi. Anak itu mengangguk mengiyakan, ia kemudian menghabiskan susu setengahnya sampai tandas, lalu mengusap bekas susu yang ada di bibirnya pakai tisu yang sudah disediakan.

"Kalau gitu kami berangkat dulu ya sayang." Mike bangkit dari kursinya, ia sedikit merapikan kemeja beserta jas hitamnya.

Luluv mengangguk paham. "Raka, ayo pakai sepatumu sana." Tanpa pikir panjang, Raka bergegas pergi ke teras terlebih dahulu, guna memasang sepatu sekolahnya.

Setelah sama-sama berada di teras. Seperti biasa, Luluv mencium punggung tangan suaminya. Dan dibalas dengan kecupan singkat di dahi Luluv. Pipi wanita itu bersemu merah, meski hal ini sudah biasa dilakukan suaminya, tapi tetap saja ia tidak bisa menahan pipinya yang memerah. Namun, suaminya itu selalu saja menanggapinya dengan mencubit ujung hidung istrinya sekejap, disertai dengan senyuman hangat.

"Kami berangkat dulu ya, kamu jaga diri di rumah."

"Iya, kamu juga ya. Awas aja lho genit sama cewek lain!" Satu cubitan mendarat di pinggang Mike, ia sekarang tengah diancam oleh istrinya dengan tatapan setajam elang.

Mike membalasnya dengan mengecup bibir istrinya. Hal itu mengolah pipi Luluv memerah lagi. "Gak akan kok sayang, tidak ada yang bisa menggantikan posisi kamu."

"PAH AYO BURUAN! NANTI RAKA TELAT!" Teriakan nyaring dari Raka yang kini sedang berada di balik pintu mobil itu tengah menutup wajahnya yang terkena pancaran sinar matahari. Karena dipanggil, Mike melirik ke arah anaknya, kemudian menatap istrinya lagi.

"Aku berangkat dulu ya," pamitnya lagi, Luluv pun mengangguk dengan senyuman manisnya. Setelahnya, mereka saling melambaikan tangan, dan mengucapkan kalimat dadah.

Bersambung...


Married With A Ceo [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang