🦋Rencana dimulai🦋

102 13 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Rencana yang sudah disusun matang-matang akan dijalankan malam ini juga. Berbekal informasi dari sang suami, Luluv tahu dimana keberadaan Barbie. Tidak salah lagi, yaitu hotel Luxy Citra. Kini ia sudah berada di hotel tersebut, bersembunyi di balik pohon mangga. Dua satpam masih menjalankan tugasnya, berjaga di depan pintu. Sambil bercengkrama, entah membicarakan soal apa. Tapi yang pasti, Luluv memutar otak bagaimana caranya biar masuk ke dalam tanpa sepengetahuan para satpam itu.

Kain putih panjang sudah berlumuran tanah kering, campur tanah becek bekas hujan itu siap ditangan. Lipstik yang membekas di bibir, di lap paksa sampai tidak berbekas lagi. Kedua kantong matanya, diberi warna hitam seperti mata panda. Tak lupa juga, memakai bedak setebal harapan orang tua kepada anaknya. Wajahnya jadi putih, seperti tepung kanji.

Jari-jari tangannya nampak panjang sekali. Seperti lagi cosplay penyihir. Rambutnya sengaja di acak-acak, layaknya habis di setrum listrik. Penampilannya kini persis dengan kuntilanak. Tak ada bedanya, kecuali kalau Luluv masih bernafas, sedangkan kuntilanak alumni manusia.

"Hm, bagaimana caranya agar aku bisa masuk ke dalam hotel itu?" Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagu. Lagi berfikir keras, tak sampai bermenit-menit lamanya, ide cemerlang muncul di waktu yang tepat. Bukan seperti judul lagu, di waktu yang salah.

"Duh pintarnya aku." Belum juga beraksi, Luluv sudah membanggakan diri. Ia keluar dari persembunyiannya, berjalan ke arah lain, dengan cara mengendap-endap pastinya. Supaya kehadirannya disini tidak diketahui.

Tubuhnya nemplok di dinding bangunan, kepalanya celinguk ke samping. Dimana dua penjaga tersebut masih nangkring berdiri disitu dengan gagahnya. Walaupun perut keduanya sama-sama hamil.

"Ini saatnya." Luluv sudah berancang-ancang ingin kabur.

"TOLONG SAYA TOLONG! SIAPA PUN TOLONG SAYA, SAYA KEMALINGAN! TOLONGIN! SAYA ADA DI BELAKANG! DIA KABUR CEPAT KEJAR DIA, BANTU SAYA TOLONG!" Sekuat mungkin Luluv berteriak, berpura-pura kemalingan. Nyatanya, ia baik-baik saja.

Dramanya barusan berhasil mengelabui para penjaga. Buktinya, dua orang memakai atribut satpam lengkap itu pontang-panting berlari ke arah belakang. Sesuai apa yang Luluv katakan tadi. Kesempatan emas ini buru-buru di ambil Luluv, seperti laju kancil, ia sudah masuk ke dalam hotel. Tiba di dalam, resepsionis dan juga customer tercengang melihat penampilannya. Luluv menyengir kuda, sambil menggaruk tengkuknya.

Ia berjalan ke tempat resepsionis yang ketakutan melihatnya. Begitupun juga dengan customer wanita tadi, berlari ke luar. Tidak jadi memesan kamar.

"Mbak, saya mau nginep disini satu malam saja."

Resepsionis tersebut nampak meneguk air liurnya dalam-dalam. "Tenang aja Mbak, saya ini masih manusia. Bukan alumni manusia, saya ini habis ngerjain teman saya yang ulang tahun tadi. Karena udah kemalaman, saya nginep di hotel aja dulu. Di rumah teman, kebanyakan orang. Pengap!" terangnya, dibumbui kebohongan. Resepsionis tersebut mengelus dadanya pelan.

"Saya kira mbaknya hantu jadi-jadian, maaf ya Mbak. "

"Yowes ndak papa."

Seusai mendapatkan kunci kamar nomor 44, Luluv baru menyadari kebodohannya yang kumat. Ia menepuk jidatnya pelan, merutuki diri sendiri. "Bodoh kamu Luv, kenapa coba tadi harus teriak-teriak nggak jelas? Kan bisa membohongi mereka, kayak membohongi si Mbak tadi. Hah, apa boleh buat, semuanya sudah terlanjur terjadi. Palingan tuh satpam planga-plango disitu, kayak orang gagal debat." Mau tidak mau, ia mengikhlaskan tenggorokannya yang sedikit terasa sakit, akibat berteriak tadi.

Ia menutup pintu, lalu meneliti penampilannya, dari atas sampai bawah. Lewat cermin panjang yang melekat di lemari, seluruh tubuhnya terpampang sempurna disana. Sudut bibirnya terangkat sebelah, memandangi pantulan dirinya sendiri.

"Saatnya rencana dimulai."

Luluv menatap jam bulat di dinding. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Jam orang-orang mau tidur. Pelan-pelan Luluv membuka pintu, matanya liar menyisir keadaan. Terutama kamar-kamar di sebelah, ataupun di depan. Hening. Tidak ada satupun orang yang terlihat, bahkan suara mereka mengobrol tadi juga sudah tidak terdengar lagi. Sudah dipastikan, bahwa sebagian dari mereka sudah bersemayam di kasur. Bersama bantal dan guling kesayangan.

Karena sudah aman, bergegas Luluv keluar. Tentunya dengar cara mengendap-endap, tanpa diduga ada dua orang karyawan. Satu perempuan, satunya lagi laki-laki. Mereka beriringan sambil mendorong troli berisikan selimut. Mereka sesekali tertawa, dan mengobrol enjoy sekali. Sepertinya mereka sudah berteman lama.

Luluv gelagapan, ketika kedua pekerja itu sedikit lagi mau melewati dirinya. Luluv menengok ke belakang, ada sebuah ruangan yang di pintunya ada tertempel sebuah papa, bertuliskan Ruang manager. Tanpa basa-basi, ia membuka kenop pintu tersebut.

"Syukurlah nggak di kunci." Sebelum masuk kedalam situ, ia sedikit membuka pintunya. Melirik ke dalam, dan tidak menemui siapa-siapa.

"Huh capek juga ya hari ini, banyak para customer yang berdatangan. Hampir kewalahan aku melayani mereka."

"Hahaha ... mau gimana lagi? Ini sudah pekerjaan kita. Semangat, siapa suruh kerja disini."

"Yeee ...!"

"Oh ya Nis, kamu pulang sama siapa?"

"Sendiri lah, biasa."

"Ini sudah malem banget Nis, nggak baik cewek pulang sendirian. Ntar aku yang anterin, biar aman sampai rumah."

"Modus!"

Gelak tawa dari mereka berdua makin lama makin jelas kedengaran. Sesegera mungkin Luluv masuk kedalam, sampai menghasilkan bunyi pintu lumayan nyaring. Secepat mungkin ia bersembunyi di samping lemari. Yang mana posisi lemari itu berada di samping pintu.

"Kamu dengar nggak?"

"Iya aku dengar, sepertinya ada seseorang yang masuk kedalam ruangan Bu Karin."

"Apa mungkin itu Bu Karin?"

"Dasar Budi pikun, Bu Karin 'kan nggak bisa datang hari ini karena sakit."

"Iya ya, astaga aku sampe lupa. Gara-gara kecapean kali."

"Periksa yuk Bud."

"Ayo."

Bersambung ...

Siapa yang bisa menebak, kira-kira Luluv terpergok nggak ya? :V


Married With A Ceo [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang