🦋Dar, dengarkanlah🦋

129 12 0
                                    

"Nah Jordan, mana tuh si Satwa? Ada datang nggak?" Zein menyilangkan kedua tangan di bidang dada. Dimana dirinya merolling eyes malas.

Jordan terdiam tidak menjawab, sedari tadi ia tidak melihat kehadiran teman barunya itu di sini. Zein tersenyum sungging, ia merasa menang.

"Nggak bisa jawab 'kan? Sudah ku bilang, percuma ngundang dia. Buang-buang tenaga aja nyuruh dia datang, nyatanya nggak ada tuh. Kamu sih pake nggak percaya. Makanya, lain kali nurut sama aku, ini kemarin pake ngotot segala!" 

Silla geleng-geleng kepala, sembari memijit dahi. Menurutnya ini bukan saatnya untuk adu argumen. "Cukup dong Zein, capek aku dengerin celotehan kamu itu. Nggak apalah ngundang dia, daripada enggak sama sekali, sedangkan yang lain kita undang masa dia seorang yang enggak. Nggak adil dong, siapa tau aja dia ada kendala, makanya nggak bisa kesini. Kita itu jangan berprasangka buruk dulu, harus berfikir positif. Lagipula ini hari jadinya Jordan, jangan membuat keributan lah di antara kita ini. Kita ini sahabat, jangan cuma masalah gitu doang membelah persahabatan kita," terangnya panjang lebar. Ia tidak peduli semisal Zein marah padanya, sebab tidak berpihak padanya.

Zein melirik Sisil dengan raut cemberut. Baginya, tidak ada satupun dari ke empat sahabatnya yang berpihak kepadanya. Yang didapat cuma perbedaan pendapat.

"Kok kamu ngomong gitu sih Sil? Kamu kenapa nggak belain aku?!" Intonasi bicara Zein kian menaik. Tak terima pendapatnya tidak disetujui sama mereka, terutama bagi sahabat ceweknya. Yaitu Sisil.

Sisil tidak menanggapi, ia hanya membuang pandang ke sembarang tempat. Alex yang dari tadi diam tidak berkutik, ia hanya diam menyimak perdebatan sahabatnya.

Raka yang tidak tahan akan sikap Zein beranjak pergi, disusul dengan Jordan dan juga Alex. Ketiga bocah laki-laki itu pergi tanpa mengeluarkan kata sedikitpun. Sisil yang juga masih kesal karena Zein yang keras kepala, juga ikut pergi meninggalkan Zein seorang diri disitu. Menyusul ketiga sahabatnya yang sudah berjalan duluan.

Zein menghentakkan kakinya ke dasar lantai, dimana kedua tangannya mengepal, serta sorotan tajam disodorkannya untuk para sahabatnya. Tak lama di situ, ia melangkah menjauh. Dalam hatinya tidak ada niatan untuk bergabung bersama sahabatnya, karena dirinya sudah diselimuti keegoisan.

***

"Rhoma, jangan tinggalkan akoh!" Beberapa kali Luluv memanggil-manggil suaminya, dan beribu kali menyuruhnya agar mendengarkan dirinya menjelaskan kesalahpahaman ini.

Mike sengaja mengabaikannya, hatinya masih ada semburat cemburu begitu dalam. Ia terus berjalan keluar, guna menghirup udara segar sejenak, sekalian mengademkan hati yang terasa panas. Orang-orang termasuk teman-temannya tidak menyadarinya, karena mereka fokus menonton penampilan Alan, yang sedang membawakan sebuah lagu berjudul puff the magic dragon. Dua orang badut berada disampingnya, berjoget ria bersama, kedua orang penghibur itu juga menampilkan aksi mereka, sehingga sukses mengundang tepuk tangan serta suara merdu dari Alan juga mengolah mereka terbawa suasana.

Ketika tepat berada dibelakang sang suami, detak jantung Luluv berpacu lebih cepat. Ia takut kalau suaminya tidak mempedulikannya lagi, terlebih lagi, ia takut tidak diberi jatah. Tanpa basa-basi, ia memeluk sang suami dari belakang, sehingga membuat Mike terkejut dibuatnya. Terlihat dari kedua bahunya yang tergetar.

"Oh sayangku, cintaku, keabadian ku, si tampanku, si kece ku, maafkan lah istrimu yang secantik bidadari ini. Oh suamiku, aku tadi cuma melakukan prank biar kamu cemburu, karena aku suka liat kamu cemburu, mukamu sangat menggemaskan. Oh sayang, aku mencintaimu selalu. Sayang coba liat aku." Luluv beralih tempat. Berdiri di depan suaminya yang lagi berusaha menahan senyum, sebab ekspresi istrinya sungguh lucu dan menggemaskan. Ingin rasanya ia mencubit pipi istrinya, tapi hasratnya itu diurungkan, karena ia mau Luluv merayunya lagi.

Luluv meraih kedua tangan suaminya, lalu meletakkannya di daerah jantungnya berada. Ia menatap dalam-dalam seluk beluk bola mata kehitaman milik sang suami. Yang begitu indah buat disaksikan. Mike merasakan detak jantung sang istri yang berdegup kencang. Bukan hanya wanitanya saja, melainkan ia juga sama. Seakan-akan jantungnya mau copot ditempat.

Luluv memasang mimik wajah ahegao. "Sayang, maafin Luluv ya? Ano, Luluv nggak ngelakuin kayak gitu lagi kok. Maafin Luluv ya sayang, Luluv itu sayang ... sekali sama suami Luluv yang ganteng kaya pangeran ini ulululu muach muach ...!"

Tak tahan lagi, Mike tertawa terpingkal-pingkal. Ia sungguh tidak bisa melawan egonya. Istrinya itu betul-betul sudah sepenuhnya merasuki jiwanya. Luluv tersenyum cerah, dimana deretan gigi putihnya nampak. Ia langsung memeluk suaminya, Mike juga membalas pelukan penuh cinta itu. Ia mencium-cium kedua pipi istrinya bergantian, hingga berakhir kecupan manis di bibir.

"Kamu memang ahlinya dalam merayu." Mike mencubit batang hidung istrinya, dengan senyum yang berseri-seri. Setelah bermesraan sesaat tadi.

"Sayang maafin aku ya, aku nggak bermaksud mengabaikan. Itu aku em ..." Belum selesai Luluv meneruskan kalimatnya, sang suami memotongnya cepat.

"Psstt, aku juga minta maaf, karena tadi aku terbawa suasana. Sudahlah, lupakan, anggap semuanya nggak terjadi. Oh iya siapa cowok bersamamu tadi?" selidiknya, agar tidak lagi memenuhi tanda tanya di otak.

"Oh itu Taki, dia temanku waktu SD. Dan setelah lulus kami nggak pernah ketemu lagi, karena waktu itu dia pergi ke luar negeri. Aku juga kaget dia ada disini," jelasnya jujur. Mike manggut-manggut saja.

"Oh, ntar aku mau ngobrol sama dia."

"Buat apa?"

"Mau kenalan, emang nggak boleh?"

"Eh? Ya boleh lah."

"Hm lupakan, ayo kita masuk lagi. Kita duet bareng." Mike melemparkan senyum manisnya, sehingga mengolah pipi Luluv memerah seperti udang rebus. Tangan kekar dari lelaki itu meraih tangan Luluv, berniat ingin membawanya kedalam, biar beriringan.

"Tunggu!"

Mike menghentikan langkahnya, menatap sang istri disampingnya, dengan salah satu alis terangkat. Luluv menoel pinggang sang suami manja, sambil menundukkan kepala ke bawah.

"Hiduplah engkau dengan ku ... DAR! Dengarkanlah disepanjang malam aku berdoa ..." Akibatnya, Mike terlonjak kaget, dimana dirinya segera mengelus dada. Ia terkekeh ketika istrinya itu berlenggak-lenggok seperti menari. Ia geleng-geleng kepala, menurutnya wanita siapapun tidak akan bisa menggantikan posisi istrinya itu. Sungguh bersyukur bisa mendapatkan istri yang suka menghibur, selain itu memiliki wajah yang rupawan.

Dibalik kesenangan pasutri itu, Barbiesya dari tadi memperhatikan mereka berdua. Ya, wanita itu membuntuti Mike ke luar, ia ingin menunjukkan mukanya, namun tidak jadi. Dikarenakan Luluv lebih dulu menampakkan diri.

Barbiesya mengeram sebal, ia sungguh tidak menyukai pemandangan didepan matanya sekarang. Dengan perasaan jengkel, ia langsung menjauh, supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Selain itu juga, takut kalau dirinya kepergok.

Bersambung ...


Married With A Ceo [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang