🦋Rasa tidak suka🦋

353 31 1
                                    

Sesampainya di rumah sakit yang di tuju, dengan tergopoh-gopoh Luluv berlari ke ruangan, dimana ibunya lagi dirawat. Sesampainya di situ bukan hanya ada Raya melainkan juga ada Varel.

"Ray, bagaimana kondisi Ibu ku?" tanyanya cepat. Tentunya dengan mimik wajah begitu khawatir sekali.

Raya memegang bahu sahabatnya. Sekejap dirinya menghembuskan nafas kecil. "Kamu tenang aja, pasti ibu mu  nggak bakal kenapa-kenapa kok. Percayalah, pokoknya kita berdoa yang terbaik mungkin." Solusi Raya mencoba menenangkan sahabatnya, supaya rasa kekhawatirannya itu berkurang.

Raya mempersilahkan sahabatnya itu agar duduk terlebih dahulu. "Ray, aku takut."

Raya menatap Varel dan Mike secara bergantian sebentar. Lalu ia mendekap tubuh sahabatnya yang suasana hatinya keruh. "Sabar Luv, kalau kamu yakin, Ibu mu tidak apa-apa. Pasti tidak akan kenapa-kenapa kok. "

Varel menjongkokkan dirinya, tangan kanannya terulur untuk menghapus air mata Luluv setelah pelukan sahabat tadi. 

"Jangan nangis dong, ntar cantiknya ilang." ujarnya menenangkan. Meski ucapannya itu untuk menghibur semata. Luluv cuma menanggapinya dengan senyuman tipis.

Raut wajah Mike berubah menjadi tidak suka. Terlebih lagi Varel mampu membuat sekretarisnya kembali tersenyum. Entah kenapa ia ingin sekali menyingkirkan lelaki itu, dengan menendang bokongnya.

"Eh, Varel kok kamu ada di sini? Bukannya kamu ada di Inggris?" Luluv bertanya setelah menyadari kehadiran Varel di sini.

"Aku ke sini cuma mau berlibur aja. Lagian aku lama-kelamaan di sana bosen." alibinya berkata, seraya tersenyum simpul.

Kedua tangan Mike mengepal kuat melihatnya. Tatapan mematikannya tersirat untuk Varel seorang. Merasa ada yang lagi memperhatikannya, Varel bangkit dari jongkoknya lalu menatap Mike tak kalah tajam, setajam pensil silet.

"Aku mau beli minuman dulu." ujarnya, dimana dirinya masih menatap Mike tanpa ada sebuah ukiran senyum.

Kedua wanita itu mengangguk mengiyakan. Sebelum berjalan, Varel mendekatkan dirinya ke Mike.

"Kalau kau berani mendekati Luluv, maka kau adalah lawan ku." bisiknya penuh ancaman. Namun bisikan itu di balas Mike dengan senyuman meremehkan.

"Jangan kira aku takut." Bola matanya menyudut ke arah Mike. Bukan Mike namanya kalau cuma diam diri saja, dan takut dengan ancaman seperti itu.

"Kita lihat saja!" Selepas berkata begitu. Varel melenggang pergi, lagi-lagi Mike hanya tersenyum menanggapi.

'Cklek!

Pintu terbuka setengah menampilkan seorang pria memakai baju putih yang merupakan Dokter dari rumah sakit tersebut.

Luluv langsung mendekatinya. "Dok bagaimana dengan kondisi Ibu saya?"

"Mbak tenang saja, Ibu Rita tidak mengalami hal yang serius. Cuma sedikit benturan saja yang mengakibatkan luka di kepala Ibu Rita. Tapi kami sudah membersihkannya serta memberikan cairan infus." jelas sang Dokter berwajah rupawan itu mampu mengolah Luluv maupun Raya terpana melihatnya.

"Ya ampun Dokter ganteng amat sih, eh? Syukurlah." Dokter itu terkekeh pelan. Sedangkan Mike memutar kedua bola matanya malas.

"Emmm---oh ya Dokter tampan, apa saya boleh masuk?"

"Oh iya silahkan, tapi tolong jangan ribut." Dokter berwajah tampan itu menggeserkan badannya sedikit untuk memberi celah.

"Emmm, Dok. Nanti minta nomor Wa-nya ya." Luluv tersenyum sumringah. Ia mendapati jitakan kecil di jidatnya dari Mike pastinya.

"Maaf Dok, ini anak emang kurang waras."

"Bapak!"

"Ha ha, kalian ini," Dokter yang bernama Gino tersebut terkekeh sambil menggelengkan kepalanya sebentar.

Sebelum benar-benar masuk, ia mengedipkan matanya untuk Dokter Gino.  "Temui saya di mimpi malam ini ya Dok."

Mike yang gemas menarik kuping sekretarisnya. "Bapak ini kenapa sih? Iri bilang bos."

Tanpa mempedulikan bosnya lagi, ia langsung masuk ke dalam ruangan tersebut. Setelah masuk, Luluv langsung menghambur pelukan ke ibunya.

"Ibu nggak papa 'kan? Maafin Luluv, seharusnya ibu tidak usah kerja."

Rita membelai rambut anaknya. "Itu sepenuhnya bukan salah kamu. Ini salah ibu sendiri yang tidak hati-hati."

"Oh ya Tan, siapa yang nabrak tante? Mana orangnya?" tanya Raya sekaligus, ia celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang.

Belum sempat Rita menjawab, Varel terlebih dulu menjawabnya.

"Orang itu kabur gitu aja."

"Apa!" ucap mereka serentak, sedangkan Rita cuma berdiam diri. Luluv memandang wajah ibunya begitu dalam lalu berpindah lagi tatapannya ke Varel.

"Terus kamu bagaimana bisa menemukan ibu ku?"

Varel meletakkan botol air mineral di atas meja. Lalu menjawab. "Kebetulan aku waktu itu mau pergi ke rumah teman, saat di jalan aku nggak sengaja melihat tante Rita. Ya sudah aku langsung bawa aja ke rumah sakit. Niatnya waktu itu aku mau nelpon kamu, tapi nomor mu nggak aktif lagi. Makanya aku nelpon Raya untuk ngasih tau."

Kedua tangan Luluv melingkar di pinggang Varel. Tanpa di sadari yang lain wajah Varel memerah padam akibatnya. Terkecuali Mike yang dari awal selalu memperhatikan lelaki itu. Bukan suka, tapi sebaliknya.

"Makasih Rel. Aku nggak tau harus bagaimana berterima kasih sama kamu. Btw kalau soal nomor, itu nomor ku dulu udah nggak aktif lagi dan sekarang aku makai nomor baru." ucapnya masih  dalam dekapan Varel.

"Iya kok nggak masalah. Owh, pantes aja nomor mu nggak bisa di hubungi." Varel tertawa pelan, lalu ia memegang pipi kanan orang yang dicintainya.

"Kalau dilihat lebih dekat gini kamu makin cantik." gombalnya seraya memicingkan mata di mana Mike lagi berdiri yang juga menatap dirinya berupa lototan.

"Halah gombalan basi. Keliatan banget fuck boy-nya," batin Mike penuh amarah. Kalau cuma Varel dan dirinya di ruangan ini, sudah di pastikan ia akan mengajak duel Varel main bunga kemuncup.

Varel

Dokter Gino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dokter Gino

Dokter Gino

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung....

Salam_Raieun

Married With A Ceo [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang