🦋Kena tembak🦋

319 26 0
                                    

Di apartemen bosnya lah sekarang Luluv berada bersamaan juga dengan bosnya langsung. Setelah beradu panco tadi ternyata cukup menguras tenaga, yang pada akhirnya Mike-lah sebagai pemenang.

Kini Luluv membersihkan keringat yang mengalir di tubuh lelaki itu, menggunakan handuk yang bersih dan wangi tentunya. Beberapa kali Luluv mengendus-endus badan bosnya tersebut, aromanya sangat disukainya. Sampai-sampai ia berangan-angan, tiap pagi dirinya dapat mencium aroma itu.

"Ngapa sih kamu endus-endus kek gitu? Kayak Anjing aja." Mike mengangkat suara, sembari sesekali mencuri pandang ke belakang, dimana Luluv berada.

"Yeee ... si bapak mah gitu amat sih?!" Luluv memutar kedua matanya, sambil mencibikkan bibir. Tetapi tanpa diduga, Mike menarik bibirnya begitu saja, seperti menarik gelang karet. Hingga membuat Luluv terkejut atas sikap bosnya.

"Eh?!"

Tangan Luluv tiba-tiba saja dipegang Mike, sehingga tatapan mereka saling bertemu.

"Kamu mau nggak jadi pacarku?" Tidak ada hujan, tidak ada badai, Mike mengucapkannya tanpa mengalihkan pandangannya ke lain.

Bola mata Luluv membesar total, karena tak percaya ia mencubit pipinya dengan tangan kirinya.

"Auw!"

"Kamu nggak mimpi."

Mike mengambil nafas, lalu di buangnya. Ia menatap Luluv tanpa berkedip. "Sebelum itu, maafin soal bokap saya kemarin. Tapi saya janji bakal membujuk bokap untuk nerima kamu. Karena bokap saya itu sebenarnya orang yang baik, dan saya juga suka sama kamu, sekali lagi kamu mau 'kan jadi pacar saya?" ulangnya lagi teruntuk kedua kali.

"Hm, bisa nggak dulu nggak usah pake kata saya gitu? Agak gimana gitu dengarnya, kalau ada di luar kantor. Maaf-maaf aja nih ngatur-ngatur gini."

"Ah iya maaf. Jadi, aku mau kamu ja--" 

Belum selesai Mike meneruskan ucapannya, wanita itu langsung membalasnya. Seakan-akan mulutnya itu seringan balon. "Iya Pak, aku mau."

"Nggak usah pakai Pak. Jadi kamu beneran mau 'kan jadi pacarku?"

'Jangankan jadi pacar, di jadiin suami ku aja ingin terbang nih hati,' batin Luluv, di dalam hatinya ia ingin terbang setinggi-tingginya bersama gajah.

Luluv mengangguk kecil, ia menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Wajahnya bersemu merah karena malu. Ukiran senyum terlintas di bibir Mike. Aneh, padahal mereka berdua baru bertemu beberapa hari akan tetapi yang namanya cinta itu sulit di tebak.

Huft

Dengan cepat Mike memeluk orang yang sudah sah jadi pacarnya ke dalam dekapannya. Dan membisikkan sesuatu di kuping Luluv.

"I love you njing."

Detak jantung Luluv berdebar-debar seperti mau copot. Bahkan kedua pipi tirusnya masih memerah habis dipakaikan lipstik kemarin malam.

"Nggak di jawab nih?" Goda Mike genit, ia suka sekali melihat Luluv jadi salah tingkah di hadapannya.

"I love you too njing." Cukup sudah, Luluv tidak dapat lagi menahan rasa kesenangan sekaligus rasa malunya. Ia lari terbirit-birit ke dalam kamar mandi karena dirinya ingin berteriak sekencang-kencangnya. 

"EH BENERAN NIH AKU GAK JOMBLO LAGI?! EEE BUSET KAMU LUV, DISUKAI SAMA COGAN.  BAHAGIA BANGET JINGAN! TULUNG BEUT TULUNG!" Luluv kira suaranya itu tidak dapat didengar oleh Mike dari luar. Pada kenyataannya, suara cemprengnya itu jelas sekali terdengar. Mike yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak.

"Selamat kamu Luv, jadi babuku."

                         ***

'Blam!

Lukman membanting pintu kamar begitu keras, sehingga sang istri spontan mengelus dada.

"Anak kurang ajar! Malu-maluin! Bagaimana bisa dia memilih istri begituan?! Jelas-jelas di depan mata dia ada wanita cantik terus setingkat lagi sama keluarga kita. Lah sedangkan wanita itu, apa yang perlu di banggakan?!" ketus Lukman tak terima memiliki menantu seperti Luluv. Kedua tangannya mengepal kuat. Tak terima atas tragedi yang tak mengenakan hati tadi. Sesegara mungkin Linda mengelus punggung sang suami, guna mencoba meredakan amarahnya.

"Pa, kita itu seharusnya menghargai keputusan Mike. Dia sudah besar, mama yakin calon istri pilihannya itu baik," bela Linda bernada lembut. Bagaimanapun juga ia takut dengan suaminya itu, bisa saja kepalanya di leding suaminya sendiri.

"Tapi di mana papa letakin wajah?! Apa kata orang-orang nantinya?! Anak dari pengusaha kaya raya menikah dengan seorang sekretaris miskin?!"

"Sudahlah Pa, jangan begini. Tolong lah hargai keputusan anak kita. Dia berhak memilih pasangannya sendiri. Itu hidup dia, dia yang menjalani. Kita cukup mendoakan yang terbaik dan selalu mendukung keputusannya."

"Kamu ini selalu saja membela anak itu. Lihat sekarang, dia jadi manja!" Lukman pergi begitu saja selepas berkata.

Linda memijat pelipisnya. Pasalnya sang suami sangat kekeh akan pendiriannya yang sulit untuk di ubah.

"Huft, untung kepalaku nggak disleding tadi."

Bersambung....


Married With A Ceo [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang