🦋Masak mie🦋

189 13 0
                                    

Setibanya di luar supermarket, Luluv sedari tadi tidak mengeluarkan suara selepas mengobrol bareng sekretaris suaminya tadi. Wanita itu juga tidak tersenyum sama sekali, melainkan hanya ekspresi datar dan tatapan setajam elang sajalah yang ia berikan khusus untuk sang suami. Sedangkan lelaki itu cuma mengelus dada menanggapi.

"Kita pulang sekarang, ya?"

"Pulang-pulang, katamu?! Aku belum beli apa-apa lho." Dengan nada ketus, Luluv menyambar ucapan Mike. Tak terima, kalau pulang tanpa membawa sesuatu, selain badan.

Sekejap Mike menggaruk kening, sebenarnya ucapan istrinya barusan memang benar adanya. "Okey, kamu mau beli apa?" pasrahnya pada akhirnya. Tak mau berdebat dengan sang istri, apalagi di tempat umum seperti ini.

Tanpa sepengetahuan Mike, wanita itu menarik senyum sungging sekilas. 'Enak aja kesini nggak beli apa-apa, mana ada suami lagi disini. Kan lumayan meras duit suami adalah jalan ninjaku.'

"Aku mau beli ice criem sebanyak-banyaknya, titik nggak pakai koma! Lagian 'kan kamu udah beli bahan masak buat di rumah." Jari telunjuknya mengarah kemana kantong belanja yang sedang dipegang oleh Mike. Sontak saja, Mike juga turut melihat kemana objek yang dipandang. Sehabis itu ia hanya bisa menghela nafas kecil saja, lalu memandangi istrinya lekat.

"Aku nggak ngelarang kamu mau beli ice criem seberapa banyaknya, tapi kamu harus bisa jaga kesehatan, karena kesehatan itu mahal," nasehat Mike bak profesor handal, terlihat dari ekspresinya yang serius.

"Nggak dikasih tau sama kamu pun, aku juga tau kok. Ayo Raka, kita beli ice criem, kamu tunggu dulu, awas aja kalau ninggalin. Kalau berani pulang duluan ..." Diiringi dengan ucapannya, Luluv memperagakan tangannya seperti sebuah pisau yang mau menyayat leher. Tentunya dengan tatapan maut.

Mike mengangguk mengerti, lagian, siapa juga yang mau ninggalin gitu aja. Setelah mendapat jawaban dari gerak tubuh, Luluv segera masuk kembali ke dalam bersama Raka, hanya berdua. Tanpa mengajak Mike untuk ikut menemani. Lelaki itu menaruh bokongnya ke kursi tunggu yang telah disediakan, tangannya merogoh saku celana, mengambil benda pipih didalamnya. Tak lama kemudian, benda yang ada ditangannya sekarang menjadi hiburannya dalam menunggu.

***

Setiba di rumah, Mike meletakkan barang belanjaannya ke dapur, lalu mencuci tangan di wastafel dengan sabun. Supaya kuman diluar tidak menempel, hal itu memang menjadi rutinitas dari dahulu.

Yumna yang kebetulan ingin mencuci piring terheran-heran ketika menjumpai kantong belanja yang ada di atas meja makan, perasaannya ia sama sekali tidak berbelanja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yumna yang kebetulan ingin mencuci piring terheran-heran ketika menjumpai kantong belanja yang ada di atas meja makan, perasaannya ia sama sekali tidak berbelanja. Sampai tatapannya jatuh kearah sang majikan yang lagi mengeringkan tangan, pakai handuk kecil khusus yang sengaja digantung disitu.

"Lho Pak, ini siapa ya yang beli?" tanyanya ceplos.

Mike membalikkan badan, menatap Yumna, disertai senyum cerah. "Saya yang beli, kamu susun aja ke dalam kulkas."

"Kok bapak yang beli? Seharusnya biar suruh Yumna aja."

"Nggak papa, santai aja. Lagian, saya juga sudah lama nggak berbelanja begini," ujar Mike, seraya mengambil satu bungkus mie instan. Melihat pergerakan itu, mengharuskan Yumna mengajukan pertanyaan.

"Oalah bapak baik banget sih, oh ya, itu Bapak mau masak mie? Kalau gitu biar Yumna aja yang ma---" Belum selesai Yumna meneruskan ucapannya, lelaki yang berjabat sebagai bos tersebut langsung memotongnya.

"Nggak perlu, lagian saya mau memasakannya buat Raka," tolaknya halus, tanpa memudarkan senyum.

Yumna manggut-manggut saja, lalu memasukkan sayur mayur ke dalam kulkas. Dan menaruh barang lain ke tempatnya. "Ya udah deh, kalau gitu Yumna mau lanjut beres-beres ya Pak." Permintaan tersebut ditanggapi Mike dengan anggukan sesaat. Hingga batang hidung asisten rumah tangganya itu, hilang dari pandangan. Sampai dirinya lupa bahwa niatnya ke dapur tadi mau mencuci piring.

"Wah, papa mau masak mienya sekarang?" Tanpa disadari, bocah laki-laki itu berada didepannya, duduk menatap sang ayah dengan mata yang berbinar-binar.

"Iya sayang, kamu tunggu ya, biar papa yang masakin. Oh ya, mama kamu lagi ngapain?" Sambil membuka bungkus mie, ia sesekali melirik Raka.

"Lagi main mobile legend di kamar. Mama teriak-teriak melulu, sakit telinga Raka," adunya dengan mendesah tak suka.

Mike terkikik geli mendengarnya. "Emangnya mama kamu teriak-teriak gimana?" tanyanya, diselingi akan masih tawa kecilnya.

Raka berdiri di atas kursi, hingga menjadikan titik fokus Mike mengarah ke anak itu. Entah mau melakukan apa.

"Mama berdiri kek gini di kasur, terus teriak-teriak kayak gini ..." Raka mengambil nafas panjang, menarik ancang-ancang. "... WOY, KALAU MAIN ITU YANG BENAR! NOOB GITU MENDING NGGAK USAH MAIN DEK! ITU LIAT MAP COI! BUTA KAH?! SINI BY ONE DEK!"

"Sudah-sudah!" Mike menghembuskan nafas gusar, bisa-bisanya Luluv berkata seperti itu dihadapan Raka. Selesai memasak mie, ia akan menceramahi sang istri.

Dengan patuh, bocah itu mendudukkan kembali bokongnya ke kursi. Seperti tidak ada kata bersalah yang ia ucapkan barusan. Ia mengatakan apa yang didengar.

"Ingat, jangan ditiru! Paham?"

"Siap, Pa." Tanpa melirik ke arah sang ayah, Raka sedang memandangi mie yang sudah matang tersebut di dalam mangkok.

"Bagus, sebentar ya ini papa masukkin bumbunya dulu." Raka mengangguk mengiyakan. Bumbu-bumbu mie dimasukkan Mike ke dalam mangkok, biar cita rasa makin wah di mulut. Tetapi, tidak semua bumbu yang dimasukkan, palingan cuma setengah saja. Lalu ia mengambil sumpit, guna mengaduk-aduk mie yang sudah berbumbu itu, supaya merata.

"Nah, sudah jadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nah, sudah jadi." Mangkok berisi mie itu disodorkannya ke arah Raka. Anak itu segera meraihnya, langsung memakannya begitu saja, tanpa mempedulikan rasa panas yang menyentuh lidahnya. Terlihat bahwa ia sangat menikmati.

"Raka, tiup dulu, itu masih panas." Bukannya menurut, malahan Raka makin cepat melahapnya. Rasa enak benar-benar menggoyangkan lidah.

"Enak banget Pa, nanti buatin lagi ya?" pujinya, diakhiri dengan permintaan. Tentu saja mengolah Mike tersenyum hangat, ia membelai rambut Raka lembut.

"Iya, nanti papa bakal buatin lagi."

Bersambung ...

Married With A Ceo [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang