🦋Dunia itu sempit🦋

124 11 0
                                    

Beberapa menit kemudian ...

Baru kelar acara yang paling dinantikan, Luluv baru saja menonjolkan diri. Ia terpaksa melewatinya, dikarenakan menunggu sampai bajunya benar-benar kering. Padahal bisa saja dulu meminjam baju ke Bianca sementara, tapi tidak dilakukannya. Ia tidak mau merepotkan.

Luluv berniat ingin menyerahkan kembali pengering rambut itu ke pemiliknya. Namun, waktu tiba di ruang depan. Ia disuguhkan dengan pemandangan yang membuat jantungnya berpacu lebih cepat. Rasanya jantungnya mau copot. Benda yang dipegangnya terlepas begitu saja, ia berlari cepat menuju kemana suaminya lagi menggendong sang anak yang kedua matanya melotot ke atas. Dari perutnya, nampak naik turun begitu cepat. Tidak seperti biasanya, keringat turut membasahi badannya.

Anak itu juga batuk-batuk. Bukan batuk berdahak, melainkan batuk kering. Luluv menangis histeris menyaksikan pemandangan menyakiti hatinya itu. Mike juga sama khawatirnya, tangan lelaki itu bergetar hebat. Keringat dingin mengucur deras di pelipis.

"Raka! Raka kenapa?! Dia kenapa?!" Luluv menjerit, sembari memeluk Raka yang masih dalam dekapan suaminya. Kondisi anak tersebut nampak memprihatinkan.

"Kita ke rumah sakit sekarang, pleuritis -nya kambuh!"

"Apa?!" Luluv terkejut setengah mati. Kakinya seakan mati rasa. Tubuhnya mendingin total. Dikarenakan, baru pertama kali sakit anaknya itu bisa separah ini.

Tanpa banyak bicara lagi, pasutri itu sesegera mungkin mau pergi ke rumah sakit sinar indah yang lokasinya dekat dengan kediaman Alan. Ketika hendak mencapai pintu depan, aksi mereka diberhentikan oleh Taki.

"Tunggu dulu, kalian biar ikut denganku. Aku dokter anak, aku yang akan memeriksanya." cegahnya, bertampang serius. Tak mau melambat waktu, mereka mengiyakan saja. Mereka berempat, termasuk Raka, menaiki mobil Marcedes Benz warna hitam metalik. Yang tidak lain kepunyaan Taki.

Selepas masuk semuanya, si pengemudi langsung menancapkan gas. Meninggalkan raut bingung bahkan kekhawatiran bagi orang yang menyaksikannya. Raya yang melihat persis kejadian ini mengatup mulutnya, ia tidak bisa membayangkan bagaimana cemasnya sahabatnya itu sekarang.

***

Setibanya di rumah sakit, Raka dibaringkan di brankar. Dan dimasukkan ke dalam ruang ICU. Nafas Raka kian sesak dan pendek, bahkan batuknya kian menjadi-jadi. Air matanya mengucur deras membasahi pipi, beberapa mulut kecilnya meronta-ronta kesakitan, dan terus-menerus memanggil ibunya.

"Ma-ma, sa-kit ...!"

Sedari tadi Luluv tak henti-hentinya menangis. Ia tidak sanggup melihat pemandangan mengerikan seperti ini. Dengan tenaga yang tersisa, ibu satu anak itu menggenggam erat tangan mungil sang anak. Seolah-olah menyalurkan kekuatan.

"Sabar ya sayang, kamu harus kuat. Mama disini, jangan takut," ucapnya menenangkan. Meski hatinya tidak berkata demikian.

Mike tidak bisa berkata-kata lagi, dunianya seakan runtuh. Pikiran negatif, ditepisnya agar tidak menggelayuti pikiran. Saat ini ia serahkan kepada Taki, dan berdoa di dalam hati.

Terlebih dulu, Taki menanyakan gejala dan riwayat kesehatan Raka. Setelah mendapatkan jawabannya, ia menggunakan stetoskop untuk memeriksa suara di dalam organ paru. Tujuannya buat melihat adanya peradangan pada pleura atau paru-paru. Taki melakukan pemindaian pada paru-paru Raka, dengan foto Rontgen dada. CT scan dada, atau USG dada. Pemeriksaan ini bisa mendeteksi penumpukan cairan di ruang antar pleura.

Pleuritis adalah peradangan pada selaput pembungkus organ paru-paru atau pleura. Kondisi ini menyebabkan penderitanya merasakan nyeri dada yang menusuk, terutama ketika bernafas. Itulah yang dirasakan Raka.

Married With A Ceo [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang