pembukaan cerita

151K 6.1K 61
                                    

Seorang gadis nampak tertidur dengan tak elitnya dibawah kasurnya. Kaki yang masih berada diatas kasur dan juga tubuh yang sudah berada diatas lantai. Dengan rambut acak-acakan gadis itu tak menyadari kalau matahari sudah masuk disela-sela gorden yang terbuka. Hingga.....

"AMARA BANGUN KAMU!! SEKOLAH!!" Suara yang melengking yang berasal dari lantai bawah begitu saja masuk ke sela-sela pintu. Padahal ruangan ini sudah di desain kedap suara. Tapi siapa sangka suara mami Amara dapat menembus kedap suara itu.

Bisa dibilang suara mami Amara sebelah dua belas dengan auman singa di padang savana yang ada di Afrika.

Dengan malas Amara membuka matanya yang sebenarnya masih betah untuk mengatup. Jelas saja dirinya terbangun mendengar suara yang dapat mengagetkan anak tetangga sebelah.

Dengan langkah tertatih Amara berjalan menuju kamar mandi dan tak sengaja saat berjalan kaki malah terinjak sesuatu yang terasa kenyal tapi ada perpaduan keras.

Piiiiit!

Suara yang berasal dari mainan Bebek milik adiknya dan juga kakinya yang menginjak mainan itu membuat Amara terpeleset dan terjatuh dengan bokong yang pertama kali menyentuh lantai.

"Haiyaaa! Mami bokong seksoy membenehoy milik Amara sakit!" Amara mengeluh mengusap pantatnya yang terasa mati rasa begitu saja.

"REFAN!!" Panggil Amara dengan teriakan bak petir disiang bolong membuat yang punya nama langsung menghampiri kamar milik Amara.

Refan adik Amara dengan tatapan polosnya menatap kearah kakaknya yang kini terduduk diatas lantai.

"Iya, kakak manggil Refan?"

"Refan anjirr! Ngapain lo masih main mainan Bebek kayak gini? Lo udah SMP dan tahun ini mau naik SMA. Lo nggak malu sama teman-teman nanti kalau tau lo suka ngoleksi mainan Bebek kayak gini?" Ucap Amara yang mengandung sindiran didalamnya.

Kalian tahu adik Amara yang satu ini sedikit berbeda dengan remaja seumurannya. Bagaimana remaja lain yang biasa ngoleksi cewek, jam tangan, sepatu, jaket, atau apalah itu. Adiknya malah asik mengoleksi mainan Bebek didalam kamarnya. Tak hanya mainan Bebek karet tapi juga boneka Bebek mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar terpajang rapi disalah satu lemari kaca yang berada didalam kamar adiknya itu.

Refan dengan seragam putih biru nya hanya menatap kakaknya tanpa ada niatan menolong sama sekali.

"Bantuin gue buru!" Perintah Amara pada Refan dan tanpa penolakan Refan berjalan menghampiri kakaknya lalu membantu kakaknya untuk bangun.

"Kak Amara, kata mami buruan mandi terus turun buat sarapan. Papi juga udah nunggu dibawah" Cetus Refan.

"Lo duluan aja, gue mau mandi dulu terus turun kebawah" Dengan tangan yang masih mengusap bokongnya Amara melangkah menuju kamar mandi.

Tak butuh waktu lama karena memang Amara tengah dikejar waktu untuk kesekolah. Jangan sampai dia terlambat dan berakhir mendapat hukuman dari pak Rahmat.

Dia meraih tas yang sudah lengkap isinya kemudian menyampirkannya pada bahu sebelah kanan. Itu dia langsung turun ke bawah untuk menemui orang tua dan juga adik tercintanya.

"PAGI SEMUANYA!!" Teriak Amara seraya menuruni satu persatu undakan anak tangga.

"Udah mau siang ini, adik kamu aja udah berangkat" Ucap papi menatap putrinya yang satu ini. Dari mana datangnya sifat putrinya ini. Perasaan dulu dirinya dan istrinya tak memiliki sifat seperti ini.

Amara mendengus sebal mendengar ucapan papanya "itu si Refan nya aja kelewatan rajin. Makannya datang sekolah pagi-pagi"

"Cepat kamu makan, keburu telat kamu nanti dan ujung-ujungnya malah kena hukuman"

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang