Diperjalanan menuju rumah Amara mereka sempat mampir ke sebuah restoran untuk makan bersama dan disinilah mereka disalah satu bangku dan diatas meja sudah terhilang makanan yang tadi mereka pesan.
Sedari tadi senyum yang terpatri dibibir Amara tak pernah luntur, barang sedetikpun. Seakan harinya begitu senang hari ini, ya memang benar bukan kalau harinya sangat-sangat baik karena kembalinya mereka.
"Kamu nggak pegel senyum dari tadi?" Tanya Arkan, bukan tak ingin melihat senyum Amara tapi apakah tak pegel tersenyum selalu.
"Nggak,"
"Aku boleh nanya nggak?"
Arkan menganggukkan kepalanya "silakan, mau tanya apa?"
Amara terdiam dan berpikir, bagaimana cara merangkai pertanyaan yang begitu berbelit dalam otaknya ini "jadi gini, sebenarnya Mas Dud tuh kenapa bisa ada disini sih?... Ya maksudnya tuh bukannya Mas Dud adanya waktu aku koma dan itu didalam mimpi panjang aku, tapi sekarang kenapa bisa ada didepan aku. Mas Dud pakek mesin buat datang ke sini atau gimana, bingung aku tuh"
Arkan terdiam, bagaimana cara dirinya bercerita pada Amara apa yang telah terjadi pada dirinya. Sama halnya saat Amara bercerita pada dirinya, sangat mustahil bukan untuk terjadi, tapi ini berbeda. Dirinya bukan mengalami transmigrasi, perpindahan jiwa, atau reinkarnasi dan semacamnya, tapi saat dirinya mengalami koma disitulah semua terjadi begitu saja.
"Waktu itu saya, Syella dan Anta...."
Beberapa minggu sebelumnya Arkan, Syella dan Anta berniat berkunjung ke rumah orang tua Syella yang ada di Belanda saat mengetahui jika ayah Syella jatuh sakit. Satu hari sebelum keberangkatan mereka, Anta jatuh sakit, dia mengalami demam parah waktu itu yang mengakibatkan keberangkatan mereka ditunda. Sebenarnya tidak, penerbangan mereka tetap berlanjut dengan Syella sendiri yang pergi ke sana saat mendapat berita jika ayah Syella masuk rumah sakit dan kritis.
Pada saat itu Arkan berjanji akan menyusul Syella setelah keadaan Anta membaik. Saat penerbangan nama Arkan dan Anta masih tercantum dalam daftar penumpang pesawat itu. Hingga pada malam harinya pesawat yang ditumpangi oleh Syella dikabarkan hilang kontak, pada saat itu keadaan Arkan benar-benar kacau ditambah demam Anta belum turun. Disaat itu dirinya sangat berharap jika pesawat yang ditumpangi istrinya kembali tersambung dengan pihak yang ada di bandara, tapi dia puluh menit setelah berita itu muncul ke media lalu muncul lagi berita selanjutnya yang membuat hati Arkan tambah terpukul.
Pesawat yang ditumpangi istrinya jatuh lalu menghantam tebing dan sebagian bagian pesawat jatuh kelaut. Dengan perasaan kalut ditambah Anta yang sudah menangis histeris waktu itu membuat Arkan terburu-buru menuju Bandara dan meminta keterangan yang lebih. Tak sampai di bandara lebih tepatnya dipertengahan jalan dirinya mengalami kecelakaan karena hilang kendali dan menabrak pembatas jalan menyebabkan bagian depan mobil hancur. Setelahnya dia tak tahu lagi apa yang terjadi.
Hingga dia terbangun dan mendapati tubuh istrinya tertidur dengan pulas di sampingnya. Arkan menghela nafas lega lalu beralih mengusap kepala sangat istri, tangannya tertuju pada perut Syella yang buncit. Apa dirinya kembali ke masa lalu? Disaat istrinya masih mengandung Anta. Tunggu, Anta? Jadi Arkan benar-benar mengalami perjalanan waktu kemasa lalu. Jika iya, dia bersyukur dan akan memperbaiki semuanya.
Beberapa minggu terlewati sampai tiba saatnya Syella melahirkan dan Arkan dapat melihat bagaimana perjuangan istrinya itu melahirkan buah hati mereka, baru saja dia mendengar suara tangisan bayi yang membuat hatinya bahagia dan disaat itu pula air matanya harus terjatuh saat melihat wajah pucat dan kaku milik Syella. Dia masih ingat satu permintaan mendiang sangat istri untuk menikahi sahabatnya yang saat itu juga berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Duda [End]
Fantasia"Gue dimana sih? Kamar siapa lagi ini? Kalau kamar gue bukan kayak gini" "Ini lagi pada kenapa sama tubuh gue, mana nyeri lagi, kepala gue juga pening banget" "Apa gue diculik sugar daddy ya?" Kemudian menggeleng kuat "berharap banget gue diculik s...