[6] makan siang bersama

40.6K 3.3K 15
                                    

"Nana tolong bantuin matiin kompornya sebentar!"

Suara yang berasal dari dapur itu membuat Nana yang tengah berjalan langsung berlari menuju dapur untuk mematikan kompor yang diatasnya terdapat soup yang sudah mendidih. Sedangkan Amara kini tengah membumbui ayam dengan tepung. Karena tangannya kotor akhirnya dia meminta bantuan Nana yang baru balik dari mematikan televisi yang rupanya sudah sedari tadi menyala.

"Ada yang bisa saya bantu lagi nyonya?" Tanya Nana yang berdiri di depan kompor.

Amara menatap kesal kearah Nana "selesaikan dulu tugas kamu buat perkedel, itu saja belum selesai sudah meminta yang lain"

Nana menepuk dahinya, bisa-bisanya dia melupakan tugasnya yang tengah membuat perkedel "saya hampir lupa nyonya, kalau begitu saya selesaikan yang itu dulu" Ucap Nana kembali melanjutkan aktivitasnya membuat perkedel.

Didalam sebuah piring sudah terdapat beberapa potong daging ayam yang sudah dibaluri dengan tepung dan tinggal digoreng. Amara membawa piring itu menuju kompor yang sudah tersedia wajan berisi minyak.

Selesai dengan urusan mengoreng ayam kini dilanjutkan oleh Nana yang menggoreng perkedel. Soup dan ayam goreng sudab terhidang diatas meja. Amara melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu membuat cap cay salah satu menu kesukaannya.

Tak apa jika Arkan atau Anta tak menyukainya, yang jelas nanti dirinyalah yang akan menghabiskannya, kalaupun tidak habis maka bisa dijadikan menu makan malam. Apa salahnya kan.

"Apa nyonya suka dengan cap cay?"

Amara yang tengah memotong sejumlah sayuran yang nantinya dia jadikan bahan pembuat cap cay langsung saja menoleh menatap Nana "saya sangat menyukainya"

Nana hanya mengangguk kemudian melanjutkan tugasnya yang tengah menggoreng perkedel.

Jadi hari ini Amara berniat membuat acara makan-makan bereng keluarga. Lagian hari ini Arkan akan pulang dari London setelah menyelesaikan tugasnya. Dia senang bukan kepalang tak hanya karena makan-makan bereng tapi juga kemarin sore dia melihat kalau chatnya dibalas oleh Arkan.

Semua hidangan sudah terhidang diatas meja, sekarang Amara memilih untuk mandi terlebih dahulu dan setelahnya dia akan menunggu kedatangan Arkan.

•••••

Di bandara nampak Arkan dan juga Jhon berjalan beriringan membuat sebagian orang yang ada disana menatap kagum kedua pria tampan itu. Dengan kemeja putih yang dibalut dengan jas hitam, celana kain dan juga sepatu fantofel yang menambah kesan tampan kedua pria itu. Tak hanya dari pakaian tapi kedua pria itu memang tampan dari bentukan wajah. Hidung mancung, alis tebal, bulu mata lentik, bibir tebal berwarna merah alami. Jika Arkan memiliki iris sehitam malam maka lain halnya dengan Jhon yang memiliki iris coklat terang.

"Apa Anta sudah pulang dari sekolah?" Tanya Arkan tanpa mengalihkan tatapannya kedepan.

Jhon langsung mengecek jam yang ada di pergelangan tanggannya "sepertinya belum, pasti dia sekarang berada ditempat les. Apa kita perlu menjemputnya terlebih dahulu?"

"Kita ketempat les Anta terlebih dahulu"

Kedua lelaki itu mempercepat langkahnya menuju sebuah mobil yang sudah disiapkan oleh anak buah Arkan. Mobil BMW itu melaju dengan kecepatan keluar dari area bandara.

Sedangkan ditempat les Anta berdiri di depan pagar sambil menunggu kedatangan supir yang menjemputnya. Sudah sepuluh menit dia berdiri disana tapi belum ada tanda-tanda kedatangan supir yang menjemputnya. Dengan wajah cemberut Anta duduk berjongkok disamping pagar, membuka botol minumnya lalu meneguk sedikit air karena haus.

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang