[7] dia Melodi

40.7K 3.1K 55
                                    

Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Amara terbangun dari tidurnya karena merasa haus. Saat meraih gelas di atas diatas nakas dia tak menemukan sedikitpun air melainkan gelas kosong. Dengan malas akhirnya dia memutuskan untuk bangun dan turun kebawah. Dahinya sedikit terangkan saat tak menemukan sosok Arkan disampingnya. Memang sih tadi dirinya tidur duluan.

Tak ingin berpikir dia lebih memilih untuk turun kedapur. Langkah kecilnya berjalan menuruni satu persatu anak tangga. Selesai membasahi kerongkongannya yang sedari tadi kering dia langsung kembali keatas.

Namun saat melewati sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka Amara memberanikan diri untuk melihat. Karena penasaran tangannya bergerak mendorong pintu itu untuk terbuka lebih besar lagi. Matanya langsung terkunci pada sosok tampan walaupun dalam keremangan cahaya yang dipancarkan dari layar laptop yang menyala di depannya.

Dengan tekadnya dia berjalan menghampiri Arkan yang tertidur diatas meja kerjanya. Pantesan saat dia terbangun tak menemukan keberadaan Arkan di sampingnya. Rupanya sudah terlelap disini.

"Ya Allah, tidur aja cakek apalagi bangun. Dosa nggak sih nyentuh suami tanpa izin?" Amara menatap wajah tampan laki-laki di sampingnya itu.

Dengan lancang tangannya sudah bertengger diatas bibir tebal milik Arkan "adek pengen disosor bang, bibirnya cipokable banget" Amara mengusap pelan bibir milik Arkan yang mungkin siapa tahu akan menjadi candunya suatu saat nanti. Itupun kalau benar terjadi.

Tubuh Arkan sedikit bergerak membuat Amara sontak melepaskan tangannya dan langsung bersembunyi di depan meja. Namun saat matanya mengintip, dia melihat Arkan kembali tertidur dengan nyenyak "untung kagak bangun, kalau emang iya habis gue" Gumamnya hampir tak terdengar.

"Sayang banget nih orang dingin plus cuek, jadi gue nggak bisa ngerasain gimana bucinnya sama suami sendiri. Semoga cepat cair es kutub" Dengan tangan yang berada dua inci diatas rambut Arkan, Amara berlagak seperti tengah mengusap rambut itu.

"Gue ambilin selimut dulu bentar, ya" Amara berjalan keluar masuk kedalam kamarnya untuk mengambil selimut yang akan dia gunakan untuk menyelimuti tubuh Arkan.

Dia kembali dengan sebuah selimut berwarna abu-abu di tangannya. Dengan sangat hati-hati Amara menyelimuti tubuh Arkan agar lelaki itu tidak terusik. Sebenarnya niatan awal ingin membangunkannya saja. Tapi karena tau kalau membangunkan Arkan sama dengan membangunkan macan yang tengah tidur. Akhirnya dia memilih untuk menyelimuti saja.

"Goodnight Mas Dud, moga mimpi indah dan semoga dalam mimpi Mas Dud ada akunya" Amara mencium beberapa kali telapak tangannya kemudian dengan hati-hati menempelkannya pada dahi Arkan sebagai penganti kecupan langsung. Dia belum berani untuk mendaratkan bibirnya langsung pada dahi Arkan. Takutnya nanti malah dimarahin sama pemilik dahi, kan berabe masalahnya.

Dengan langkah ringan Amara berjalan menuju kamarnya kembali. Karena besok dia harus melanjutkan kembali kehidupannya didunia yang terasa nyata baginya ini. Kapan dirinya bisa pulang? Selama ini pertanyaan itulah yang selalu bersarang dalam kepalanya dan dia tak dapat mengemukakannya pada orang lain karena pasti tak ada orang yang percaya.

•••••

Arkan terbangun saat suara alarm yang bergetar diatas meja tempat dia menidurkan kepalanya. Dia merasakan sesuatu yang menyelimutinya dan saat menyentuh dia melihat sebuah selimut abu-abu. Tanpa ada pertanyaan siapa yang sudah menyelimutinya dia langit bangkit dan menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

Jika kalian ingin tau sebenarnya Arkan memilih untuk berpisah kamar dengan Amara dengan alasan karena belum terbiasa. Sesampainya dikamar dia langsung menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang