[9] penjelasan Arkan

41.4K 3.1K 40
                                    

"Untuk siapa bekal itu?" Suara berat dengan terpaksa menghentikan langkah Amara saat memasuki rumah.

Dengan malas Amara menoleh kearah belakang. Dia sangat tau siapa pemilik suara itu siapa lagi kalau bukan Arkan. Entah sejak kapan pria itu sampai di rumah, Amara tak tahu.

Tak ada niatan sedikitpun bagi Amara untuk menjawab pertanyaan Arkan karena seharusnya Arkan sudah tau untuk siapa bekal itu sampai dirinya bersusah payah mengantarkan kekantor.

"Buat siapa bekal itu? Saya tanya dan seharusnya kamu jawab" Tegas Arkan.

Amara memutar matanya malas "emangnya buat siapa lagi kalau bukan buat Mas Dud, emang aku punya pria lain yang harus ku antarkan bekal untuknya?" Ucap Amara menahan gejolak perasaan marah dalam dirinya.

"Terus kenapa pergi dan malah memberikan bekal itu untuk Jhon?"

"What! Dia nanya kenapa gue ngasih bekalnya buat Jhon, ck ck dasar Mas Duda sialan!" Batin Amara kesal nampak sekali dari kilatan matanya yang tertuju ke arah Arkan yang berdiri di depannya.

"Kok Mas Dud jadi banyak nanya gini sih, biasa cuek gitu kok sekarang jadi banyak nanya gini"

"Saya kan cuma nanya" Balas Arkan kembali kedalam mode cuek plus dingin.

Amara menggelengkan kepalanya tak percaya, apa secepat itu perubahan sikap dari suaminya itu "nah kan, balik lagi kemode cuek" Dengusnya.

"Udah ah aku mau masuk dulu kedalam, soal tadi lupain aja. Aku juga sadar diri kok sama posisi aku dihidup Mas Dud" Lanjut Amara seraya melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.

Arkan termenung mendengar penuturan Amara. Hey dirinya pulang untuk menjelaskan perihal tadi di kantor dan perempuan itu malah memintanya untuk melupakan kejadian itu. Dia hanya tak ingin menimbulkan masalah baru dengan kejadian dikantor tadi.

Setelah sadar buru-buru Arkan menyusul Amara masuk kedalam rumah untuk menjelaskan kejadian tadi.

"Hey tunggu" Arkan meraih tangan Amara saat hendak menaiki anak tangga.

"Kayak drama anjir pakek ditahan segala, terus gue ikutin alutnya 'Mas lepasin, nggak ada yang perlu kamu jelasin, aku udah liat pakek mata kepala aku sendiri. Apa lagi yang perlu kamu jelasin" Amara membuyarkan pikirannya. Kalau begitu kejadiannya dirinya pasti akan merasa malu.

"Apalagi Mas Dud? Aku cuma mau naik keatas bentar, atau Jangan-jangan Mas Dud kangen ya sama aku? Mana pakek ditahan segala kayak di drama-drama" Ucap Amara mengedipkan sebelah matanya mengoda kearah Arkan.

Bukannya tergoda Arkan malah bergidik ngeri menatap kearah Amara "mata kamu belekan" Tiga kata yang membuat Amara menahan malu sampai ubun-ubun.

"Anjirr! Sejak kapan nih belek nyempil dimata gue!" Batin Amara menjerit menyentuh ujung matanya dan benar saja ada sesuatu yang menempel disana.

"Mas Dud aku capek mau istirahat dulu, bey!" Dengan cepat Amara berlari untuk menjauh dari jangkauan penglihatan Arkan.

"Mami Amara malu!" Jeritnya saat masuk kedalam kamar dan menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.

Sedangkan dibawa Arkan menatap cengo kearah Amara. Sudut bibirnya sedikit terangkat saat melihat wajah malu Amara tadi.

"Papa"

Mendengar suara yang cukup familiar bagi pendengarannya Arkan berbalik dan menatap Anta dengan balutan seragam sekolahnya.

"Papa kenapa?" Tanya Anta.

"Papa nggak kenapa-napa, ayo kita makan" Ajak Arkan menggandeng tangan Anta menuntut menuju meja makan.

"Tante itu mana pah?"

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang