[24] ke danau

31.8K 2.7K 14
                                    

Hari ini adalah hari pertama Anta mengikuti ujian kenaikan kelas begitu juga dengan Refan yang sedari semalam selalu menyuruhnya untuk berdoa agar dia lancar dalam mengerjakan soal ujian nantinya. Sedangkan Arkan sudah pulang tiga hari yang lalu bersama dengan Jhon yang terlihat sedikir aneh dimana dia terus mencoba untuk menghindar dari dirinya. Dia tak tahu apa kesalahan yang telah dia lakukan sampai Jhon menjauhinya.

"Anta udah siap semuanya?" Tanya Amara yang kini tengah berkutat dengan tas kecil milik Anta.

"Sudah tante" Anta berjalan menghampiri Amara lalu mengambil tas yang sudah ditaruh oleh Amara diatas sofa.

"Ayo kita sarapan pagi dulu" Ajak Amara bersamaan dengan Arkan yang turun dari lantai atas.

Kedua bapak dan anak itu langsung menuju meja makan dimana sudah Amara yang tengah menyiapkan sarapan diatas piring mereka masing-masing. Seperti kata Amara, saat-saat terakhirnya akan dia pergunakan untuk membahagiakan kedua orang didepannya dan termasuk Refan satu lagi.

Selesai dengan sarapannya Amara mengantar kedua orang itu keluar menuju mobil dimana hari ini Anta akan berangkat sekolah diantar oleh Arkan. Sedangkan Amara sekitaran jam sepuluh nanti dia akan ke cafe karena dirumah juga terasa bosan.

"Waktu yang tersisa harus gue pergunakan dengan baik disini. Jangan sampai gue ninggalin kesan buruk buat mereka bertiga, biarlah kepergian gue nanti akan selalu teringat oleh mereka bertiga"

Amara berbalik langsung melangkah masuk kembali kedalam rumah.

•••••

Di cafe Amara nampak termenung dengan pemikiran yang kini tengah bersarang dalam otaknya yang kecil.

"Kenapa tiba-tiba Jhon jadi ngehindarin gue? Perasaan gue nggak ngelakui apa-apa deh sama dia. Tapi kenapa dia jadi ngehindar dari gue,"

"Aneh emang tuh orang," Gumam Amara.

Saat dia tengah asik berpikir tiba-tiba datanglah seseorang yang mengagetkan nya sampai membuat Amara hampir terjengkang dari kursinya.

"AMARA!!" Teriak orang itu tanpa tahu malu sampai diliatin oleh para pengunjung.

"Shuutts! Berisik Fan. Noh liatin mereka pada natap lo aneh, emang aneh sih lo dari penampilannya yang nggak kayak biasanya. Rapi amat, dari mana hendak kemana nih?" Tanya Amara kepo melihat pakaian Refan yang rapi.

Refan menghela nafas gusar menatap Amara "nggak liat gue pakai seragam kayak gini? Yang jelas gue dari sekolah, biasa murid teladan, baru nyelesain ujian gue." Ujarnya dengan sombong seraya menyungar rambutnya kebelakang percaya diri. Emang dasar narsis nih anak satu.

"Murid teladan apanya? Kemaren-kemaren apaan tuh, pakai acara bolos segala. Kayak gitu dikatain murid teladan, nggak masuk kriteria banget" Cibir Amara.

"Ah, lo mah kayak gitu orangnya, kasih semangat kek atau apa gitu. Pusing otak gue sama rumus tadi." Kata Refan mendudukkan dirinya disalah satu kursi yang ada di dekat sana.

Amara meminta seorang pekerjaan untuk mengantikannya lalu berjalan menuju meja Refan, terlihat pemuda itu merebahkan kepalanya diantara lipatan tangan. Dengan inisiatif baik tak lupa Amara membawa segelas air mineral untuk diminum oleh Refan.

"Nih diminum dulu, biar pikiran plong" Ucap Amara menyodorkan satu gelas air putih dingin.

Sedangkan Refan menatap tak percaya minuman didepannya lalu matanya beralih menatap Amara yang terlihat santai memandangi sejumlah pelanggan.

"Masa iya gue ditawarin air putih doang, yang enak kek kayak jus atau apalah itu. Ini air putih,"

Dengan kesal Amara memukul kepala Refan dengan sedotan panjang yang ada ditangannya "bersyukur kek, udah dikasih gratis malah ngelunjak. Kalau lo mau jus terus nggak bayar bisa bangkrut cafe gue. Beli buah mahal, terus air, gula, es batu sama listrik. Itu butuh harga nggak melulu gue kasih gratis buat lo." Ucap Amara.

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang