Sebuah mobil berjalan menyusuri jalan yang disamping kirinya terlihat hamparan pantai yang begitu indah. Walau masih memiliki batas dengan pagar batu yang sengaja dibuat untuk mencegah ombak sampai kejalan.
Amara menatap kearah pantai dengan mata yang berbinar, walau ini bukanlah kali pertama dia kepantai tapi tetap saja dia merasa takjub dengan pemandangan yang ditunjukkan. Apalagi langit mulai menunjukkan sedikit warna orange dan sejumlah burung juga terlihat terbang diatas ombak-ombak yang bergemuruh.
"Anta senang nggak?" Tanya Amara menoleh kebelakang dimana Anta juga tengah memandang kearah pantai.
Mobil mereka masih terus melaju menuju sebuah tempat yang lebih indah lagi.
"Senang tante!" Seru Anta mengangkat kedua tangannya.
Amara terkekeh melihat antusiasme dari Anta, Anta terlihat begitu menikmati hari ini. Setelah dari sekolah Refan mereka sempat pulang kerumah lalu kembali menuju pantai yang membutuhkan beberapa jam untuk bisa sampai.
Tatapan Amara beralih menatap Arkan yang fokus pada jalanan. Dilihat dari sudut manapun Arkan akan tetap tampan, Amara tak menyangkal hal itu dan dia sangat bersyukur bisa memandangi wajah itu dengan puas.
"Masih lama nggak sampainya?" Tanya Amara membuat Arkan harus menoleh sebentar kearahnya.
"Nggak lama lagi, kenapa? Bosan ya?"
"Enggak, malahan aku suka banget diajak kepantai, lihat Anta aja juga udah senang banget" Amara melirik sebentar kearah Anta yang sedari tadi tak pernah lepas menempelkan wajahnya pada jendela mobil.
Sekitar sepuluh menit akhirnya mereka sampai di tempat yang Arkan maksud. Indah memang, disamping ada sebuah tebing yang cukup tinggi dan mereka berada di sampingnya.
Dari sini Amara dapat melihat matahari yang sudah menunjukkan warna yang cukup cantik. Ditambah dengan deburan ombak yang menghantam tebing hingga menghasilkan suara yang cukup keras, tak hanya itu ditambah dengan suara burung pantai yang sangat banyak.
"Anta mau main air nggak? Tadi tante sempat bawa baju ganti buat kamu, kalau emang mau main aja nggak papa" Ucap Amara yang kini sudah berada di pinggir pantai, tak dia pikirkan jika celana yang kini dia gunakan akan basah yang jelas dia ingin bermain sore ini.
Anta menatap Arkan meminta persetujuan "main aja nggak papa, hati-hati mainnya jangan jauh-jauh" Ucap Arkan.
Dengan semangat Anta menyusul Amara yang kini sudah menyipratkan air laut kearah dirinya. Tak ingin kalah Anta juga menyipratkan air kearah Amara membuat keduanya saling tertawa karena kesenangan.
Sedangkan Arkan duduk diatas pasir pantai menatap dua orang yang kini sangat berarti dalam hidupnya tertawa lepas tanpa ada beban sama sekali. Baru kali ini dia melihat tawa anaknya yang begitu lepas, apalagi bersama dengan Amara.
Tak ingin melewatkan momen ini Arkan mengeluarkan ponsel miliknya lalu memotret kedua orang yang tengah asik siram-siraman air laut itu, dia tertawa saat Amara terjatuh saat sebuah ombak datang. Tidak hanya Arkan bahkan Anta sudah tertawa terpingkal-pingkal.
"Anta jangan ketawain tante, jadi malu kan" Kata Amara bangkit kemudian mulai mengejar Anta yang sudah ber ancang-ancang untuk lari.
"Aaaa, jangan kejar Anta. Tante larinya jangan cepat-cepat. Anta nggak bisa lari cepat" Anta terus berlari sampai berada di belakang Arkan.
"Papa, tolongin Anta. Aaaa, tante jangan hahaha, jangan kejar Anta lagi" Tawa Anta pecah saat dengan iseng Amara menggelitik pinggang Anta.
Amara menghentikan aksinya lalu duduk disamping Arkan diikuti Anta yang duduk dalam pangkuan Amara yang memang kedua orang itu sama-sama sudah dalam keadaan basah kuyup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Duda [End]
Fantasy"Gue dimana sih? Kamar siapa lagi ini? Kalau kamar gue bukan kayak gini" "Ini lagi pada kenapa sama tubuh gue, mana nyeri lagi, kepala gue juga pening banget" "Apa gue diculik sugar daddy ya?" Kemudian menggeleng kuat "berharap banget gue diculik s...