Pagi harinya Amara terbangun tanpa ada Arkan disampingnya. Padahal ia sangat ingin merasakan bagaimana rasanya pada saat bangun pagi langsung disuguhkan pemandangan wajah tampan sang suami. Tapi harapannya seketika sirna saat tak melihat keberadaan mas Dud di sampingnya.
"Mas Dud kemana sih, padahal gue pengen liat wajah tampan dia waktu bangun pagi. Terpaksa gue harus liat foto mas bias di galeri ponsel gue" Dengan wajah cemberutnya Amara melangkah menuju kamar mandi.
Setelah selesai dan berganti pakaian dia memilih untuk langsung turun ke bawah. Sekalian sarapan karena perutnya sudah berbunyi sedari dirinya berada di dalam kamar mandi.
"Pagi semuanya" Sapa Amara kemudian mendudukkan diri disamping bundanya.
"Pagi sayang" Balas kedua orang tua Amara.
"Bunda liat suami aku nggak?" Tanya Amara sambil menuangkan air putih kedalam gelas kemudian meneguknya.
"Kan suami kamu, ngapain tanya sama bunda"
"Masalahnya tadi pagi waktu aku bangun nggak keliatan. Kirain udah turun kebawah, rupanya dibawah juga nggak ada" Ujar Amara.
Kini tatapannya beralih pada siang ayah "ayah liat suami aku nggak?"
"Tadi pagi dia buru-buru balik kerumahnya karena ada keberangkatan ke London untuk urusan pekerjaan"
"Dasar mas Dud, baru nikah udah ditinggalin aja. Mana perginya jauh banget lagi"
"Nanti kamu beres-beres ya, soalnya mulai sekarang kamu bakal tinggal dirumah Arkan. Bukan lagi disini"
"Kenapa nggak tinggal disini aja sih Bunda? Amara pengen tinggal bareng Bunda sama Ayah. Nggak mau jauh-jauh pokoknya" Amara merengut kesal mendengar ucapan bundanya.
Geladis menghela nafas sabar "kan kamu udah nikah, otomatis kamu harus ikut sama suami kamu, dengerin semua ucapan suami kamu jangan ngebantah. Jadi nanti beres-beres, siang nanti bakalan datang sopir yang akan jemput kamu" Jelas Geladis panjang lebar.
Amara menghembuskan nafas kasar ia tak akan dapat membantah ucapan Ibunda tercintanya itu. Terpaksa dia harus mengikut sesuai keinginan suaminya yang meminta untuk pisah rumah dengan orang tuanya.
Setelah selesai melaksanakan acara sarapan pagi bersama kini Amara sedang berada di dalam kamar. Sesuai perintah bundanya tadi untuk berberes-beres. Kalau kalian mau tau bunda Amara sedang ikut arisan dirumah temannya.
Amara memasukkan beberapa potong pakaian kedalam koper miliknya. Tak banyak pakaian yang akan dia bawa kerumah suaminya. Jadi nanti dia punya alasan untuk pulang kerumah orang tuanya.
"Akhirnya selesai juga"
Dengan gontai Amara berjalan menuju ranjang empuk miliknya. Mungkin ini akan menjadi kali terakhirnya untuk tidur diatas kasur kesayangannya itu. Pada akhirnya Amara terlelap dalam tidurnya.
•••••
"Amara bangun sayang, hey bangun" Geladis terus-menerus menepuk pipi putrinya agar terbangun dari tidurnya. Tapi apa? Usahanya hanya sia-sia Amara tak kunjung bangun.
Sempat membuatnya panik namun langsung dipatahkan saat melihat putrinya membuka mata cantiknya dan menatap kearahnya.
"Kenapa bun?" Tanya Amara dengan suara sedikit serak.
Menghela nafasnya lega "kamu ini gimana sih, itu supir udah dari tadi nungguin kamu dibawa. Lah kamu masih tidur disini, udah sana siap-siap jangan buat orang menunggu" Ucap Geladis sedikit kesal.
Tadi saat dirinya sampai dirumah sehabis pulang dari rumah temannya dia melihat seseorang yang tengah terduduk disofa depan. Saat dirinya bertanya rupanya orang itu adalah supir utusan Arkan untuk menjemput Amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Mas Duda [End]
Fantasía"Gue dimana sih? Kamar siapa lagi ini? Kalau kamar gue bukan kayak gini" "Ini lagi pada kenapa sama tubuh gue, mana nyeri lagi, kepala gue juga pening banget" "Apa gue diculik sugar daddy ya?" Kemudian menggeleng kuat "berharap banget gue diculik s...