[8] kantor Arkan

39.9K 3.1K 38
                                    

Dua Minggu sudah Amara berada ditempat yang sama dengan tempat tinggalnya dulu tapi terasa sangat asing dengan orang-orang yang berbeda. Termasuk keluarganya yah sifatnya sangat berbeda dengan keluarganya dulu.

Selama itu juga Amara tau kalau sebenarnya Arkan menikahinya karena terpaksa atas permintaan mendiang istrinya.

"Mas Dud bisa nggak sih jangan abain aku gitu aja, apalagi dirumah. Aku ada tapi seperti nggak ada dimata Mas Dud, sebenarnya apa gunanya ikatan pernikahan diantara kita, hah?" Amara mengeluarkan semua unek-unek yang selama beberapa hari ini bersarang dalam pikirannya dan membuat hatinya serasa sakit.

Arkan berbalik menatap datar Amara yang sudah mengeluarkan air mata "kamu" Tunjuk Arkan pada Amara.

"Kalau bukan karena permintaan terakhir mendiang istri saya, saya tak akan menikahimu yang saat itu menjadi sahabat baik dari istri saat" Ungkap Arkan tanpa memikirkan bagaimana keadaan hati Amara sekarang.

Mendengar setiap untaian kata yang keluar dari mulut Arkan membuat Amara sadar diri. Kalau bukan karena permintaa dari sahabat si pemilik tubuh dia tak akan menikah dengan Arkan sekarang.

"Kamu tau kenapa Anta tidak pernah suka sama kehadiran kamu?" Amara menggeleng lemah dengan air mata yang terus mengalir pada pipinya.

"Karena Anta tak akan pernah bisa menerima kehadiran orang-orang baru, termasuk kamu. Saat tau kalau mamanya udah nggak ada, Anta sebenarnya sudah memutuskan untuk tidak ingin memiliki mama baru, tapi karena permintaan dari Syella saya terpaksa menikahi kamu"

Selesai dengan ucapannya Arkan berjalan meninggalkan Amara disana.

"Apa Mas Dud nggak bisa belajar buat nerima aku sebagai istri, aku udah berusaha buat Mas Dud nyaman sama aku, tapi apa?" Lirihan Amara membuat Arkan menghentikan langkahnya dan kembali berbalik menatap perempuan di depannya.

"Saya tak bisa berjanji, karena jujur saya masih mencintai istri saya, Syella"

"Jika Mas Dud nggak mau berusaha, maka biar aku saja yang berusaha untuk membuat Anta dan juga Mas Dud, mau nerima aku dalam kehidupan kalian berdua" Ucap Amara parau kemudian berbalik untuk naik kekamarnya yang terpisah dengan kamar Arkan.

"Kalau Mas Dud mau makan, didapur sudah ada makanan yang sudah aku masak tadi, kalau bisa bekalnya dibawa juga buat dikantor nanti, nggak sehat kalau makan makanan luar" Tanpa menatap Arkan lagi Amara langsung berjalan menaiki satu persatu anak tangga.

Sekarang Amara tau kalau kehadirannya bukanlah hal yang penting bagi kedua orang itu. Tapi dia tetap berusaha untuk menjadikan kehadirannya sebagai hal yang penting bagi kedua orang itu.

Terbukti sekarang Amara dengan Sebuah paper bag di tangannya yang berisi makanan yang akan dia antarkan kekantor Arkan. Nanti setelah dari kantor Arkan dia akan langsung menjemput Anta ditempat Les.

Karena di tempatnya dulu Amara hanya bisa menaiki sepeda motor, jadi hari ini dia memutuskan untuk menggunakan motor matic yang memang ada dirumah ini dan biasa digunakan untuk kepasar oleh Nana.

Motor scoopy merah milik Amara melaju menuju kantor milik Arkan. Tadi dia sempat meminta alamat dari pak Ansar. Dengan kecepatan sedang Amara melewati jalanan siang yang tidak banyak dilalui oleg kendaraan. Padahal bisa dibilang ini sudah hampir masuk jam makan siang, pasti banyak kendaraan yang berlalu lalang untuk sekedar mencari restoran.

Amara memarkirkan motornya ditempat yang biasa digunakan para karyawan untuk memarkirkan kendaraan mereka. Karena ini sudah masuk jam makan siang jadi Amara dapat melihat banyak sekali orang yang tengah berlalu lalang dengan rekan kerjanya.

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang