[22] gombal yang gagal

33.2K 2.6K 8
                                    

Arkan kali ini mengantar Amara menuju cafe setelah tadi mengantar Anta kesekolah. Kalau bukan karena motor Amara yang tengah berada dibengkel mungkin Arkan tak akan mengantar Amara ke cafe.

"Mas Dud berenti dulu deh sebentar, aku mau beli bubur buat dibawa ke cafe" Arkan melihat gerobak bubur yang tengah dikerubungi oleh banyak pembeli lalu memberhentikan mobilnya dipinggir jalan.

"Bentar aku mau beli itu dulu nggak papa kan? Nggak lama kok" Kata Amara seraya membuka pintu mobil tapi ditahan oleh Arkan yang memegang tangan kanan Amara.

"Biar saya saja" Ucap Arkan membuat Amara hanya mengangguk saja toh dirinya tak perlu berdesakan dengan para pembeli.

Arkan turun dari mobil menuju gerobak bubur yang dimaksud oleh Amara. Sedangkan didalam mobio Amara asik memandangi sekitar hingga matanya tertuju pada sebuah papan yang tak terlalu yang ada dibelokan yang tak jauh dari tempat mobil Arkan terparkir.

'Hati-hati kawasan rawan kecelakaan'

Sebuah ide begitu saja muncul dalam otak kecil Amara yang nantinya akan langsung dia praktekan saat Arkan masuk kedalam mobil.

Tak lama Arkan kembali dengan menenteng sebuah kantong yang berisi bubur pesanan Amara. Saat dirinya hendak menyalahkan mobil suara Amara langsung menghentikan langkahnya.

"Mas Dud liat deh kesana" Tunjuk Amara pada papa besar yang sempat dia baca tadi "coba baca deh kata-katanya" Suruh Amara.

Dan dengan bodohnya Arkan membaca apa yang tertulis pada papan yang tak jauh dari tempatnya memberhentikan mobil "Hati-hati kawasan rawan kecelakaan" Baca Arkan lalu menatap Amara meminta penjelasan.

"Terus?"

"Kalau kawasan itu rawan kecelakaan maka hati aku rawan kebaperan. Eaaak!" Ucap Amara yang berniat menggombal malah tak mendapat respon apa-apa dari Arkan

Melihat Arkan yang tak menunjukkan respon apa-apa akhirnya Amara menebalkan wajahnya lalu menatap lurus kedepan.

"Jalan lagi Mas Dud, takutnya malah telat kekantor nanti" Ucap Amara yang masih menatap lurus kedepan.

Arkan tersadar lalu menjalankan mobilnya menuju cafe, sudut bibir Arkan terangkan mengingat gombalan receh Amara tadi. Dari mana istrinya belajar hal-hal seperti itu.

Sampailah mereka berdua didepan cafe. Arkan yang memang nampak terburu-buru setelah mendapar telepon dari Jhon tadi langsung melajukan mobilnya setelah Amara turun. Amara yang ingin menyalami tangan Arkan langsung mengurungkan niatnya.

"Apa gombalan gue nggak mempan ya? Padahal itu gombalan tiba-tiba ngelintas dikepala gue" Ucap Amara berjalan masuk kedalam cafe yang sudah terlihat beberapa pelayan yang tengah membersihkan meja dan menurunkan kursi dari atas meja.

"Pagi Mbak Amara" Sapa salah satu pelayan yang tengah membersihkan meja.

"Pagi juga" Amara menyunggingkan senyuman manisnya pada setiap pelayan yang menyapanya.

Pelayan di cafe ini ada sekitar enam sepuluh orang dan itu ada enam laki-laki dan empat perempuan.

Menit dan jam berlalu cafe milik Amara mulai terisi dengan para pelanggan. Walaupun tidak banyak karena ini masih tergolong pagi dan para remaja masih bersekolah jadi jarang ada yang datang kecuali yang membolos.

Pagi ini Amara tak mendapati kehadiran Refan. Pasti Refan mulai fokus pada sekolahnya dan Amara bersyukur dengan itu.

Hari mulai siang dan Amara masih betah berada dimeja kasir "ini kembaliannya, terima kasih sudah mampir ke cafe kita" Ucap Amara menyerahkan uang kembalian kepada pelanggan.

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang