[18] kunjungan mertua

33.9K 2.6K 18
                                    

Amara memarkirkan motornya didalam garasi rumah kemudian melangkah masuk kedalam rumah. Baru saja membuka pintu dirinya langsung disambut dengan rangkulan pada pinggangnya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Arkan yang entah kenapa bisa bersikap seperti ini padanya. Apa kepala lelaki itu terbentur sampai merubah kelakuannya jadi begini.

"Sayang kamu baru pulang ya, pasti capek banget kan bawa motor. Padahal tadi aku minta kamu diantar sama pak Ansar, tapi kamunya ngeyel" Ucap Arkan dengan suara lembut yang baru kali ini Amara dengan.

Mata Amara sampai melotot mendengar setiap untaian kata yang keluar dari mulut Arkan. Apalagi saat Arkan mengucapkan kata 'sayang' yang entah kenapa hatinya yang tadinya berdetak normal malam jadi menggila seperti ini.

"Disana ada mama saya, bersikap lah layaknya suami istri pada umumnya" Busuk Arkan ditelinga Amara tapi tatapannya menyorot pada seorang wanita paruh baya yang tengah terduduk disofa bersama Anta tak lupa senyuman yang Arkan kembangkan saat melihat mamanya.

Sekarang Amara tau kenapa Arkan bersikap seperti ini. Tenang Amara ini tak akan lama, saat mama Arkan kembali makan keadaan akan kembali seperti semula dimana sikap Arkan tak akan selembut ini.

Amara melempar senyumnya kearah wanita itu yang juga dibalas dengan senyuman tak kalah mengembang dari wanita itu "mama baru sampai?" Tanya Amara melepaskan rangkulan Arkan kemudian menghampiri mama Arkan.

"Iya sayang, mama baru sampai tadi" Wanita itu beranjak untuk memeluk Amara.

"Mama udah makan? Ini ada sedikit makanan yang tadi bunda titipin buat dibawa pulang, siapa tahu mama mau nyoba masakan bunda" Amara mengangkat sebuah tantang yang bundanya titipkan tadi untuk dibawa pulang. Kata bundanya tadi 'nggak perlu masak lagi kalau udah sampai rumah nanti'

"Nggak papa, mama kesini cuma mau lihat keadaan kamu aja. Anak mama nggak ngapa-ngapain kamu kan? Dia nggak kasar sama kamu kan?"

Amara terkekeh mendengar kepedulian dari mama mertuanya itu "Mas Dud nggak ngapa-ngapain aku kok ma, nggak kasar juga sama aku. Mama tenang aja" Jawab Amara.

"Mama pikir dia kasarin kamu atau apalah itu, kalau Iya bilang sama mama, biar mama gampar wajah dia pakai sandal jepit mama" Ucap mama yang mengundang gelak tawa Amara.

"Kalau mama gampar wajah Mas Dud nanti nggak tampan lagi"

"Tunggu, Mas Dud?" Tanya Mama bingung.

Amara mengangguk "iya Mas Dud, ada yang salah ya ma?" Tanya Amara. Apakah panggilan itu terasa aneh atau tidak cocok untuk Arkan.

"Enggak kok, nggak ada yang salah. Pasti itu panggilan kesayangan kamu buat Arkan kan?" Tanya mama dengan tatapan menggodanya membuat Amara tersipu malu.

"Cocok sih sama dia yang duda" Celetuk mama.

"Mama tau kalau Dud itu duda?"

"Iya mama tau"

Amara jadi merasa malu karena panggilan yang dia sematkan untuk Arkan. Apalagi sampai diketahui oleh mama mertuanya, padahalkan panggilan itu hanya akan dia gunakan saat berbicara dengan Arkan saja.

"Sampai lupa, duduk dulu. Pasti kamu capek kak bawa motor sendiri?"

"Enggak kok Ma, bagi Amara udah biasa bawa motor kayak gitu. Di tempat tinggal dulu sih"

Ketiganya kembali melanjutkan acara ngobrol-ngobrolnya. Anta sedari tadi hanya menjadi pendengar saja karena memang yang dibahas adalah hal yang tidak terlalu dia pahami.

"Kalian tidur sekamar kan? Nggak pisah-pisah? Mama takut Arkan nggak mau tidur bareng dengan berbagai alasan" Amara tak tahu harus menjawab apa matanya hanya melirik Arkan untuk membantunya menjawab pertanyaan dari mamanya.

Istri Mas Duda  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang