7. Maaf

4.9K 246 1
                                    

Vita mendekati asisten rumah tangga yang sedang menyeduh kopi di dapur.

“Bik,” panggil Vita tepat di samping wanita itu.

“Astaga non, kenapa ngagetin bibi sih?” ujar wanita paruh baya itu sambil mengelus dadanya.

“Bibi lagi bikin kopi buat papa ya?”

“Iya non,” sahut bibi.

“Aku yang bawa ya,” ujar Vita dengan semangat.

“Nggak usah non, bibi aja,” tolak bibi yang tak mau dimarahi oleh majikannya.

“Aku aja yang bawa,” paksa Vita.

“Tapi non…”

“Bibi tenang aja, bibi nggak bakal dimarahin sama papa,” ujar Vita mencoba meyakinkan wanita itu.

“Yaudah, tapi hati-hati bawanya,” ujar wanita itu seraya menyerahkan nampan yang ada ditangannya.
Vita mengangguk dengan antusias.

Tok! Tok! Tok!

“Masuk bi!” ujar Raka yang tengah sibuk bekerja di ruang kerjanya.
Vita masuk ke dalam dan berjalan hati-hati karena takut kopi yang dia bawa tumpah.

“Vita gimana hari ini bi?” tanya Raka masih fokus ke layar laptopnya.

“Aku baik pa,” sahut Vita hingga membuat Raka terkejut. Cepat-cepat pria itu mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

“Bibi mana?” tanya Raka tampak mengedarkan pandangannya. Dan sekilas Vita melihat ekspresi papanya yang tampak berbeda dari biasanya.

“Bibi di dapur, aku sengaja gantiin bibi bawain kopi ini ke sini,” sahut Vita.

“Lain kali kamu nggak usah gantiin bibi,” ujar Raka dengan nada datar seperti semula. Terlihat pria itu bisa dengan mudah mengubah kembali ekspresinya dengan cepat.

“Aku nggak mau,” tolak Vita cepat.

Alis Raka terangkat sebelah.

“Kenapa?”

“Karena mulai sekarang aku yang bakal gantiin bibi nyiapin kopi buat papa,” ujar Vita seraya tersenyum.

“Nggak perlu, itu bukan tugas kamu,” ujar Raka.

Vita meletakkan cangkir kopi ke atas meja kerja, lalu gadis itu mendekat ke arah papanya dan memeluk pria itu dari belakang. Raka yang kembali berkutat dengan pekerjaannya tiba-tiba tampak menegang dan tubuhnya menjadi kaku seketika. Mungkin karena ini pertama kalinya Vita memeluknya seperti ini.

“Kamu mau minta apa dari papa?” tanya Raka, karena biasanya seorang gadis akan memeluk papanya karena ada tujuan tertentu.

Vita menggelengkan kepalanya dengan kencang, gadis itu justru memeluk tubuh papanya semakin erat.

“Papa nggak percaya, ayo katakan,” ujar Raka sedikit memaksa.

“Aku cuma mau peluk papa kayak gini,” sahut Vita yang diam-diam merasa nyaman.

“Papa wangi,” ujar Vita berbisik di telinga Raka dengan lembut.

“Karena papa mandi setiap hari,” sahut Raka yang kembali mengerjakan pekerjaannya. Meski tubuhnya terlihat masih tegang.

“Aku suka wanginya,” ujar Vita yang merasa sangat nyaman.

“Papa mau kerja,” ujar Raka yang merasa sedikit terganggu dengan kehadiran Vita, apalagi gadis itu tidak juga melepaskan pelukannya.

“Papa kerja aja, aku mau kayak gini dulu,” sahut Vita yang tak mau melepaskan kenyamanan yang baru kali ini ia rasakan.

Raka mengembuskan nafas panjang, pria itu akhirnya pasrah membiarkan Vita memeluknya dengan erat.

Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang