28. Flashback

3.9K 175 1
                                    

Vita dan pria itu memasuki kantor Raka bekerja. Gea dan Rosa tidak ikut karena ini masalah pribadi Vita dengan keluarganya. Mereka tidak mau ikut campur. Mereka hanya perlu mengetahui cerita dari Vita saja.

"Silakan," ujar Susan seraya membukakan pintu ruangan Raka.

Vita dan pria itu masuk ke dalam dan sudah disambut oleh Raka.

Kedua pria itu berjabat tangan.

Akhirnya ketiganya duduk di sofa, Susan meletakkan minuman di atas meja dengan ekspresi wajah penuh rasa ingin tahu.

Wanita itu tidak mengenal pria yang datang bersama Vita. Tapi sepertinya ada hal serius yang akan mereka bahas. Entah apa itu.

"Silakan pak," ujar Susan seraya tersenyum.

Wanita itu langsung mendapat kode mata dari Raka untuk cepat keluar dari ruangan ini.

Dengan terpaksa Susan melangkahkan kakinya menuju pintu, walau sebenarnya ia penasaran apa yang akan mereka bicarakan.

Ketiganya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Eheemm!"

Raka berdehem untuk menarik atensi Vita dan pria itu. Pria yang duduk di hadapan Raka tersentak.

"Perkenalkan nama saya Arya Pratama, kedatangan saya ke sini untuk memastikan apa benar kalau Vita anak kandung anda?"

Raka menatap mata bulat dan bening gadis itu beberapa detik.

"Bukan," sahut Raka tanpa keraguan sedikitpun.

Deg!

Jantung Vita berdetak kencang. Pupil matanya melebar karena tak percaya setelah mendengar apa yang baru saja Raka katakan.

"Nggak mungkin," ujar Vita lirih sambil menggelengkan kepalanya pelan.

Raka menggenggam kedua tangan Vita yang duduk di sebelahnya dengan erat.

"Maafin papa karena selama ini sudah membohongi kamu," ujar Raka begitu tulus. Tidak ada niat sedikitpun untuk membohongi Vita. Hanya saja waktunya belum tepat untuk menceritakan yang sebenarnya.

"Aku nggak ngerti," ujar Vita dengan kening berkerut.

"Vita," panggil Arya dengan tatapan mata penuh kerinduan.

"Aku bener-bener nggak ngerti, kenapa harus mendadak kayak gini," ujar Vita yang masih syok berat.

"Cepat atau lambat kamu harus tahu kebenaran ini Vita," ujar Raka dengan nada terdengar lembut.

Vita menatap wajah Arya dengan seksama. Perasaannya bergejolak. Dengan perlahan Vita bangkit dan menghampiri pria itu. Mencoba memegang tangan pria yang mengaku sebagai papa kandungnya.

Tangan besar itu begitu hangat. Bukan hanya tangannya yang merasakan kehangatan, tapi juga hatinya yang mendadak tenang.

"Ayah," panggil Vita seraya menatap lurus manik hitam itu lekat-lekat.

"Jangan panggil ayah, panggil Daddy aja," protes Arya. Bagi Arya panggilan ayah terlalu tua untuk dirinya yang belum pernah menikah.

"Daddy."

"Iya nak," sahut Arya yang mulai berkaca-kaca.

"Daddy," panggil Vita sekali lagi.

"Iya nak," sahut Arya dengan suara bergetar.

"Daddy!"

Vita langsung menghambur memeluk tubuh Arya dengan erat. Rasanya seperti pulang ke rumah. Entah kenapa air mata keduanya mengalir begitu deras. Menumpahkan perasaan rindu meskipun tidak pernah bertemu sebelumnya. Mungkin karena naluri yang sangat kuat antara ayah dan anak.

Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang