4. Harus cari pacar

5.8K 230 1
                                    

Vita menghentikan keduanya.
Dengan kompak keduanya menarik nafas panjang lalu mengembuskannya dengan perlahan-lahan.

Keduanya kembali fokus menatap ke arah album foto.

“Yang ngebedain elo sama nyokap lo cuma satu, yaitu warna rambut lo. Rambut nyokap lo warnanya hitam sedangkan elo coklat,” ujar Rosa dan diangguki oleh Gea tanda setuju.

“Gila, elo mirip banget sama nyokap lo, bahkan gue yakin seribu persen, sifat lo pun juga nurun dari nyokap lo. Kasihan bokap lo nggak kebagian sama sekali, satu pun nggak ada yang mirip sama anaknya sendiri,” ujar Gea tampak menggeleng-gelengkan kepalanya, miris melihatnya.

“Bagus dong sifat Vita nggak mirip kayak bokapnya, bayangin aja kalo sifat Vita dingin kayak gunung es, mana gue betah temenan sama dia,” sahut Rosa sambil mengikat rambutnya menjadi ekor kuda.

Gea yang mendengar ucapan Rosa pun mengangguk-anggukan kepalanya tanda setuju.

“Jadi kalo aku sifatnya kayak papa, kalian nggak mau temenan sama aku?” tanya Vita dengan nada merajuk.

Gea dan Rosa kompak mengangguk.

“Jahat banget,” protes Vita dengan bibir mengerucut.

Rosa dan Gea tak memedulikan Vita yang merajuk, keduanya kembali membuka album foto mencari foto pernikahan Raka dan Sinta, ibu kandung Vita. Namun mereka tidak menemukan apa pun.

Aneh, satu kata itu yang terpikirkan dibenak kedua gadis itu. Mana mungkin tidak ada satu pun foto pernikahan keduanya. Padahal jelas-jelas Raka terlahir di keluarga kaya raya, mana mungkin tidak mengabadikan momen penting itu. Lain hal kalau Raka terlahir dari keluarga yang sangat miskin, yang untuk menikah saja sudah bersyukur.

Gea dan Rosa saling pandang.

“Papa lo nikah nggak sama nyokap lo?” tanya Gea memberanikan diri.

“Nggak tahu,” sahut Vita mulai ragu. Pasalnya saat ia masih kecil ia sudah memanggil Raka dengan sebutan papa, bahkan para tetangga juga mengatakan kalau Raka adalah papanya.

“Mungkin papa cuma nikah siri sama mama karena mama hamil duluan,” sahut Vita menerka-nerka.

“Bisa jadi,” sahut Rosa sambil memegang dagunya.

“Jadi intinya, papa elo ngehamilin mama lo waktu masih remaja dan cuma nikah siri soalnya nggak mau dikeluarin dari sekolah, apalagi bokap lo masih muda banget waktu itu,” ujar Gea menyimpulkan.

“Kemungkinan besar papa trauma karena waktu masih muda dia udah punya anak, makanya dia ngelarang aku pacaran sampe sebegitunya,” ujar Vita mulai mengerti.

“Masalah terpecahkan,” sahut Rosa yang merasa lega karena kini ia tahu alasan kenapa Raka melarang Vita pacaran sampai gadis itu beranjak dewasa.

“Terus apa solusinya supaya papa nggak ngelarang aku pacaran lagi?” tanya Vita sambil menatap ke arah kedua sahabatnya dengan tatapan berharap.

Gea dan Rosa kompak mengerutkan keningnya mencari sebuah solusi.

“Gue tahu alasan kenapa dia ngelarang elo pacaran pasti karena dia takut elo hamil diusia muda terus meninggal saat melahirkan, sama seperti yang nyokap lo alami. Tapi kalo menurut gue ya, elo harus paksa bokap lo nerima kalo elo udah dewasa dan udah bisa jaga diri lo sendiri, masalahnya kalo elo masih aja nurut sama larangan bokap elo, yang ada elo bakal jadi perawan tua selamanya,” ujar Gea mengungkapkan pendapatnya.

“Gue setuju sama Gea,” timpal Rosa seraya mengangguk-anggukan kepalanya.

“Karena menurut gue bokap lo udah terlaluan,” ujar Rosa lagi.

Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang