"Terus Sinta mana? Pasti dia nggak mau ketemu sama Arya ya?""Sebenernya mama udah meninggal kek," sahut Vita dengan lesu dipelukan Hermawan.
"Apa?!"
Hermawan menatap wajah cucunya lekat-lekat.
"Kapan?"
"Setelah ngelahirin aku, mama meninggal dunia," ungkap Vita yang sontak membuat dada Hermawan sesak.
"Terus kamu tinggal dengan siapa selama ini?"
"Aku tinggal sama papa angkat, bahkan hari ini aku baru tahu kalau dia papa angkatku bukan papa kandung," sahut Vita dengan pipi merona mengingat apa yang sudah terjadi saat bersama Raka.
"Tapi kamu punya mama angkat kan?" tanya Hermawan hati-hati. Ia hanya ingin memastikan kalau Vita tumbuh dengan kasih sayang seorang ibu.
Vita menggelengkan kepalanya.
"Papa angkatku belum pernah menikah kek," sahut Vita dengan pipi yang semakin merona. Dan untuk menutupinya gadis itu memeluk kakeknya semakin erat.
Hermawan mengira kalau Vita sangat sedih karena tidak pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu.
"Kalo nenek angkat ada kan?"
"Ada," sahut Vita.
"Syukurlah," ujar Hermawan seraya mengembuskan nafas lega. Setidaknya ada sosok wanita yang merawat gadis itu.
"Tapi waktu umurku lima tahun, oma meninggal, jadi aku hidup berdua sama papa," lanjut gadis itu membuat Hermawan syok.
"Jadi kamu nggak pernah punya sosok seorang ibu selama ini?"
"Iya kek," sahut Vita dengan nada lirih.
"Kamu tenang aja, sekarang udah ada kakek sama Daddy kamu yang bakal ada buat kamu, jadi jangan sedih lagi."
"Iya, lagian udah biasa kok kek," sahut Vita seraya mendongak memperlihatkan wajahnya seraya tersenyum manis.
Deg!
Jantung Hermawan berdenyut nyeri mendengar perkataan gadis itu. Ia berjanji akan menjaga dan menyayangi gadis itu sepenuh hati. Beruntung ia masih hidup saat Vita datang. Cucu yang selama ini ia nantikan ternyata sudah hadir ke dunia ini namun berada di keluarga orang lain.
Meski tidak pernah menimang-nimang Vita saat bayi, tapi ia tetap bersyukur. Karena Vita berada di keluarga yang tepat. Merawat gadis itu dengan baik dan kini tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan tentu saja sehat.
"Nenek mana kek?" tanya Vita seraya mengedarkan pandangannya.
Tatapan Hermawan tampak sayu. "Nenek sudah meninggal tahun lalu, andai nenek masih hidup, mungkin dia yang paling heboh waktu lihat kamu," sahut Hermawan.
"Maaf kek, aku nggak tahu kalo nenek udah meninggal," ujar Vita merasa bersalah.
"Nggak pa-pa Vita, kakek yakin nenek kamu bahagia di sana," ujar Hermawan.
"Kamu nginep sini kan?" tanya Hermawan mengganti topik.
Vita menatap Arya dengan tatapan bingung. Pasalnya ia belum membicarakan hal ini sebelumnya, ia bahkan tidak membawa baju ganti. "Emm... Gimana ya?"
"Nginep sini ya sayang, Daddy mohon," ujar Arya yang juga ingin menghabiskan waktunya bersama anak semata wayangnya.
"Tapi aku nggak bawa baju ganti," ujar Vita.
"Kamu tenang aja, sekarang kita belanja baju ke mall, Daddy yang bayar," ujar Arya penuh semangat.
"Iya, kakek setuju. Nanti kakek nyuruh art buat bersihin kamar tamu, jadi waktu kamu pulang belanja baju, kamar kamu udah bersih," ujar Hermawan tak kalah semangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Wife
RomanceVita harus hidup dibawah aturan papanya. Tidak boleh pacaran, bahkan tidak boleh berdekatan dengan seorang pria. Sampai-sampai gadis itu tidak pernah merasakan indahnya pacaran seperti teman-temannya. Hingga suatu hari tepat sebulan sebelum wisuda...