24. Berdebar-debar

3.9K 184 1
                                    


Vita menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri saat keluar dari kamarnya. Gadis itu berjalan mengendap-endap menuju ke dapur layaknya seorang pencuri.

"Bi, sarapannya udah siap belom?" tanya Vita dengan nada berbisik.

"Udah non," sahut wanita itu yang tengah sibuk menyiapkan sarapan ke meja makan.

Tanpa menunggu lama Vita mengambil sarapan ke dalam piring lalu membawanya ke kamar. Vita melakukan hal itu agar bisa menghindar dari Raka.

Selesai sarapan Vita pergi ke dapur lagi dan berharap papanya sudah menyelesaikan sarapannya. Gadis itu mengendap-endap, melongokkan kepalanya ke arah meja makan yang tampak kosong.

Aman.

Senyum gadis itu mengembang, namun ia masih harus waspada dengan keberadaan Raka.

"Bi, papa udah berangkat kerja?"

"Belum non, dari tadi tuan belum turun sama sekali, bibi khawatir tuan kenapa-kenapa, bibi minta tolong non Vita buat lihat tuan di kamarnya," ujar wanita itu.

"Aku bi?"

"Iya non, soalnya bibi nggak enak kalo mau masuk ke kamar tuan," sahut wanita itu.

"Ya nggak usah masuk, diketok aja pintunya," ujar Vita yang tampak enggan.

"Kalo ternyata tuan sakit gimana non?"

"Ya tinggal panggil dokter aja," sahut Vita geregetan.

"Bibi nggak bisa non, bibi lagi nyuci baju, non Vita aja yang ke kamar tuan," ujar wanita itu lalu melenggang pergi meninggalkan Vita yang melongo.

Vita mengembuskan nafas dengan kasar. Dengan sangat terpaksa gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke lantai dua, tempat kamar papanya berada. Sudah mati-matian ia menghindari papanya, tapi ujung-ujungnya ia sendiri yang menghampiri pria itu.

Entah kenapa sejak kejadian ciuman yang tidak disengaja itu, ia menjadi lebih canggung lagi untuk mengajak papanya berbicara.

Tok! Tok! Tok!

"Pa!"

Tidak ada sahutan dari dalam.

Tok! Tok! Tok!

Vita mengetuk pintu kamar lebih kencang lagi.

"Pa!" teriak Vita sekuat tenaga di balik pintu.

Namun tetap saja tidak ada sahutan dari dalam. Dan hal itu sangat aneh.

"Apa bener papa lagi sakit?" gumam Vita dan sedikit ragu untuk membuka pintu.

Ceklek.

Pintu tidak terkunci.

Vita melongokkan kepalanya masuk ke dalam kamar. Mencari keberadaan papanya di atas ranjang. Namun tidak ada.

"Pa!" panggil Vita dengan suara terdengar ragu.

Tetap saja tidak ada sahutan.

"Apa papa pingsan di kamar mandi?" batin Vita semakin khawatir.

Dengan cepat Vita masuk ke kamar Raka, menuju ke kamar mandi dengan perasaan kalut. Belum sempat Vita memegang gagang pintu kamar mandi. Tiba-tiba pintu tersebut terbuka hingga memperlihatkan Raka yang hanya memakai lilitan handuk dari pinggang ke bawah. Vita tersentak kaget dengan mata melotot. Ia bisa melihat dengan jelas perut papanya yang terbentuk dengan sempurna dan tampak keras.

Rambut papanya terlihat berantakan dengan tetesan air karena belum kering sempurna.

Vita terkejut dan seolah-olah melihat sosok lain dari sang ayah yang belum pernah ia lihat. Biasanya ia selalu melihat papanya berpakaian rapi. Tapi kali ini papanya terlihat hot. Dan tanpa sadar jantungnya berdetak kencang.

Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang