35. Syok Berat

4.5K 179 2
                                        

Vita tampak khawatir saat tidak bisa menghubungi Arya. Pria itu tidak pulang ke rumah semalaman. Bahkan ponselnya tidak bisa dihubungi.

Hermawan berusaha menenangkan Vita. Dan memberi penjelasan kepada Vita kalau Arya sudah dewasa. Jadi kalau tidak pulang bukan masalah besar.

"Kamu nggak perlu khawatir berlebihan, kakek yakin daddy kamu baik-baik aja," ujar Hermawan dengan santainya. Seperti kejadian ini sering terjadi.

"Tapi daddy nggak ngabarin Vita dulu," ujar gadis itu panik. Bagaimana tidak panik, kalo ternyata daddy-nya diluar sana sedang menghadapi masalah besar. Seperti kecelakaan. Bagaimana?

Setelah itu berita tentang kecelakaan berseliweran dibenak gadis itu dan sialnya pikiran negatifnya selalu menjadikan daddy-nya sebagai korban yang tergeletak mengenaskan.

Tubuh Vita semakin bergetar dengan detak jantung berdegup kencang, masa ia harus kehilangan ayah kandungnya untuk selamanya, padahal ia baru saja bertemu.

"Kamu tenang aja Vita, daddy kamu nggak pa-pa, sehari dua hari nggak pulang nggak akan bikin dia sakit kok," ujar Hermawan enteng.

"Aku nggak tenang kek, kalo terjadi sesuatu sama daddy gimana?"

Karena selama ini Raka tidak pernah pergi tanpa pamit, jadi ia merasa ketakutan saat Arya tidak pulang semalaman tanpa kabar dan tidak bisa dihubungi. Mau pura-pura tidak khawatir pun rasanya tidak bisa. Kalau membohongi orang lain ia masih bisa, tapi kalau membohongi diri sendiri, ia merasa sangat bodoh.

"Hush... Hilangin pikiran negatif di otak kamu, Arya pasti di tempat aman, mungkin dia ada di apartemennya, mau ke sana buat mastiin?"

Tanpa pikir panjang Vita menganggukkan kepalanya.

Satu jam waktu yang dibutuhkan oleh Vita dan Hermawan untuk sampai ke unit apartemen milik Arya. Pria itu membeli unit apartemen dengan harga mahal, makanya apartemen itu terlihat luas dibandingkan dengan unit apartemen yang pernah ia masuki saat berkunjung ke tempat tantenya Rosa.

Sepi.

Tidak ada tanda kehidupan sama sekali.

Vita hendak menyusuri semua ruangan apartemen mencari keberadaan daddy-nya dimulai dari pintu yang berada di dekatnya. Sementara Hermawan memilih duduk santai di sofa. Karena ia tahu Arya pasti ada didalam kamar.

Tatapan Vita tertuju ke arah sebuah pintu, satu-satunya pintu yang belum ia buka.

Tanpa ragu sedikitpun gadis itu langsung mendorong pintu tersebut, yang untungnya tidak terkunci.

"Aaaaaaa!!!" teriak Vita kencang hingga membuat Hermawan yang sedang duduk santai di ruang tamu akhirnya bergopoh-gopoh menghampiri cucu tersayangnya. Sampai-sampai tongkat yang ia gunakan untuk membantunya berjalan ia angkat tinggi-tinggi. Siap memukul, siapa tahu ada maling atau perampok di unit apartemen anaknya.

Sesampainya di samping Vita, mendadak Hermawan terdiam. Bukan karena takut ada maling atau perampok. Pria tua itu justru memasang wajah kebingungan.

"Kamu kenapa?" tanya Hermawan kepada cucunya.

Vita yang sedang menutup wajahnya dengan tangan akhirnya menunjuk ke arah ranjang. Tepatnya ke arah dua orang yang sedang tidur pulas tanpa berpakaian, hanya sebuah selimut yang membungkus mereka berdua.

Bagaimana Vita tahu?

Lihatlah pakaian berceceran di lantai. Bahkan dikakinya terdapat dalaman berwarna pink, milik wanita itu. Vita tidak sempat melihat wajah wanita yang berada di pelukan daddy-nya karena tertutup rambut.

"Oh," sahut Hermawan tampak santai, seolah-olah kejadian itu lumrah terjadi.

"Daddy sama siapa kek?" tanya Vita yang masih syok. Jujur saja ini pengalaman pertamanya melihat hal-hal seperti ini.

Mungkin hanya umur Vita saja yang beranjak dewasa, tapi otaknya masih polos, lugu dan suci. Tentu saja berkat Raka yang setengah mati menjaga gadis itu.

Berkat didikan Raka, sampai-sampai Vita selalu sigap menutup matanya saat adegan cukup panas yang kadang kala terjadi di drama Korea yang ia tonton.

"Sama pacarnya," sahut Hermawan, pria tua itu tak masalah anaknya melakukan hal-hal dewasa asalkan pria itu bertanggungjawab. Hati Hermawan juga tenang pasalnya Arya sudah berniat melamar kekasihnya dalam waktu dekat. Lain lagi kalau Arya tidur dengan wanita lain. Ia pasti akan marah besar.

"Daddy kok gitu?" Vita masih tak percaya kalau papanya ternyata begitu. Meski wanita itu kekasihnya, tapi harusnya mereka tidak sampai melakukan hal sejauh ini. Bukan muhrim.

Dengan perlahan Arya menggerakkan kepalanya yang terasa sangat berat. Tak lupa memijatnya pelan untuk meredakan rasa sakit di kepalanya. Tadi malam ia memilih mabuk karena patah hati.

Sekedar menghilangkan rasa sakit yang ia rasakan. Walaupun ia tahu efeknya hanya sebentar. Lupa sesaat dan ia akan kembali mengingat rasa sakitnya setelah ia sadar.

Sayup-sayup ia mendengar suara Vita dan ayahnya. Tapi rasanya tidak mungkin. Bukankah ia berada di salah satu kamar yang berada di lantai atas klub malam milik temannya. Biasanya saat ia mabuk berat, temannya itu akan membawanya masuk ke salah satu kamar karena ia tidak akan mungkin bisa menyetir dalam keadaan mabuk berat. Jadi mana mungkin ia mendengar suara Vita dan ayahnya. Mungkin itu hanya halusinasinya saja.

Entah minuman apa yang tadi malam ia minum hingga efeknya begitu lama.

Setelah memijat kepalanya dan rasa berat di kepalanya berkurang. Akhirnya Arya membuka matanya dengan perlahan.

Tubuh Arya sontak berubah posisi menjadi duduk dengan cepat karena melihat Vita dan ayahnya berdiri di ambang pintu.

"Vita!" panggil Arya terkejut. Ia tidak tahu kenapa ada anak semata wayangnya di sana. Dan melihat keadaannya yang sedang berantakan ini. Hancur sudah imagenya sebagai pria baik-baik.

"Berisik banget sih!"

Suara wanita terdengar dari belakang tubuhnya. Arya langsung menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap wanita itu.

"Kamu siapa?" tanya Arya tampak syok.

Susan terkejut melihat pria semalam kini berada di depannya dengan bertelanjang dada karena bagian bawahnya tertutup selimut. Susan tidak tahu apakah dibalik selimut, pria itu memakai celana atau tidak.

Otak Susan berusaha mencerna. Ia sendiri memilih mengintip tubuhnya sendiri dibalik selimut.

"Aaaaaaa!" teriaknya terkejut saat tak mendapati sehelai benangpun dibadannya.

Buru-buru Susan mengubah posisinya menjadi duduk sambil menutupi tubuhnya rapat-rapat dengan selimut.

"Tante Susan!" pekik Vita begitu kencang. Tak menyangka wanita yang ada di ranjang daddy-nya adalah sekretaris papanya.

"Vita!" pekik Susan tak kalah kencang.

"Dia bukan Felicia!" Hermawan tak kalah syok.

"Kenapa aku ada disini?!" tanya Susan tiba-tiba sambil mengedarkan kepalanya.

"Arya! Ayah tunggu kamu di depan, kamu juga," ujar Hermawan sambil menunjuk ke arah Susan.

"Ayo Vita," ujar Hermawan dengan wajah tegas seraya menarik pergelangan tangan Vita supaya keluar dari kamar Arya.

"Sial! Sial! Sial," umpat Arya sambil menjambak rambutnya.

Arya menolehkan kepalanya menatap Susan dengan raut frustrasi. "Kamu siapa?!"

"Kamu yang siapa?! Kenapa aku ada di sini?" Susan tak habis pikir. Kenapa justru pria itu yang ada bersamanya, bukannya Raka.

Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang