Vita syok dan membeku melihat reaksi pria tadi setelah memakan udang balado yang ia buat. Gadis itu hendak mencicipi udang buatannya namun dengan cepat Raka memegang kotak udang balado buatan Vita dengan begitu erat hingga gadis itu tidak bisa menggapainya.“Aku mau cicipi masakanku,” ujar Vita.
“Kamu makan udang balado yang itu saja,” ujar Raka seraya mendekatkan udang balado masakan Susan.
“Nggak mau, aku mau makan udang balado masakanku,” ujar Vita ngotot.
“Papa suka udang buatan kamu, jadi kamu makan yang itu aja,” paksa Raka.
Dengan terpaksa Vita memakan udang balado buatan Susan, tapi tak lama kemudian Vita batuk-batuk. Raka yang melihat Vita batuk-batuk akhirnya meletakkan kotak udang balado yang Vita masak lalu menuju ke meja kerjanya untuk mengambil gelas minumnya. Melihat kesempatan itu dengan cepat Vita mencomot udang balado buatannya lalu melahapnya.
Tak lama kemudian ia memuntahkannya kembali udang tersebut karena keasinan.
“Papa bilang jangan makan udang itu,” ujar Raka seraya mendekat.
“Ini minum dulu,” ujar Raka seraya mengulurkan gelas yang ia bawa. Dengan cepat Vita meneguknya sampai habis tak tersisa.
“Papa kok nggak bilang kalo masakanku keasinan.”
“Nggak pa-pa, masih bisa dimakan,” ujar Raka yang berniat melanjutkan kembali menyantap udang balado itu. Dengan cepat Vita merebutnya.
“Jangan dimakan lagi,” ujar Vita dengan nada datar.
“Kenapa?” tanya Raka.
“Aku bilang jangan dimakan, ya jangan dimakan!” ujar Vita dengan nada tinggi.
Raka terkejut dibuatnya. Ini pertama kalinya ia melihat Vita menggunakan nada tinggi kepadanya.
Vita menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis sesegukkan.
“Maafin aku pa,” ujar Vita sesenggukkan karena merasa menyesal telah memberikan makanan yang tidak layak dikonsumsi kepada papanya. Dan yang membuatnya tambah sedih lantaran papanya tetap menyantap masakannya walaupun tahu kalau masakannya tidak enak.
“Aku nggak bisa masak,” ujar Vita semakin merasa bersalah.
Raka memeluk Vita lalu mengelus lembut kepala gadis cantik itu.
“Its oke, nggak ada yang maksa kamu bisa masak,” ujar Raka dengan nada terdengar lembut, tidak sedingin biasanya.
“Tapi malu, masa perempuan nggak bisa masak,” sahut Vita lirih.
“Nggak perlu malu, banyak diluar sana yang nggak bisa masak sama kayak kamu,” ujar Raka berusaha menenangkan Vita.
“Aku malu sama suami aku nanti,” sahut Vita hingga membuat Raka terkejut karena tidak menyangka dengan jawaban gadis cantik itu.
“Ehem! Papa yakin suami kamu nanti nggak akan nyalahin kamu hanya karena kamu nggak bisa masak,” ujar Raka sedikit mengulum senyum.
“Kenapa papa bisa seyakin itu?” tanya Vita seraya mendongakkan wajahnya menatap wajah Raka.
“Ya papa yakin aja,” sahutnya seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Pasti papa bohong,” ujar Vita tak percaya terlebih gadis itu melihat papanya mengalihkan pandangannya.
“Papa nggak bohong, karena papa yakin suami kamu bakal menerima segala kekurangan dan kelebihan kamu,” sahut Raka seraya menatap mata Vita yang sembab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Wife
Roman d'amourVita harus hidup dibawah aturan papanya. Tidak boleh pacaran, bahkan tidak boleh berdekatan dengan seorang pria. Sampai-sampai gadis itu tidak pernah merasakan indahnya pacaran seperti teman-temannya. Hingga suatu hari tepat sebulan sebelum wisuda...