29. Mendadak Jadi Kakek

4.1K 185 0
                                    

Hari ini Arya membawa Vita ke rumahnya, hendak mengenalkannya kepada kakek gadis itu alias ayah Arya.

Arya membukakan pintu mobil untuk anaknya. Vita tampak senang mendapat perlakuan istimewa dari ayah kandungnya.

Rasanya memang beda kalau bersama ayah kandung. Vita benar-benar nyaman berada di dekat pria itu meskipun baru pertama kali bertemu.

Arya mengulurkan tangannya dan disambut gembira oleh Vita. Gadis itu bahkan memperlihatkan senyuman lebar hingga deretan gigi putihnya terlihat jelas.

"Ayo masuk, Daddy bakal kenalin kamu sama kakek," ujar Arya dengan gembira. Pria itu juga terlihat tersenyum lebar. Tak sabar memperkenalkan Vita kepada ayahnya. Ia yakin ayahnya akan terkejut mengetahui fakta ini, sehingga ia berharap jantung ayahnya baik-baik saja.

Arya menggandeng tangan Vita memasuki rumah ayahnya yang besar.

"Duduk dulu sayang, Daddy mau panggil kakek dulu," ujar Arya sambil melepaskan gandengan tangan mereka.

"Iya Daddy," sahut Vita sambil mengangguk semangat.

"Daddy? Siapa Daddy?"

Pucuk dicinta ulam pun tiba, pria yang ingin Arya panggil sudah menampakkan diri. Pria tua yang sedang berjalan sambil memegang tongkat di tangan kanannya itu menatap Vita dengan tatapan menyelidik.

"Kenalin yah, dia Vita..."

"Jangan bilang kamu jadi sugar Daddy sekarang!" tuduh pria tua itu dengan suara menggelegar sambil melotot lebar. Ucapan Arya langsung dipotong oleh pria tua itu.

"Aku nggak jadi sugar Daddy," elak Arya cepat. Apa-apaan ayahnya yang langsung menuduhnya sebagai sugar Daddy tanpa alasan yang jelas.

"Jangan bohong kamu. Itu tadi buktinya, dia panggil kamu Daddy," ujar pria itu sambil menunjuk-nunjuk Vita menggunakan tongkat kayunya.

"Bukan gitu..."

"Kamu itu udah ayah suruh nikah, malah nyari mahasiswi buat dijadiin pemuas nafsu, lagi pula kamu juga kok mau sama pria tua bangkotan kayak dia," ujar pria tua itu sambil menunjuk-nunjuk Arya menggunakan tongkatnya dengan emosi.

Anak semata wayangnya itu bukannya mencari istri di saat usianya sudah kepala empat, malah mencari mahasiswi yang terlihat masih polos untuk dijadikan pemuas nafsu dengan memberikan imbalan uang atau barang-barang bermerek sebagai gantinya.

Vita melongo mendengar perkataan pria tua itu. Sementara Arya meraup wajahnya karena malu mendengar tuduhan ayahnya di depan Vita, sang anak. Hancur sudah imagenya sebagai ayah yang baik.

"Ayah jangan ngomong kayak gitu di depan Vita," ujar Arya frustrasi. Pria itu tak henti-hentinya menggaruk belakang kepalanya saking kesalnya dengan perkataan sang ayah.

"Kenapa?! Kamu malu karena sadar sudah tua dan bangkotan?"

"Bukan begitu, tapi..."

"Ayah suruh kamu bekerja dan nyari uang  itu bukan buat dihambur-hamburin sama cewek-cewek nggak jelas. Ayah mau kamu nikah, berkeluarga beri ayah cucu secepatnya," ujar Hermawan.

Wajah Arya berubah sumringah.

"Itu dia! Aku mau bilang begitu," ujar Arya tampak bersemangat sambil menjentikkan jarinya.

"Ayah nggak setuju kamu nikahin gadis muda itu," ujar Hermawan cepat.

Arya yang berusaha menjelaskan, namun selalu dipotong oleh ayahnya.

"Siapa bilang aku mau nikahin Vita, tapi aku mau jelasin kalo dia itu anak kandungku." Arya menatap ayahnya sambil harap-harap cemas. Takut ayahnya jatuh pingsan karena saking syoknya.

Di saat Arya sudah tegang tingkat dewa, pria tua itu justru tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa ayah ketawa?" tanya Arya bingung.

"Gara-gara ayah pernah ngancem kamu nggak dapet warisan sebelum bikinin ayah cucu, tiba-tiba kamu bawa gadis muda buat diakui sebagai anak, kamu pikir ayah bakal percaya?"

Arya ikutan melongo.

Hermawan melanjutkan tawanya sementara Arya berkedip-kedip seraya menatap wajah anaknya.

Pantas saja ayahnya tidak percaya perkataannya, lihat saja bentuk wajah dan tubuh gadis itu. Tidak ada yang mirip dengannya kecuali senyumannya. Dan sayangnya gadis itu tidak sedang tersenyum lebar.

Eheemm!

Arya berdehem untuk menarik atensi ayahnya yang masih berusaha meredakan tawanya.

"Tujuan aku bawa Vita ke sini sebenernya mau kenalin ayah sama dia, anak kandung atau darah dagingku sendiri tanpa rekayasa sama sekali," ujar Arya dengan wajah serius.

Hermawan duduk sambil menatap anaknya dengan senyum meledek.

"Ayah tahu Sinta kan?"

"Sinta? Oh, gadis cantik sahabat kamu waktu kuliah dulu, iya ayah inget. Ada apa sama Sinta? Ngomong-ngomong udah lama banget ayah nggak ketemu sama dia, dia dimana sekarang?" tanya Hermawan bertubi-tubi setelah mengingat gadis cantik dan pintar, sahabat anaknya waktu kuliah.

Namun tak lama kemudian Hermawan terkejut saat melihat Vita.

"Jadi kamu..." tunjuk Hermawan ke arah Vita.

"Kamu Sinta, kamu kelihatan masih muda ya, maafin om karena om udah tua sekarang dan sedikit pelupa," ujar Hermawan yang mengira Vita adalah Sinta.

"Aku bukan Sinta, tapi aku Vita anaknya," sahut Vita seraya tersenyum lembut.

"Oh ya ampun!" pekik Hermawan terkejut. Ia tidak menyangka kalau Sinta sudah memiliki anak gadis sebesar dan secantik ini.

"Maafin kakek ya Vita, kakek nggak tahu. Malah kakek nuduh kamu yang aneh-aneh," ujar Hermawan merasa bersalah.

"Lihat itu Arya, Sinta sahabat kuliahmu itu sudah punya anak sebesar ini. Kenapa kamu belum? Jangankan anak, istri saja kamu belum punya."

"Sebenernya Vita anak Arya, dulu Arya nggak sengaja tidur sama Sinta," ungkap Arya dengan nada melemah. Ia merasa bersalah kepada Sinta yang selalu baik padanya. Gadis polos dan pintar itu sudah ia nodai dan dengan bodohnya ia menganggap Sinta baik-baik saja. Hingga beberapa bulan kemudian gadis itu menghilang bak ditelan bumi. Ia sudah berusaha mencari tapi hasilnya nihil.

"Jangan bercanda kamu," ujar Hermawan.

"Aku nggak bohong yah, ini buktinya," ujar Arya seraya menyerahkan hasil dari tes DNA.

Hermawan membaca hasilnya dengan serius.

"Ini beneran Ya?" tanya Hermawan merasa tak percaya.

"Iya, jadi ayah angkat Vita selama ini nyariin aku. Dan dua Minggu yang lalu ayah angkatnya Vita ngirim amplop berisi foto-foto Sinta waktu hamil dan perkembangan Vita dari bayi sampai besar. Di sana juga ada sampel yang bisa aku gunain buat lakuin tes DNA kalo misalnya aku nggak percaya, dan itu dia hasilnya," ungkap Arya sambil menggaruk tengkuknya.

"Jadi ayah udah punya cucu nih?" tanya Hermawan untuk memastikan kembali.

Arya dan Vita mengangguk dengan kompak.

"Sini sayang, kakek mau peluk kamu," ujar Hermawan seraya tersenyum lebar.

Vita tersenyum lalu beranjak dari tempat duduknya. Keduanya berpelukan dengan erat.

"Siapa nama lengkap kamu?" tanya Hermawan dengan suara lemah lembut.

"Vita Naura Emilia kek," sahut Vita.

"Nama yang cantik, secantik orangnya," puji Hermawan sambil terkekeh.

"Makasih," ujar Vita tampak malu.

"Nih yah, foto waktu Sinta hamil dan foto-foto Vita dari bayi," ujar Arya sambil menyerahkan foto yang ia dapatkan dengan begitu antusias.

Hermawan mengambil foto-foto tersebut. Difoto pertama, Sinta sedang tersenyum lembut sambil memegang perutnya yang membuncit.

"Sinta sangat cantik, kenapa kamu nggak nikahin dia?"

"Aku aja baru tahu kalo Sinta hamil anakku," ujar Arya tampak menyesal. Meskipun ia dan Sinta hanya bersahabat. Tapi kalau tahu Sinta hamil anaknya ia akan menikahi gadis itu dan berusaha mencintainya.










Future WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang