when renjun loves jeno

1.5K 104 0
                                    

ketua

pot bunga sekolah yang pecah adalah awal dari semuanya

🐶 x 🦊

prak

"gawat woi, lo!"

Jelvan tertegun saat tak mengira bahwa bola yang ia tendang akan mengenai pot bunga yang ada dipinggiran lapangan.

"anjir, Je! anak Green liat!" seru temannya yang melihat siswa beralmet logokan Green berlari setelah melihat kejadian barusan.

"buset, dalam sebulan lo udaj mecahin enam pot bunga.. mampus lo dicerca ketua Green."

🐶 x 🦊

"Rei, gawat Rei!"

seruan salah satu pemuda yang menggunakan almamater berlogokan Green itu membuat pemuda yang ia panggil dengan sebutan Rei menoleh dengan malas; seolah mengatakan apa? padanya.

"pot pinggir lapangan dipecahin Jelvan."

Rei melotot spontan beranjak dari kursi kebesarannya sebagai ketua ekstrakulikuler Green, "Jelvan mencahin pot lagi?!"

"iya.. bola yang dia tendang ngenain pot yang ditaruh sementara dipinggiran lapangan."

"dia belum ganti pot yang dia pecahin sebelumnya.. astaga Jelvan Denanta."

🐶 x 🦊

brakk

"ikut gue, Jelvan!"

Jelvan mengrenyit tak suka saat pemuda pendek berstatus ketua ekstrakulikuler Green itu menggebrak meja kantin yang sedang ia singgahi setelah bermain bola. "gue lagi makan, gak liat lo?" ketusnya membuat Rei melotot dan menarik lengannya secara paksa meninggalkan kantin yang riuh karena melihat interaksi mereka berdua.

"bakal ada apa lagi nih.." celetuk pemuda yang tadi bermain bola bersama Jelvan, Jaksa.

"minimal Jelvan disuruh bersih-bersih lah ya." saut Hema yang duduk dan menamati adegan percakapan ketus antara ketua Futsal dan ketua Green.

"haha, bisa juga itu Jelvan jadi tukang bersih-bersih sekolah."

dikoridor sekolah, Rei terus menarik lengan Jelvan yang nampak pasrah saat tau dirinya akan dibawa ke ruang konseling.

"lepas, gue bisa jalan sendiri."

Rei mengacuhkan Jelvan. sesampainya memasuki ruang konseling, Rei baru melepaskan cengkramannya dari lengan Jelvan.

"ada apa, nak?" tanya guru konseling saat menyadari kedatangan dua murid yang bisa dibilang terkenal karena keaktifan mereka berdua diorganisasi sekolah.

"Bu, saya hanya ingin meminta ibu untuk memberikan hukuman pada Jelvan yang sudah enam kali memecahkan pot sekolahan."

Jelvan menghela nafas, sedikit pasrah.

"eh?" pekik guru konseling yang menatap Jelvan dan Rei secara bergantian, "bukannya saya sudah bilang kalau hukuman untuk Jelvan itu mengganti pot yang dia pecahkan?"

"Jelvan belum mengganti potnya, Bu.. maka dari itu saya meminta ibu memberi hukuman pada Jelvan agar dia lebih hati-hati saat bermain bola.." jelas Rei dengan mudah ingin membuat Jelvan mendapatkan hukumannya, sedangkan Jelvan hanya menyimak dengan tenang tanpa bantahan sedikitpun.

"Jelvan, apa benar kamu belum mengganti pot yang kamu pecahkan? atau kamu tidak mau menggantinya?" introgasi guru konseling pada Jelvan.

Jelvan melirik Rei sejenak, "bukannya saya tidak mau tapi Rei setiap saya hubungin selalu tidak menjawab, Bu."

"loh, bukannya lo yang nggak jawab pesan gue??" sanggah Rei yang tidak terima.

guru konseling spontan melerai dan menengahi kedua pemuda itu, "sudah cukup.. kalau begitu hukuman untuk Jelvan adalah menjadi anggota Green selama enam bulan kedepan, sesuai jumlah pot yang Jelvan pecahkan."

Rei melotot tanda kurang setuju, "loh.. Bu?"

"tidak ada protes, itu sudah ditetapkan untuk hukuman Jelvan selama enam bulan kedepan." final guru konseling itu. Rei menutup rapat mulutnya lalu menoleh kearah Jelvan yang menatapnya dengan senyum tipis.

"ini yang lo mau kan? gue dihukum? tapi gue rasa malah lo yang dihukum, Re." dan sebuah kekacauan yang di ekstrakulikuler Green akan segera terjadi setelah kehadiran Jelvan.

"Jelvan, yang bener aja lo makuin pohon sedangkan kita ada agenda cabut paku dipahon?!" amuk Rei saat menemukan Jelvan dan teman basketnya memakui pohon yang ada didekat lapangan.

Jelvan menoleh dengan senyumnya yang terlihat menjengkelkan dimata Rei saat ini, "ya bagus.. kan biar agenda Green berjalan dengan lancar, lagian gak ada banyak paku yang ada dipohon sekolah."

Rei spechless, rahangnya jatuh kebawah saat mendengar celetukan Jelvan. Tanpa pikir panjang, ia menyeret Jelvan menuju Green house, rumah tanaman sekolah yang diurus ekstrakulikuler Green.

"apaa?!" seru Rei saat Jelvan hendak menepis cengkramannya.

"lo yang kenapa nyeret gue kesini? ini masih jam sekolah, bukan jadwal Green ya."

"gak ada jadwal-jadwalan buat orang kayak lo! sekarang, semua tanaman yang ada di Grene house lo kasih pupuk tanpa terkecuali, Je."

"what the fuckk, Re?! terus lo ngapain?"

"mantau lo."

Jelvan mendelik, "gak guna."

"gue ketua." alih Rei dengan nada seenaknya.

"ya, lo ketua gak guna!"

"Jelvan!"

Jelvan merotasikan mata malas saat Rei berteriak, "bantuin gue sekarang." dengan nada datar penuh penekanan Jelvan lontarkan pada Rei, membuat Rei pada akhirnya mau tidak mau membantunya.

padahal niat Rei tadi ingin menghukum Jelvan, tapi agaknya nyali Rei sedikit menciut karena intonasi berbicara Jelvan yang terdengar tegas.

benar-benar sebuah boomerang, Rei agaknya benar-benar dibuat seperti dihukum karena kehadiran Jelvan yang padahal dihukum bergabung dengan Green selama enam bulan kedepan.

selamat bertahan menghadapi Jelvan, Rei!

7. FoxeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang