Renjun yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya didepan kaca spontan melangkah dan memungut ponselnya yang tergeletak diatas nakas kamarnya.
alis pemuda China itu mengrenyit saat membaca notifikasi pesan yang menurutnya sangat tidak asing..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
deg, jantungnya berpacu setelah mengingat-ingat apa hal yang membuatnya tidak asing pada pesan yang dikirimkan Jeno.
"Jaemin.." gumamnya dengan kedua mata mulai berkaca-kaca saat teringat masa lalunya, sekitar satu tahun yang lalu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
tok.. tok.. tok..
"Injun-a, kekasihmu sudah menunggu dibawah! cepat turun."
Injun atau Renjun, ia tersentak begitu setelah mendengar ketukan beraturan dengan disusul suara sang baba.
"iya, ba!" balas Renjun sebelum memasukkan ponselnya ke dalam saku dan mengambil jaketnya, setelah itu ia turun untuk menemui kekasihnya.
"hai! ini.. terlalu cepat." protes Renjun ditangga terakhir, ia tersenyum senang melihat kekasihnya langsung berdiri saat ia menyapanya.
"maaf, aku tadi chat kamu waktu udah dalam perjalanan."
Renjun mencebik kesal pasal mengapa kekasihnya itu suka dadakan. "Kalau begitu.. ayo berangkat, Na." ajaknya pada Na, Na Jaemin, kekasihnya setahun lalu.
Renjun tersenyum kecut mengingat kejadian pagi itu, niatnya pergi ke pantai ternyata pergi mengantarkan Na Jaemin pada pangkuan sang penciptaㅡbaru setengah perjalanan panjang mereka berdua, dari arah berlawanan sebuah truk kehilangan kendali sehingga menabrak mobil kedua pasangan itu, Renjun selamat meski sempat koma selama beberapa bulan tapi tidak dengan Jaeminㅡpemuda yang kerap dipanggil Na itu tewas ditempat, Renjun bahkan sebelum jatuh tak sadarkan diri sempat melihat nafas terakhir, senyum terakhir dan usapan terakhir dari sosok Na Jaemin.
