26

279 23 1
                                    

H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G

Sore hari mereka sampai di Yogyakarta, kota impian Asgar. Tak henti henti nya Asgar sedari tadi untuk memotret beberapa sudut yang ada di kota ini. Mereka sudah sampai di penginapan, salah satu hotel yang berada di dekat Malioboro.

Asgar yang memberi saran, tak di sangka jika sang Papa akan benar benar menuruti nya, bahkan tadi ia sudah sempat overthinking jika Papa nya itu tidak akan menuruti nya.

“Pa, boleh kita nginep di hotel dekat Malioboro?” tanya Asgar takut takut

Redrick terdiam sebentar, lalu setelahnya ia mengangguk. “Oke”

Asgar tersenyum senang saat sang Papa benar benar menuruti nya, hari ini benar benar hari  terbahagia nya mengukir kenangan dengan Papa nya.

Asgar berjalan sendirian dengan kamera yang bergantung di leher nya, beberapa sudut sudut kota sudah ia abadikan, tinggal satu, berfoto dengan Papa nya.

Ia meraih ponsel nya yang selama beberapa jam ini tak ia hidupkan, tangan nya menyalakan status data menjadi menyala, setelahnya ia memasuki nya lagi ke dalam saku nya, menunggu beberapa pesan untuk masuk sepenuhnya

Atensi Asgar teralihkan pada satu penjual baju batik, ia menghampiri pedagang itu dengan langkah perlahan nya. Matanya menatap satu baju yang dapat menarik perhatianya, baju yang sepertinya cocok untuk di pakai oleh kekasihnya, Ayezha.

“Saya beli ini bu, bungkus satu ya” ucapnya dengan senyum manisnya

Ibu ibu penjual itu mengangguk lalu tersenyum, “Nggih Mas” balas penjual itu

Asgar melihat lihat beberapa baju yang tergantung disana, ia meraih dua baju yang sepertinya cocok untuk sepasang kekasih. “Ini juga ya Bu” ucapnya lagi

Ibu itu tersenyum senang, “Siap Mas”

“Totalnya 165.000 ribu Mas” ucap Ibu itu sembari menyerahkan kantong plastik berisi baju baju di dalamnya

Asgar mengangguk, ia menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan. “Kembalian nya ambil aja Bu” cowok tersenyum tipis sembari membukukkan badannya sedikit lalu menerima kantong plastik itu

Ibu itu tersenyum tak enak, ia menunduk sedikit. “Terimakasih banyak Mas”

Asgar tersenyum tipis, “Sama sama bu” Asgar keluar dari toko itu dengan langkah kecilnya, maniknya menatap bangku panjang kosong yang ada tak jauh dari toko tadi

Asgar mendudukkan bokong nya pada bangku panjang yang ada disana, tangan nya meraih handphone nya yang ada di saku celana nya. Matanya hanya terpaku hanya pada satu notifikasi yang ada di chat paling atas yang ada di aplikasi chattingnya

Ayang yezha

Asgar, kamu yakin?

Sayang aku kerumah kamu ya

Asgar terdiam sebentar, lalu setelahnya jari jari nya mulai menari diatas layar

“Aku baru aja abis beli baju untuk kamu, dan untuk kita. Tadi pas aku lagi jalan jalan, aku liat satu baju yang cantik, kayaknya cocok untuk dipakai sama kamu, aku beli untuk kita juga, lucu yang. Buat Papa, kamu ga perlu khawatir ya, Papa bener bener berubah, aku akan ceritain semua kalau aku udah pulang, i love u

Setelah mengatakan hal itu, Asgar kembali mematikkan status data nya, ia kembali menelurusi beberapa spot yang sepertinya bagus jika ia abadikan ketika menjelang malam atau bahkan ketika malam hari

_________________________________________

Ayezha saat ini tengah membawa Ael berjalan jalan sore sembari menyuapi anak itu makan. Batita itu sedari tadi tidak berhenti untuk menanyai keberadaan Asgar

“Biya, Omas ana?”

“Biya, mau main ama Omas!’

Anak itu selalu menyanyakan dimana Omas nya. Ael memberhentikkan langkah nya secara tiba tiba, ia terdiam menatap salah satu objek yang ada disana, kursi.

Ayezha menelan ludah nya kasar, dengan perlahan ia berjongkok di depan Ael. “Ael? Kenapa?” tanya Ayezha

Ael menunjuk salah satu kursi kosong disana, “Tu, Ibu manggil Ael” ucapnya pelan

Ayezha hanya terdiam, ia kembali menatap Ael dengan tatapanya yang dalam. “Pulang yuk, kayaknya Omas udah ada dirumah deh” ucapnya mencoba membujuk Ael untuk pulang

Ael menatap Biya nya, ia tersenyum lalu mengangguk. Tangan nya ia rentangkan meminta untuk di gendong, “Yu Biya!” ajaknya

Ayezha mengangguk, ia menerima rentangan tangan Ael lalu menggendongnya. Ayezha berjalan perlahan melewati bangku itu. Ael, batita itu masih menatap bangku kosong itu dengan pandangan nya heran nya.

Ayezha mempercepat sedikit langkah kaki nya, “Ael, lihat itu apa?” ucap Ayezha mencoba mengalihkan pandangan Ael

Ael mengikuti arah pandang Biya nya, ia tersenyum saat melihat satu objek yang di tunjuk Biya nya, “Es klim, mau Biya!” pekiknya

Ayezha tersenyum lega, ia mengangguk lalu melangkahkan kaki nya menuju penjual es Krim yang ada di seberang jalan. Ael menggerak gerakan kaki nya dengan semangat, batita itu sangat suka dengan ice cream

“Satu ya pak, rasa vanilla” penjual itu mengangguk, ia segera menyiapkan satu ice cream rasa vanilla

Mata Ael sedari tadi tidak lepas dari ice cream itu, ia benar benar excited.

“Ini neng” penjual itu menyodorkan ice cream nya pada Ael, bahkan saat ice cream itu sedang dibuat, Ael sudah memajukan tangan nya meminta untuk ice cream itu agar cepat cepat di berikan kepadanya

Ayezha memberikan selembar uang berwarna ungu kepada penjual itu, “Terimakasih Pak”

Setelahnya keduanya pergi meninggalkan tempat itu dengan perlahan. Sesaat sampai dirumah, Ayezha menatap Kakaknya yang tengah asik memandikan motor kesayangan nya.

Ayezha menghampiri Kakaknya dengan langkah perlahan, Ael masih berada di gendongan Ayezha. “Kak” panggilnya

Abian hanya menatap sekilas adik nya, “Kenapa?” tanya nya

Ayezha menunduk, ia mengulurkan tangan nya. “Air, mulut Ael kotor”

Abian mengarahkam selang air itu kearah telapak tangan Ayezha, setelahnya Ayezha membersihkan mulut Ael dengan perlahan. “Ael mau masuk? Biya mau disini temenin Pabi dulu” tanya nya

Ael mengangguk, ia berjalan perlahan masuk kedalam rumah dengan langkah nya yang tertatih tatih, dari kejauhan Ayezha tetap memantau Ael, hingga akhirnya dipintu masuk Bunda nya menggendong Ael untuk masuk kedalam rumah

“Kok udah pulang? Cepet banget?” tanya Abian heran

Ayezha mulai merapatkan tubuhnya pada badan Abian, “Kak, tadi Ael lihat hantu” cicitnya

“Yaudah biarin, itu salah satu kelebihan dia”

Ayezha merenggut sebal pada Kakaknya. Ini satu fakta yang belum kalian tau, bahwa Ael, batita itu bisa melihat hantu, Ael memiliki kelebihan, ia anak indigo, keturunan dari Kakek nya, Papa dari Ayahnya Ayezha dan Mama nya Ael. Dan entah mengapa, baru Ael dan hanya Ael yang menuruni keturunan itu sebagai indigo

“Kakak ih, takut” dan fakta lainnya adalah, Ayezha si penakut

Baru saja Abian ingin membalas ucapan adiknya, satu suara pekikan mengintrupsi mereka, terlebih Ayezha,

“BIYA! OMAS NA ANA!?”

_________________________________________

Halo, jangan lupa voment & share yaa

Thank u, Love.

ASGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang